Setengah Satu

107 23 2
                                    

Jangan lupa baca part ini sambil putar mulmed diatas menggunakan headset supaya feelnya lebih mantap.

Saya @/Sartikaayuwwx bersama ini resmi menebar teror horor dimalam jum'at kalian semua.
Jangan lupa periksa sekitarmu, siapa tahu 'dia' sedang menemanimu membaca.

Enjoy!


Sepasang netraku menyerjap perlahan, membiasakan cahaya minim yang berebutan masuk kedalamnya.
Setelah merasa pengelihatanku sudah normal, aku menegakkan leher serta punggungku.
Rasanya seperti terbangun ditengah-tengah mimpi...

Perasaan resah menyergapku,
Membuatku menerka-nerka.
Benakku dipenuhi oleh milyaran tanda tanya besar...

Pandanganku menyapu seisi ruangan yang nampak sangat asing itu.
Sungguh, aku merasa tidak pernah sekalipun dalam hidupku berkunjung ke tempat seperti ini.

Disini benar-benar gelap serta suram, disekelilingku tak banyak penerangan membuat suasana menjadi temaram —dan sudah pasti menyeramkan.
Bau khas debu juga turut menyapa indera pembauanku.

"Aku dimana?"
Kepalaku celingukan, berusaha mengamati keadaan sekitar dengan lebih mendetail.

Aku bangun dengan posisi duduk diatas sebuah kursi, dihadapanku ada meja.
Ah, tidak, sepertinya aku berada dalam sebuah ruangan kelas.
Ruangan ini isinya khas seperti ruangan kelas pada umumnya.

Sebuah kertas bertuliskan namaku dan teman-temanku yang terlibat kedalam permainan itu tempo hari tergeletak begitu saja dihadapanku.
Iya, aku, Jeno, Johnny, Yangyang serta Yuta.
Yang membuatku bergidik ngeri, nama kami tertulis bukan dengan tinta melainkan dengan darah yang memiliki bau anyir yang amat menusuk.

Hanya itu petunjuk yang kumiliki, tetapi sungguh tidak cukup menjawab serangkaian misteri dan tanda tanya yang menyelimutiku.
Sebaliknya, aku merasa misteri ini semakin berlipat ganda.

Suara detik-detik jam membuatku mengalihkan pandangan, kudapati sebuah jam dinding berbentuk segi empat menggantung diatas papan tulis ruangan kelas ini.
Pukul setengah satu dini hari —waktu yang ditunjukkan olehnya.

Takut.
Entah bagaimana bisa kini aku merasa benar-benar takut, jauh lebih takut dari pada insiden-insiden lainnya yang telah kulalui seumur hidupku.

Pertama kalinya, seumur hidupku aku merasa setakut ini.
Tangan serta kakiku bergetar samar.
Sebelumnya aku tidak pernah merasakan rasa takut yang sehebat ini.

Aku bangkit dari posisi dudukku untuk berlari —meski tidak memiliki tujuan yang benar-benar pasti, kakiku melangkah begitu saja seolah mengikuti insting.
Kakiku membelah koridor sekolah misterius itu. Aku tak mendengar suara apapun selain langkah kakiku sendiri saking lengangnya suasana.

Semakin jauh aku melangkah, semakin terasa pula bahwa suhu udara disekitarku semakin menurun seakan ingin mencekikku.
Perubahan suhunya sungguh tidak wajar, membuatku semakin tidak bisa tenang.
Pikiranku semakin kalut!

Tiba-tiba, langkahku terhenti didepan sebuah pintu kelas yang terbuka lebar.
Sungguh, itu bukan tanpa alasan, tepat didepan pintu kelas itu obsidianku mendapati genangan berwarna merah pekat berbau tajam yang kuyakini adalah darah.

Genangan itu terlihat mengkilap tertimpa pantulan cahaya bulan purnama, membuatku sukses menelan salivaku kasar.
Perlahan aku menolehkan kepalaku, ingin melihat apa yang terjadi didalam ruangan itu.

Lagi, mataku membelalak tak percaya akibat rasa takut yang luar biasa.
Didalam ruangan itu, ada sekitar empat puluh orang tengah duduk dengan teratur dibangku layaknya sedang mengikuti pelajaran disekolah, tetapi dalam kondisi tanpa kepala.
Benar-benar tanpa kepala...
Hanya menyisakan pangkal leher mereka yang terus mengucurkan darah bak air mancur.

Iya.
Kepala mereka semua terpenggal, termasuk guru yang berada didepan kelas.
Tangannya nampak sedang menuliskan sesuatu yang tidak bisa kumengerti.

"A-apa yang barusan kulihat?"
lirihku sembari melanjutkan langkahku.
"Tempat apa sih ini?"

Keringat dingin membanjiri tubuhku, membuat pakaianku menjadi lembab seperti habis marathon.
Napasku terengah serta tidak teratur, menyebabkan dadaku naik turun mencoba meraih oksigen sebanyak-banyaknya.

"Ada yang tidak beres, aku harus pergi dari sini secepatnya!"
Aku bermonolog frustasi.

Aku terus berlari dan berlari hingga tidak tahu lagi sudah berapa ruangan yang kulewati.
Aku juga sudah tidak ingat berapa entitas mengerikan dalam berbagai wujud yang kujumpai sepanjang perjalananku dalam usaha kabur ini.

"Ini semua mimpi! Ini pasti cuma mimpi!"
pekikku sambil terus berlari.
"Aku harus bangun secepatnya! Aku harus bangun dari mimpi terkutuk ini!"

Oh lihat, bukankah itu gerbang utama?!
Akhirnya aku bisa kabur dari sini.

Mataku memicing, mengamati keadaan sekitar, barangkali ada orang yang bisa kumintai tolong diluar sana.

Ternyata keberuntungan masih berpihak padaku.
Samar-samar, dibawah gelapnya malam, mataku mendapati sebuah mobil SUV tengah bergerak kemari.

"Tolong! Tolong saya!"
Aku berteriak sekuat tenaga, berharap pengemudi mobil itu dapat mendengar suaraku.

"Tolong! Kumohon selamatkan saya dari tempat penuh kutukan ini!"
ulangku dengan lebih emosional.

Harapanku pupus begitu saja beberapa saat berikutnya.
Wajah pengemudi mobil itu malah menunjukkan raut ketakutan hingga dia tancap gas dalam-dalam meninggalkanku dibalik gerbang besi usang penuh karat itu.

"Kenapa dia malah ketakutan?"

"Hei..."








"Selamat bergabung, Xiao Dejun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat bergabung, Xiao Dejun."

Bergabung?
Apa maksudnya?!

✖️✖️✖️

Sengaja ingin membuat scene yang pendek tetapi mencekam, xixi!

Bagaimana part ini?
Komen disini.

[✔️] The Game ; Xiao DejunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang