TWO -Benih Cinta-

1K 124 86
                                    

Setelah lama ngga update, yuk mari kita lanjutkan.
Follow dulu.
@mila_aprll

Happy reading 🌼

••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••••

Tania tengah memilah baju yang ada dilemarinya. Ini adalah kali pertama ia pergi bersama seorang lelaki, seumur hidupnya baru kali ini ia merasa gugup masalah penampilan.

"Pake baju apaan, ya? Sumpah gue pusing banget ini," ujar Tania seraya berjongkok di hadapan jejeran baju miliknya.

"Gue enggak punya baju, gimana dong ini."

Begitulah perempuan, mau baju sebanyak apapun kalau ingin pergi pasti perkataan legendnya adalah enggak punya baju.

"Bunda." Rengek Tania entah pada siapa, karena pada kenyataannya ia hanya sendirian di dalam kamar.

Tania melirik jam didinding, sudah pukul setengah tujuh sedangkan Rio akan menjemputnya pukul delapan nanti.

"Pake apa aja, deh. " Akhirnya pilihannya jatuh kepada dress selutut berwarna broken white, dress simpleks namun sangat cantik dan pas dipakai di tubuh ramping Tania.

Dilain tempat, Rio tengah senyum-senyum tak jelas. Posisinya tengah berada di ruang keluarga, lelaki itu tengah menonton televisi atau malah televisi yang menonton Rio tengah tersenyum seperti orang kerasukan.

"Bang," panggil Amel adiknya membuat Rio menoleh.

"Apa?"

"Jangan senyum-senyum kaya gitu, lah. Aku ngeri ngelitnya," ujar adiknya seakan tanpa dosa lalu duduk di samping Rio.

Rio malah tertawa lalu merubah posisi duduknya menjadi menghadap Amel yang ada di sampingnya. Amel melihat itu mengernyitkan keningnya bingung.

"Mel, tau gak?" Tanya Rio membuat Amel menggeleng sekaligus sangat penasaran.

"Ntar malem gue mau jalan sama cewek gue, Mel. Yaampun, Lo nyangka enggak, sih? Kalo gue mah nyangka-nyangka aja, siapa sih emang yang enggak mau sama gue, iya gak?" Cerocos Rio.

"Ceweknya sehat enggak, bang?" Tanya Amel.

"Sehat, kenapa emangnya?"

"Kalo sehat, kenapa dia mau sama abang? Aku adek Abang juga males jalan sama Abang, suka malu soalnya." Rio ternganga mendengar penuturan Amel.

Jadi selama ini Amel malu mempunyai Abang seperti Rio? Apa yang mau Amel buat malu, Rio tampan? Jelas, kaya? Jelas, setia sama satu perempuan? Bukan lagi, Rio sangat setia. Lantas, apa yang membuat adiknya malu?

"Malu kenapa? Gue ganteng, iya, kaya juga, iya. Apa yang kurang dari gue coba?" Tanya Rio seraya mengkoreksi dirinya sendiri.

Em, ralat. Bukan mengkoreksi tapi membaguskan.

"Abang mau tau apa yang kurang dari Abang?" Rio mengangguk.

Amel terkikik sebelum menjawab pertanyaan kakaknya, "Otak, yang kurang dari Abang adalah Abang enggak ada otak."

Setelah mengucapkan itu Amel berlari menuju kamarnya serasa tertawa puas meninggalkan Rio yang masih cengo akibat jawaban adiknya.

Sungguh adik kurang ajar, batin Rio.

30 DaysTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang