Bab 38

4K 291 23
                                    

🌈 Happy Reading 🌈

Aku berharap sebab aku takut kehilangan

Alana mengeryit bingung, saat ini ia sedang berdiri di suatu tempat yang tidak pernah ia kunjungi sebelumnya, Alana menatap tubuhnya sekarang ia menggunakan dress putih panjang, kemudian ia menatap ke sekeliling tempat ini begitu indah dan terasa sangat damai.

Dari jarak yang jauh di depannya, ia melihat dua orang yang perlahan mendekat ke arahnya, "Oma, Opa?" Kejut Alana yang dibalas dengan senyuman.

Tanpa pikir panjang, Alana lalu mendekat dan memeluk dua orang yang sangat ia rindukan itu."Lala kangen sama Oma, dan Opa. Lala capek, Lala boleh ikut kalian kan?"

Ranti melepaskan pelukan dari cucunya itu, ia mengelus rambut Alana sambil tersenyum. "Kamu belum bisa ikut bersama kita sayang."

"Kenapa?" tanya Alana dengan nada sedih. Ranti tak menjawab, ia membalikkan tubuh Alana hingga Alana menatap seseorang yang Sedari tadi berdiri di belakang Alana.

"Masih ada seseorang yang menunggu kamu di sana, dia masih ingin kamu kembali sayang. Oma, akan jemput kamu lagi saat dia sudah mengikhlaskan kamu," jawab Ranti.

"Tapi Lala udah capek Oma. Lala capek sendirian."

"Tidak sayang, kamu tidak sendirian kami selalu menunggumu. Kembalilah pada dia,dan semuanya akan berubah."

Pria yang ada di depannya kini sedang melambai-lambai tanyanya, mengisyaratkan agar Alana datang ke arahnya. Alana kembali menengok ke belakang untuk meyakinkannya, Ranti dan Surya bersamaan mengangguk menatapnya. Alana pun mendekat ke arah sosok itu yang akan membawanya kembali ke dimensi yang berbeda.

Reyhan merasakan sebuah gerakan pada tangan Alana yang ia genggam, dengan cepat ia menghapus air matanya dan menatap tangan itu. Ternyata itu bukanlah ilusi, tangan Alana mulai bergerak kembali.

Dengan segera ia berteriak memanggil Dokter Dinda, Dokter Dinda pun memeriksa Alana dan hasilnya ....

"Ini sungguh ke ajaiban, detak jantung Alana kembali," ucap dokter Dinta yang disambut senyuman semua orang yang ada di sana.

Mendengar itu, Reyhan memegang pipi Alana, mengelusnya dengan lembut. Sorot mata bahagia terlihat jelas di mata Reyhan.

Perlahan mata Alana terbuka, hal pertama yang ia lihat adalah wajah Reyhan yang menatapnya.
"Rey?" ucap Alana dengan suara yang terdengar lemas dan serak.

Reyhan masih tak percaya, gadisnya kembali bangun, Ia lalu memeluk tubuh Alana.

"The power of Cinta," gumam Anna yang menatap keduanya.

Sedangkan di tempat lain, kondisi Amara semakin drop, ia belum bangun juga dari pingsannya. Belakangan ini Amara selalu murung dan tidak banyak makan, alhasil membuat tubuhnya semakin lemas dan mudah pingsan.

Setelah Alana sadar, ia lalu dipindahkan ke ruang inap biasa. Anna sudah berpamitan pulang terlebih dahulu. Kini menyisakan semua temannya dan tentu saja Reyhan yang Sedari tadi tidak melepaskan gegaman tangannya pada Alana, seolah ia tidak mau kembali di tinggalkan.

"Gandeng terus mas," goda Erick.

"Truk aja gandengan, masa gue gak sih? Makanya cari gandengan," balas Reyhan yang membuat semua yang ada terkekeh menatap wajah Erick.

"Ejek terus apek mampus nih gue." Erick berdecak tak terima.

Mereka terus tertawa bersama. Sampai dokter Dinda datang. Setelah itu Dokter kembali memeriksa kondisi Alana.

Pelangi di penghujung hari [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang