"Bagaimana kabarmu dan anak kita?" Tanya Alvaro kepada Keyla yang berada dihadapannya yang sedang meminum manggo juice.
Keyla menepati janjinya akan menemui Alvaro ketika jam makan siang tepat di caffe yang tidak jauh dari perusahaannya.
"Sangat baik." Jawab Keyla dengan senyuman bangganya.
Bagimana tidak bangga? Hasil usahanya dari nol tidak sia-sia.
Ya, semenjak dirinya meninggalkan Alvaro? Keyla harus membanting tulangnya untuk membuka bisnis baru dengan modal yang sangat kecil. Keyla tidak mau menerima bantuan dari Raka maupun daddynya. Ia mau membuktikan bahwa dirinya mampu berdiri diatas kakinya sendiri. Dirinya tidak mau merepotkan Raka dan Daddynya terlalu banyak. Dirinya tidak mau dikasihani oleh banyak orang.
Maka dari itu ia memulai dengan bekerja disuatu swalayan seraya membuka bisnis kecil-kecilan. Tinggal dirumah sederhana dengan makan yang secukupnya. Kadang dirinya tidak makan hanya untuk melihat anaknya makan dan mencukupi kebutuhan anaknya yang saat itu masih sangat kecil, beranjak bersekolah. Walaupun anak-anaknya tidak pernah mempermasalahkan kehidupan mereka. Namun Keyla tetap merasakan sakit apabila kebutuhan anaknya tak terpenuhi. Ia terbiasa kebutuhannya terpenuhi dan melakukan apapun sesuai kehendaknya.
Seiring berjalannya waktu, usaha Keyla semakin luas dan beranjak terkenal berkat bakat bisnis yang Keyla miliki. Keyla mampu menarik beberapa Investor untuk menanamkan sahamnya untuk perusahaan Keyla hingga saat ini.
"Baguslah kalau begitu, aku senang mendengarnya. Selama ini kalian tinggal dimana? Kenapa aku sulit menemukan kalian? Dimana kalian bersembunyi?" Tanya Alvaro penasaran. Pasalnya ia sudah menyuruh seluruh anak buahnya untuk mencari Keyla kesuluruh dunia. Namun tidak membawakan hasil apa-apa.
"Untuk apa? Supaya kau bisa memisahkan aku dengan anakku lagi? Atau mengurungku? Oh atau kau ingin mengancam orang terdekatku?" Tanya balik Keyla yang berhasil membuat Alvaro bungkam.
"Maafkan aku. Saat itu aku tidak berfikir jernih. Yang ada diotakku saat itu hanya tidak mau kehilangan dirimu." Sesal Alvaro.
"Ck! Bukankah itu sudah menjadi suatu hal yang biasa untukmu? Bertindak sebelum berfikir?" Sindir Keyla yang sukses membuat Alvaro terdiam lagi.
"Oke, kita lupakan ini semua. Aku sudah memaafkan-mu." Seru Keyla.
"Jadi, apa maksud-mu mengajakku bertemu? Hanya untuk bertanya seperti ini?" Tanya Keyla yang enggan basa-basi.
"Aku merindukanmu."
"Oke, tapi aku tidak. Lalu?" Tanya Keyla.
"Apakah cinta-mu sudah tidak ada lagi untukku?" Tanya Alvaro.
Keyla menggeleng. "Tentu! Cinta? Aku sudah tidak percaya lagi apa itu cinta untuk seseorang selain ketiga anakku." Jawab Keyla lantang.
"Apa ini karena Raka?" Tanya Alvaro.
Keyla terkekeh. "Bukan urusanmu. Kita sudah tidak apa-apa lagi remember? Kau tidak pantas untuk mencampuri urusanku lagi."
"Kau masih menjadi istriku. Aku belum menandatangani surat perceraian yang kau kasih." Ujar Alvaro.
Keyla menaikan kedua alisnya dan mengedihkan bahunya acuh. "Aku tidak perduli. Bagiku, kau adalah masa lalu-ku yang tidak berhak untuk menjadi masa depanku." Balas Keyla.
"Udah? Hanya ini yang ingin kau tanyakan? Apakah ada lagi? Cepatlah! Waktuku tidak banyak, aku harus kembali bekerja." Titah Keyla sambil melirik jam tangannya.
"Apa yang telah kau lakukan kepada kedua anakku?" Tanya Alvaro yang membuat Keyla memberhentikan kegiatannya yang ingin memasukkan ice cream kedalam mulutnya.