Chapter 2 [Memories]

119 18 16
                                    

Setelah pergi dari pameran itu. Entah kenapa aku jadi sulit untuk tidur.
Ah ya, benar, itu karena dirinya.
Sosok pria aneh yang tiba-tiba muncul.

'Itu Masterpiece!!'

Pujianmu terus berputar dikepalaku. Tak juga membiarkan mataku menutup sedikit saja.
Senyummu pun terngiang di dalamnya, terlihat begitu indah, rasanya aku ingin me–

"Tidak, tidak Edgar! Kau tau kan dia juga laki-laki.", bisikku dalam hati.

Tapi kenapa, kenapa dia tampak begitu menawan?
Kenapa aku begitu tertarik dengannya?

Argh, aku semakin tidak bisa tidur!

Tanganku meraih kuas dan kanvas yang tergeletak diatas meja.
Dengan cepat kulukis sesuatu yang terus menyangkut di kepalaku.

"Sedikit lagi... selesai!"

Lukisan awalku tentang dirimu,tampak begitu sempurna.
Tapi tetap, walau sempurna, tak ada yang lebih sempurna dari dirimu yang sebenarnya.

=====================

"Ayah ingin kemana?"

Sudah beberapa hari setelah kejadian itu. Aku tetap tak bisa berhenti melupakan sosok Luca Balsa.

"Seperti biasa, pameran."

"Apa itu pameran yang sama seperti dulu?"

"Ya begitulah, memang kenapa?"

"Apa aku boleh ikut?"

Ayah menatapku aneh. Tak seperti biasa anak satu-satunya ini antusias akan hal seperti itu. Dia tau jelas kalau aku lebih suka mengurung diri di kamar.

"B-baiklah..?"

Aku bisa mendengar kata "Aneh" dari bisikannya. Tak apa, aku tak peduli itu. Aku hanya perlu bertemu lagi dengannya!

Tak lama sampai juga di gedung yang kumasuki beberapa hari yang lalu.
Gedung tempat dimana kami berdua bertemu.

Mencari suatu karya yang berhubungan dengan ilmu pengetahuan dalam lautan manusia.
Disanalah kau berdiri tanpa lelah, terus menatap benda yang selalu kau sanjung.

Langkah kakiku perlahan mendekat.
Tak ingin mengganggumu.
Tapi dengan cepat kau tau aku ada disana.

Senyum termanis itu sekali lagi menyapaku, dengan tawa renyah yang muncul di wajahmu.

"Kita bertemu lagi, tuan valden."

Ah, suasana hati berubah seketika.
Terasa ringan, melayang di udara.

Kau tampak bingung, tentunya.
Tanganmu kau lambaikan di depan muka. Memecah lamunan seketika.

"Tuan Valden?"

"Ah, maaf. Aku sedikit berpikir tadi."

"Berpikir... apa yang kau pikirkan?"

"Uhh itu.."

Berusaha mencari jawaban lain selagi menyembunyikan yang sebenarnya.
Lensaku menangkap benda yang kini berbeda dengan benda sebelumnya.
Hanya berbeda struktur dan cara kerja, mungkin.

"Benda itu tampak berbeda dari sebelumnya."

Tentunya berbeda, setiap minggu setiap peserta pameran pasti mengganti karyanya!
Apa itu membuatnya kebingungan?
Apa aku salah mengambil topik atau–

"Tentu saja!"

Suara ceria muncul dari mulutmu.
Lensa mata coklat berkelap-kelip menatap benda itu.

Lensa mata coklat berkelap-kelip menatap benda itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Lost Memories (LucaxEdgar) || Identity V FanfictTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang