"Cuek ke orang itu perlu,
Peduli itu untuk orang tertentu."–Daniel Allee Tirtan–
Sudah hampir Tiga puluh menit Qila mengikuti alamat yang sudah diberikan oleh Mamanya menuju kerumah Daniel. Sesekali dirinya bertanya kepada pedagang ataupun pejalan kaki, takut saja jika dirinya salah arah. Qila mengentikan Mobilnya didepan gerbang, menatap sejenak rumah mewah minimalis itu.
"Permisiii,"
"Iya neng? Cari siapa ya?"
Qila tersenyum ramah kepada Satpam yang membuka Gerbangnya dengan cepat. "Tante Lana nya ada, Pak?"
"Aduh Neng, kalo Bu Lana sih belom pulang kerja, tapi kalo Den Daniel sih ada,"
Qila diam. Berfikir untuk bertemu kepqda Daniel atau tidak. Jika tidak? Bagaimana dengan kue buatan Mamanya.
"Yaudah Pak, saya ketemu sama Daniel aja."
"Yaudah silahkan Neng."
Qila berjalan menuju pintu utama rumah mewah itu, sebelum menekan bel rumah itu, Qila memejamkan Matanya seraya menghembuskan nafasnya perlahan. Satu kali tekan tidak ada suara? Kila kembali menekannya hingga tiga kali. Dirinya yang hendak kembali menekan bel itu terhenti saat gerakan pintu akan terbuka.
"Sab–" Ucapan Daniel terhenti saat ia tahu siapa yang menekan bel rumahnya. Qila tersenyum lebar, menderetkan gigi putihnya.
"Hai, eh, tunggu–aw!" Qila berjongkok seraya memegang tangannya yang terluka karena Daniel secara tiba-tiba menutup Pintu rumahnya. Qila dengan cepat pun menaha Pintu itu dan alhasil jari kelingkingnya terjepit lalu mengeluarkan darah.
Daniel hanya menatap datar Qila tanpa berniat membantu, ia sadar jika Jari kelingking Qila terluka dan mengeluarkan darah, tapi entah kenapa dirinya tidak tergerak untuk membantu Qila. Kasihan? Oh, tentu tidak.
Qila berdiri, dengan mata sembabnya karena menangis. Ditatapnya Daniel seraya menyodorkan plastik yang berisi Kue Brownies buatan Mamanya.
"Gue kesini cuma mau ngasih kue buatan nyokap gue buat Tante Lana," Daniel mau tak mau menerima pemberian Qila.
Qila mengangkat Jari kelingkingnya tepat diwajah Daniel. "Makasih lukanya, gue pulang." Ucap Qila lalu melenggang pergi dari hadapan Daniel.
Daniel menutup Pintu, membuka Plastik yang berisi kue itu. Didetik selanjutnya ia menghedikkan bahunya acuh, berjalan ke arah dapur.
Bodo amat!
Lima belas menit berlalu, Daniel menyambar Kunci Motor di atas nakas, melenggang pergi dari rumahnya seraya membawa sesuatu ditangannya. Daniel melajukan Motornya, membelah jalanan Ibu Kota Jakarta yang penuh hiruk-pikuknya, melesat kesana-kemari, mengabaikan umpatan pengendara lainnya.
Dua puluh menit berlalu, Daniel memasuki kawasan perumahan elit, memarkiran Motornya disalah satu rumah itu.
"DANIEEEL!" Seseorang berlari menghamburkan pelukannya kedalam tubuh Daniel.
Danie tersenyum, mengacak gemas rambut gadis itu.
"Tumben ngga ngabarin aku dulu?" Tanya Selin mendongak karena Tubuh Daniel yang tinggi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Daniel | Akhir Yang Bahagia [On Going]
Teen Fiction[ DILARANG MEMPLAGIAT CERITA INI ! ] [ • Typo Bertebaran !!! • ] [ • Revisi jika sudah selesai • ] _______ Menceritakan seorang anak muda bernama Daniel yang harus menanggung ide gila Kedua Orang-tuanya kare...