Ichimatsu

153 31 5
                                    

The Game ; staring with Xiao Dejun.

Xiaojun's POV


Diluar hujan deras saat kami memulai permainan yang disarankan oleh Yuta, temanku asal Jepang.
Entah apa namanya, yang jelas permainan ini memanfaatkan ilmu hitam dan roh jahat untuk menjalankan permainannya.

Seluruh penerangan dan benda elektronik dirumahku padam, membuat rumahku menjadi gelap gulita.
Mengikuti peraturan permainan tersebut, setelah menaruh boneka yang telah diisi dengan beras beserta beberapa bagian tubuh kami di kamar mandi kami lantas mulai bersembunyi.

Aku memilih bersembunyi di dalam sebuah lemari paling besar dalam kamarku.
Entah kemana teman-temanku yang lain, kegelapan membuatku tidak dapat melihat dengan jelas.

"Hihihi... mari kita mulai permainannya, cepat atau lambat aku akan menemukan lalu membunuh kalian semua..."

Diantara suara gemuruh, suara yang seperti rintihan itu terdengar begitu menakutkan.
Bersamaan dengan suara tersebut, terdengar pula suara langkah kecil layaknya anak kecil yang tengah berjalan mendekat.

Aku menutup mulutku rapat-rapat dengan tangan tatkala suara langkah itu semakin mendekat kearahku.

"Jun! Arah jam satu!"

Dari sisi kiri rumah, teriakan keras dari Yuta memberiku isyarat.
Kontan, aku melompat dari persembunyianku dengan sigap, meraih tubuh boneka yang telah kerasukan roh jahat tersebut.

Dia telah menyerang Jeno dengan sebilah pisau daging ditangan kecilnya!
Dibantu Yuta, aku berusaha sekuat tenaga menyingkirkan boneka itu dari Jeno.
Sungguh berat, —kira-kira berat boneka tersebut seberat 100 kilogram karena ada roh jahat didalamnya—, patutlah jika Yuta meminta bantuanku.

"Gue pegangin dia, terus lu potong kepalanya itu satu-satunya jalan biar permainan ini selesai! Buruan sebelum jam 4!"
komando Yuta yang tengah memegangi kedua tangan boneka itu.

Aku mengangguk mengerti.
Cepat-cepat aku meraih pisau daging besar yang tadi dibawa oleh boneka itu kemudian tanpa ragu-ragu memenggal kepalanya dengan sisa tenaga yang kupunya.

Sebuah erangan mengerikan lantas memenuhi rumahku. Suara itu benar-benar keras serta menakutkan hingga membuat aku dan Yuta menutup telinga rapat-rapat dengan kedua tangan, sedangkan Jeno sudah tergeletak tidak sadarkan diri diatas lantai.

 Suara itu benar-benar keras serta menakutkan hingga membuat aku dan Yuta menutup telinga rapat-rapat dengan kedua tangan, sedangkan Jeno sudah tergeletak tidak sadarkan diri diatas lantai

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Dia udah keluar," ucapku dengan nafas tersengal,
"Sekarang lu tolong panggil yang lain, bang, kita harus bawa Jeno ke rumah sakit!"

Tanpa menjawab perkataanku, Yuta dengan cepat beringsut pergi memanggil teman-teman yang lain.

Sedangkan aku membalut beberapa luka sayatan yang terdapat disekujur tubuh Jeno.
Cukup banyak darah yang merembes keluar dari tubuhnya membuatku panik.

"Buruan woy!" pekikku nyaris putus asa.

Wajah Jeno pucat pasi, dibanjiri pula oleh keringat dingin sebesar biji jagung.
Untung saja Jeno masih dapat diselamatkan, kalau tidak aku tidak akan tahu bagaimana cara memaafkan diriku sendiri karena telah turut serta dalam permainan terkutuk ini.

Tak lama, Yuta muncul dengan Johnny serta Yangyang dibelakangnya.
Buru-buru kami membawa Jeno menuju rumah sakit dengan harapan tidak akan terjadi apapun yang buruk terhadapnya.

✖️✖️✖️

"Bagaimana keadaan Jeno, Dok?" tanya Johnny kepada Dokter yang baru saja selesai menangani Jeno.

Seulas senyum tipis terbit diwajah sang Dokter, "Dia baik-baik saja, kalian tidak perlu khawatir. Beruntung kalian cepat membawanya kemari."

Kompak, kami mendesah lega.
Yuta dan Johnny memutuskan untuk menjaga Jeno didalam ruangan rawat, sedangkan aku serta Yangyang memilih untuk keluar area rumah sakit untuk mencari udara segar.

Kami berjalan beriringan sambil saling berbagi cerita mengenai permainan mengerikan yang nyaris merenggut nyawa Jeno tadi hingga kami tiba di halaman rumah sakit.

"Gue tadi sembunyi di kolong kasur, sumpah gue gak tau Jeno ngumpet dimana tau-tau gue denger bang Yuta teriak manggil lu." ucap Yangyang setelah kami memilih duduk lesehan di pelataran rumah sakit.

Aku bergidik ngeri setelah mengingat-ingat apa yang dilakukan boneka hantu tersebut kepada Jeno,
"Sama, tapi untung bang Yuta liat. Alamatnya Jeno bisa mati kalo bang Yuta gak liat itu boneka lagi mau ngebunuh Jeno!" balasku.

Yangyang mengusap dadanya, menghembuskan nafas lega ke udara,
"Untung Tuhan masih baik kasih kita selamat..."

"Tapi bentar deh," mataku memicing guna membaca papan nama rumah sakit yang terbuat dari besi itu dengan lebih seksama.

Mataku membulat sempurna setelah menemukan sebuah kejanggalan pada papan nama rumah sakit yang nampak telah berkarat tersebut,
"Yanghwajin? Itu bukannya nama kuburan?" kataku pelan nyaris seperti bisikan sembari memandang Yangyang.

Yangyang mendelik tak percaya detik selanjutnya, "Sialan! Ini kuburan, kita dikerjain setan!" umpatnya,
"Lu siapin mobil biar gue panggil anak-anak!"

Pemuda Liu itu lantas mengambil langkah cepat memasuki bangunan rumah sakit fiktif rekaan setan tersebut hendak menjemput teman-teman yang lain.

"Sial! Bisa-bisanya gue lengah, padahal harusnya gue jagain mereka!"
aku menyumpah serapah sambil menyalakan mesin mobil sambil berharap teman-temanku lekas sampai kemari.

Beberapa menit berselang, Yangyang kembali bersama Jeno, Johnny serta Yuta.
"Buruan!" titahku, kemudian bergerak sigap membantu mereka memapah Jeno yang telah siuman.

"Ini ada apaan dah?" tanya Yuta dengan raut kesalnya.

"Gak ada waktu buat jelasin!" sergahku.

Cepat-cepat kami masuk kedalam mobil, Johnny yang bertugas mengemudi langsung tancap gas dengan kecepatan tinggi.
Detik berikutnya, rumah sakit itu berubah wujud ke wujud aslinya yaitu sebuah tanah pengkuburan tua.

✖️✖️✖️

Tenang, ini semua masih belum ada apa-apanya!
Selamat bersenang-senang dengan permainan karena tidak ada jalan keluar bagi kalian yang telah bergabung!

[✔️] The Game ; Xiao DejunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang