Chapter 8 [Memories]

139 16 34
                                    

Mungkin bagian cerita yang ini akan membuat para pembacanya merasa senang atau lega.

Karena sekian lama, aku dan Luca mulai membulatkan perasaan kami dalam satu malam.

Tapi saja aku tau, hari itu adalah hari terakhir aku bersamanya.

Hari terakhir dimana aku bisa menyentuhnya.

Hari terakhir melihat senyumannya.

Mungkin aku tak akan membiarkan pria itu membawamu pergi..

Tapi demi mimpimu yang sama tingginya dengan mimpiku.
Akan kuterima apapun itu.

=======================

Edgar POV

Sehari setelah hari natal, aku masih berada di rumahnya.
Menunggu sosoknya yang menyuruhku untuk kembali lebih dahulu.

Jarum jam berdetak di dinding.
Sambil menunggu kedatangannya, sebuah kanvas kuraih, beberapa jenis warna kuoleskan, mulai menggambar seperti biasa.

Tepat pukul tujuh malam, suara pintu terbuka terdengar.

"Edgar!"

Wajahnya berseri-seri memanggil namaku. Entah apa yang baru dia dapat sampai menampakkan wajah seindah itu.

Tuan Balsa berlari kearahku, dia memelukku erat, mengabaikan kanvas dengan cat basah dalam genggamanku.

"Tebak, apa yang baru saja kualami?"

Sebentar aku bingung memikirkan jawaban.

"Dapat pujian?"

"Bukan."

"Doorprize."

"Apalagi itu."

"Give away?"

"Bukan yang itu juga."

"Kalau begitu apa? Aku bukan peramal, Tuan Balsa!"

Tuan Balsa tertawa melihatku.
Lantas dia mendekatkan wajahnya.

"Aku.akan.membuat.penemuan!"

Mataku melebar, tak percaya dengan apa yang baru dia ucap.

"Bagaimana bisa?!"

Tuan Balsa mulai menjelaskan apa yang baru saja terjadi hari ini.
Dia bilang seorang professor dari luar kota kagum melihat pengetahuannya seputar sains. Professor itu ingin menjadikan Tuan Balsa sebagai asisten penemuannya. Dan menciptakan suatu penemuan besar untuk mereka berdua.

"Dan dia bilang, besok akan membawaku ke tempatnya bekerja! Bukankah itu terdengar keren, Edgar?"

"Mungkin kau perlu pulang dulu untuk beberapa hari kedepan, berhubung aku tidak akan di rumah."

Seketika tatapan mata kuturunkan.
Ya, aku senang akhirnya impian Tuan Balsa terwujud.

Tapi...

"Apa itu berarti kau akan meninggalkanku, Tuan Balsa?"

Air mata menggenang di mataku.
Aku tak siap ditinggal olehnya.
Sosok manusia yang kukagumi seumur hidupku.

Tuan Balsa menatapku dengan rasa khawatir.

"E-edgar, bukan itu maksudnya... Aku pasti akan kembali--"

Dia menyentuh pundakku, tapi aku menepisnya.

"Penemuanmu lebih penting, bukan? Tuan Balsa tak perlu susah-susah memperdulikanku."

Tap!

Lost Memories (LucaxEdgar) || Identity V FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang