Bab 1

11 2 3
                                    

Petir dan hujan
Menenangkan sekaligus menakutkan

Kau nyamankan aku dengan belaian
Kau sakiti aku dengan kehilangan


###

Sore itu langit mulai menampakkan warnanya yang kelabu. Matahari yang semula dengan gagah memperlihatkan cahayanya, kini mulai pasrah di tutupi awan gelap. Awan cerah mengakui kekalahannya dan ikut menghilang seiring hembusan angin. Suara petir mulai terdengar seolah mengucapkan salam, tidak lama kemudian awan gelap pun perlahan memuntahkan isinya.

Akio dengan seragam olahraganya, mengutuki kehadiran hujan yang menghambat kegiatan olahraganya. Kedua telinganya tampak ditutupi oleh earphone yang mengeluarkan suara musik yang kerasnya nauzubillah. Akio mengalihkan pandangannya ke arah pintu kelas, berusaha tidak melihat ke arah rintikan hujan.

"Oi, ngelamun pak?" celetuk Andre, teman sebangku Akio.

Akio hanya diam, tatapannya tidak lepas dari pintu kelas. Andre yang menyadari suara earphone Akio yang begitu keras, akhirnya melepaskan earphone itu dari telinga Akio.

"Gila ya lu? Kuping lu nggak sakit apa?" tanya Andre sembari duduk di bangkunya.

Bukannya menjawab, Akio malah diam membatu. Kedua matanya tidak berkedip sedikit pun, perlahan dadanya terlihat naik-turun layaknya orang yang sedang kesusahan bernafas.

"Heh, lu kenapa?" tanya Andre khawatir.

Akio berdiri hendak pergi meninggalkan Andre, namun hal itu dicegat oleh Andre. "Lu mau kemana?" tanya Andre lagi sembari menahan lengan Akio.

"Lepasin gua!" seru Akio menepis tangan Andre dengan kasar.

Andre menatap punggung Akio yang pergi keluar kelas, ia menggaruk kepalanya akibat kebingungan. "Gua salah apa lagi sih?" tanyanya pada diri sendiri.

Sedangkan Akio tampak dengan buru-buru melangkah menuju taman di belakang sekolah, sepertinya ia sudah tahu bahwa di taman itu tidak akan ada orang di jam segitu. Ia tidak bisa mendengar suara lain selain suara petir dan rintikan hujan, pikirannya pun mulai dipenuhi oleh bayangan masa lalunya yang mengerikan.

Akio meraih sebotol obat dari sakunya. Dengan tangan yang bergetar hebat, ia berusaha mengeluarkan satu pil dari botol itu. Namun karena tergesa-gesa, ia malah menjatuhkan semua pil yang ada di botol itu. Tanpa pikir panjang, ia pun mencoba meraih satu pil yang tercecer di tanah.

"Lu gila, ya?" seru Bella yang tiba-tiba merampas pil yang berhasil dipungut oleh Akio.

Akio dengan deru nafas yang tidak karuan berusaha merampas pilnya kembali, namun hal itu gagal dilakukannya. Ia malah tidak sengaja didorong oleh gadis yang tidak dikenalnya itu.

"Kembaliin pil gua," ucap Akio memohon.

Bukannya menjawab, Bella malah menatap Akio yang tampak kacau. Seragam olahraga yang ia pakai terlihat basah akibat hujan, celananya pun tampak kotor akibat terjatuh di tanah. Bella melirik pil yang berhasil ia rampas dari Akio, pil itu terlihat sangat kotor akibat tercampur dengan partikel tanah.

Bella tiba-tiba meraih sebotol air mineral dari tasnya, lalu menyiram pil itu agar bebas dari kotoran partikel tanah. Setelah itu ia memasukkan pil itu dengan paksa ke mulut Akio, lalu meminumkan air mineral dari botol miliknya.

Akio sedikit terbatuk akibat paksaan yang ia terima dari Bella. Setelah berhasil menelan pil itu, ia menutup telinganya dengan kedua tangan. Bella yang berada disampingnya hanya diam, ia masih setia berdiri sembari memayungi tubuh Akio yang tampak gemetaran.

TOGETHER BE CRAZYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang