10

934 156 22
                                    

Gue kesenangan sendiri setelah Mama ngebolehin, bahkan sempat gue menelepon Kuroo saking senang nya. Sekarang dengan gue membawa tas berisi barang-barang dan pakaian, gue menunggu Kuroo di stasiun, katanya dia bakal menjemput gue karena gue juga lupa bawa payung. Tapi kalau untuk mengekpresikan rasa senang gue ini secara langsung rasanya agak aneh.

"Kei~"

Gue melihat Kuroo yang berlari kearah gue sambil membawa satu payung lagi yang masih terlipat.
"Jangan lari, nanti kepleset"

"Aman sepatu gue mahal, anti slip" sombong nya cowok satu ini.

"Gue habis dari supermarket, lo mau makan masakan gue gak?" kata Kuroo sambil mengangkat kantung plastik yang dia bawa.

"Kalo enak gue telen, kalo gak enak gue lepeh"

Kuroo memberikan gue payung yang satu nya lagi dan ya tersisah banyak waktu untuk saling ngobrol di jalan, tapi gue dan Kuroo gak ngobrol sama sekali. Gue juga gak paham kenapa gue waktu itu mengiyakan ke Kuroo kalau gue mau tinggal dengan nya, status aja gak jelas, ini gue masih berasa di gantung tau gak.

"Kei kemarin lucu dah, kan gue ketemu Bokuto ya, gue liat dia rambutnya kaya gak pake pomade njir, jadi lemes gitu, model rambutnya jadi kaya kageyama"

Gue melihat kearah nya yang bercerita dan tiba-tiba dia berhenti jalan, terus muka nya merah gitu, kedinginan sama kebelet pipis kali ya.

"Kei, lo senyum? Senyum lagi Kei, gue mau liat"

Emang nya gue senyum ya? Perasaan dia aja kali, gue gak merasa gue senyum kok. Tangan Kuroo kini kedua nya da di pundak gue dan mengguncangkan nya.

"Ayoo ah elah, senyum lagi"

"Iya, iya bentar"

Gue tersenyum sekilas dan benar-benar singkat.
"Ih bukan yang kaya gitu, yang lembut gitu, yang halus"

Lo kata gue permukaan softex. Lembut dan halus.
Gue bilang ke dia, jalan aja dulu kerumah kalau dia bisa buat gue ketawa lebar, janji bakal terus senyum kaya orang gila buat Kuroo, iya gue sebucin itu.
Jarak dari stasiun ke apartemen Kuroo jauh lebih dekat dari pada stasiun ke kampus, jadi sekarang gue sudah ada di rumah Kuroo.
Gue menaruh tas berisi barang-barang gue di sudut kamar dan berniat melihat Kuroo yang baru aja sampe, tapi dia udah sibuk di dapur.

"Mau masak apa emang nya?" tanya gue saat melihat Kuroo yang mengeluarkan alat tempur yang ada di dapur.

"Gue mau bikin yang kaya pasta buatan lo, enak tau"

"Kalo enak kenapa waktu itu lo gak ngemuji gue atuh" kata gue sambil bertolak pinggang melihatnya yang keteter sendiri di dapur.
Gue diam memperhatikan nya masak dan ini sudah setengah jam, dia belum selesai juga di dapur, padahal gue gak butuh waktu sampai selama ini cuma buat masak Pasta.

"Kei gue nyerah, bantuin"

Cepat sekali perjuangan mu itu berakhir, pantesan gue belum jadi pacar lo.
Gue mengambil alih pisau yang dia pegang dan melanjutkan sisah pekerjaan nya. Sedangkan Kuroo, ya dia melihat gue dengan senyum.

"Kenapa senyum-senyum begitu?"

Dia terkekeh dan kemudian dengan tiba-tiba memeluk gue yang masih menggenggam pisau, terus Kuroo masuk rumah sakit gara-gara pisau yang menancap, enggak elah gue bo'ong.

"Gue seneng banget lo mau tinggal sama gue. Gue gak harus buang-buang uang gue cuma buat makan di luar" bahkan dia menciumi pipi gue berkali-kali karena posisi nya yang memeluk gue dari samping. Minta gue tusuk beneran ya dia.

"Sialan, lo mau jadiin gue pembantu?"

"Gak gitu sayang, ada sesuatu yang sulit di jelaskan" kata-kata lo menjijikan.

"Sayang?" tanya gue dengan sinis kearah nya.

"Apa sayang?"

Sialan dia malah nanya balik. Gue mengacungkan pisau keperutnya dan bawang bombay kemata nya.
"Ampun tante. Oh jadi gak suka di panggil sayang?"

Gue diam dan kembali melakukan kegiatan yang sebelumnya Kuroo nyerah buat ngelakuin ini. Dan juga buat menyembunyikan sesuatu yang merah di wajah gue.
Gue merasakan perut gue di peluk dari belakang, betul aja Kuroo bahkan sudah menempatkan dagunya dia bahu gue.

"Di panggil apa dong? Dek Kei? Honey? Bae? Babe? Ay? darling? Baby? Atau yang formal, Mas Tsukishima"

"Udah bagus lo manggil gue Kei, aja"

"Ah elah kurang uwu" dia menenggelamkan wajahnya di leher gue sambil menggesekan wajahnya di sana.

"Kuroo sakit, muka lo kaya sikat kawat" kaya nya dia belum cukuran apa ya, pipi sama dagu nya tajem banget njir jadi agak sakit kalau muka nya di gesekan ke tengkuk leher gue.

"Ah iya ya, gue harus cukuran lagi. Itu tinggal dulu, lo ikut gue sini" katanya sambil meraba dagu nya.

Gue melihatnya dari sini yang melepas t-shirt dan masuk ke kamar mandi.
"Eh sini"

Dia mengisyaratkan gue untuk menghampiri nya, jadi setelah cuci tangan yang masih bau bawang itu, gue menghampiri Kuroo yang ternyata lagi bercermin di depan kaca yanga ada di atas wastafel kamar mandi.

"Mirror, Mirror in the wall, who the most handsome in this world"
Ejek gue ketika dia masih dengan pedenya bercermin.

"Dan cermin pun berkata, you my lord Kuroo Tetsurou" orang ini bener-bener gak punya urat malu ya. Tangan gue iseng mematikan lampu kamar mandi, karena saklar lampu nya ada di sebelah gue. Di luar dugaan gue.

"AAAARRRRGGG KEIIII GUE BUTA"

Dia teriak Man. Karena merasa iba dan gue ini anak baik-baik, gue kembali menyalakan lampu nya.
"Aaaaa Kei gue buta" ejek gue, ketika melihatnya yang terdiam.

Tiba-tiba Kuroo menutup pintu kamar mandi yang ada di belakang gue dan menguncinya, dia berjalan mendekat kearah gue sampai gue tersudut kan di balik pintu.

"Kei, lo belum pernah kan, bagian bawah lo di pegang-pegang sama cowok, di gerayangi pas lo tid—"

Gue mendorong wajah Kuroo yang tadi sangat dengan wajah gue.
"Gak usah lo pasang tampang sok mesum, muka lo kalo diem aja udah keliatan mesum nya"

Kuroo menghela nafas dan duduk di closet, dari belakang tubuhnya keluar alat yang belum pernah sekali pun gue pakai ataupun punya. Manual shaver.

"Sini bantuin gue"

Tok…tok…

Gue mengetuk cermin Yang ada di samping gue beberapa kali sambil melihat kearah Kuroo.
"Ini guna nya apa? Lo punya kaca, kenapa gak lo cukuran sambil ngaca aja"

"Yaelah, gue minta tolong sama lo buat nyukur bulu wajah, bukan bulu yang ada di selangkangan"

Gue menghela nafas dan mengambil manual shaver itu dari tangan nya. Tubuh gue membungkuk dengan satu tangan yang menahan rahang Kuroo. Jujur aja gue pegel sendiri kaya gini. Kuroo yang melihat gue terus bergerak karena pegal, menarik pinggang gue, membuat gue duduk dia atas pangkuan nya dengan mengangkangi nya.
Jadi sekarang, wajah gue sangat dekat dengan wajah nya. Gue melanjutkan mencukur bulu di wajah nya.

"Kuroo jangan banyak gerak, entar muka nya luka" gue bilang kaya gitu karena, sekarang wajahnya semakin dengan gue sampai akhirnya berhenti di bawah leher gue. Dia menjilatnya, mengangkat rahang gue lebih keatas. Sebelah tangannya membuka ikat pinggang gue dan dia menggenggam sesuatu di balik celana itu.

"Aargh…K-Kuroo"

Gue sempat mau menepis tangan nya, tapi di tahan oleh Kuroo. Tangannya yang tadi menahan rahang gue, berpindah menutup mata gue sedangkan satu tangan nya tetap memainkan milik gue di bawah sana.

"Gimana Kei? Hhm? Suka? Jawab dong sayang"

Nafas gue yang terengah, membuat gue gak bisa merespon apapun dari pertanyaan Kuroo. Tangan nya juga gak hentinya memijat sesuatu yang ada di bawah sana.

"Ku-Kuroo… g-gue mau— AAARRGG KUROO"

Kuroo melepaskan tangan nya dari menutup mata gue. Nafas gue masih terengah-engah, karena pelepasan yang baru saja terjadi.

"Cepet banget Kei" dia ngomong kaya gitu, gue emosi.

Untitled づ KurotsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang