🌈 Happy Reading 🌈
"La—la." Sebuah kata yang pertama kali keluar dari bibir Amara saat membuka matanya.
Alana mengangguk dengan tangan masih menggenggam tangan Amara dengan mata yang berkaca-kaca.
"Iya Ma, ini Lala." Amara menetaskan air mata tak percaya. Putrinya sudah bangun dari koma, sebelah tangan Amara yang lain mengusap lembut rambut Alana, rasa penyesalan menjalar ke seluruh tubuh Amara.
Hati Amara serasa ditusuk beribu jarum melihat wajah Alana, sedari kecil gadis itu tumbuh dengan beribu luka yang disebabkannya.
"Maafin Mama ya La, maafin Mama," isak Amara.
Alana tersentak mendengar kata maaf dari bibir Amara.
"Maafin semua kesalahan Mama La, Mama salah menilai kamu selama ini, kamu udah berkorban untuk hidup Mama," tangis Amara semakin pecah.
Amara sangat merasa bersalah saat ia mengetahui ginjal yang ada dalam tubuhnya selama ini adalah ginjal Alana.
"Mama gak perlu minta maaf, mama gak pernah salah. Udah tugas Alana untuk nolong mama." Alana juga ikut menangis.
"Tidak La, ini semua salah mama. Mama terlalu buta melihat kamu selama ini, mama terlalu benci dengan masa lalu dan melampiaskan semua itu pada kamu, Mama sangat menyesal La." Amara menangis sesenggukan.
"Berhenti minta maaf Mah, Lala ikhlas menerima itu semua, yang terpenting saat ini mama udah ada untuk Lala. Lala sayang mama."
"Mama janji akan mencarikan donor ginjal untuk kamu La, Mama mau menebus semua kesalahan Mama."
Alana menggeleng. "Itu nggak perlu Ma, waktu Alana sudah tidak lama lagi. Lala cuma perlu kasih sayang mama yang Lala rindukan selama ini, Ma."
Amara semakin menangis mendengar jawaban Alana. "Tidak La, kamu harus optimis Mama yakin kamu akan sembuh dan kita akan sama-sama terus, La." Amara dengan susah payah bangkit dibantu oleh Farid dan memeluk tubuh Alana.
Keduanya sama-sama menangis di dalam pelukan itu."Mama janji akan menebus semua kesalahan mama selama tujuh belas tahun yang telah kamu lewati sayang." Seketika tubuh Alana menghangat mendengar kata sayang terucap dari bibir Amara untuknya.
"Maafin Caca juga Ma, La, Pa, Caca juga salah semala ini buat mama semakin benci sama Lala," ucap Bianca yang sedari tadi telah menangis melihat keduanya.
Amara dan Alana mengangguk bersamaan sambil merentangkan tangannya agar Bianca ikut memeluk mereka berdua.
Bianca tersenyum melihat jawaban Amara dan Alana, ia kemudian ikut masuk ke dalam pelukan itu.
🌈🌈🌈
Mulai hari ini kebahagiaan yang sangat Alana inginkan sejak dulu, hadir untuknya. Sekarang Alana tak merasa sendiri lagi, karena semua orang memperhatikannya.
Bahkan saat ini Alana makan dengan disuapi oleh Amara, gadis itu tak henti-hentinya tersenyum melihat semua kasih sayang yang diberikan oleh Amara.
"Makan yang banyak sayang biar kamu kuat." Amara kembali menyuapkan bubur itu ke dalam mulut Alana.
Alana mengangguk bahagia, inilah yang ia mau selama ini.
Setelah semua bubur itu masuk ke dalam perut Alana, Amara kemudian bangkit berganti mengambilkan Alana air minum.
"Kalo kamu masih belum kuat, kamu pergi ke makam Papa besok aja sayang," kata amara.
"Enggak Ma, Lala udah kuat kok," ucap Alana meyakinkan Amara.
"Yaudah kalo gitu, tapi jangan dipaksa kalo emang belum kuat. Itu kebetulan Reyhan datang."
"Pagi, Tan," ucap Reyhan yang baru saja masuk ke dalam kamar rawat Alana.
"Tante titip Alana ya Rey, Tante tau kamu pasti bisa buat Alana bahagia." Amara menepuk bahu Reyhan.
"Iya Tan, pasti."
"Yaudah kalo gitu Mama kaluar dulu ya sayang, kamu hati-hati di jalan." Amara mengecup puncak kepala Alana Sebelum keluar dari ruangan.
🌈🌈🌈
Sore ini Alana dan Reyhan berniat untuk mengunjungi makam Tomi, Reyhan mengendarai mobilnya dengan pelan agar Alana merasa nyaman di dalam sana.
Setelah tiba di pemakaman, Reyhan membuka bagasi belakang untuk mengambil kursi roda yang akan ia pakai untuk Alana. Reyhan mengangkat tubuh Alana dari dalam mobil berpindah ke kursi roda.
Setelah Alana duduk nyaman di kursi roda, Reyhan mendorong kursi itu sampai di depan makan Tomi.
Reyhan memasang rem pada kursi roda Alana, lalu ia berjongkok di samping gadis itu."Apa kabar Pah? Pasti Papa baik-baik aja kan di atas sana? Lihat Reyhan bawa siapa ke sini? Gadis yang selama ini papa ingin temui, sekarang dia di sini Pah, di depan papa," ucap Reyhan sambil menatap ke arah Alana yang berada di sampingnya.
"Hai Pa, ini aku putri yang Papa cari. Meski Alana gak pernah ketemu Papa, Lala yakin Papa itu orangnya tampan, tapi sayang ya Pah kita baru ketemu sekarang, jadi Alana gak bisa lihat papa secara langsung. Asal papa tau, Alana sayang banget sama PaPa. Reyhan juga udah cerita banyak banget tentang Papa sama Alana. Kata Reyhan Alana sama Papa punya banyak kebiasaan yang sama, salah satunya sama-sama suka makan soto ayam dan suka koleksi buku." Air mata Alana terus mengalir mengucapkan itu semua, ini adalah kali pertamanya menemui Papa kandungnya, dan ia tidak bisa melihat Tomi secara langsung.
"Pah, Papa jangan pernah salahin diri papa ya di atas sana, karena di sini Alana merasa beruntung. Karena Papa Alana punya kesempatan untuk hidup di dunia ini. Alana gak pernah menyesal terlahir dan hidup seperti dulu, karena semua itu sudah berubah, semua sayang sama Alana Pah, jadi Papa di atas sana yang bahagia ya." Alana menghapus air matanya sambil tersenyum.
"Alana juga adalah orang yang selama ini Reyhan sering ceritakan ke papa, dia cantik ya pah. Gak salah kan Reyhan kalo pilih?"
"Benar kata orang ya Pah, kalo dunia hanya selebar daun kelor."

KAMU SEDANG MEMBACA
Pelangi di penghujung hari [Revisi]
Teen Fiction"kita beda, dunia tidak mentakdirkan kita untuk terus bersama, duniamu penuh dengan warna bagaikan pelangi. Sedangkan duniaku hitam, seperti gelapnya malam, aku pamit." 🌈🌈🌈 Ketika semua orang menganggap rumah adalah istana, dengan keluarga yang s...