09

901 160 21
                                    

"Dadah, ketemuan lagi ya selesai UTS" Mas Bokuto yang sudah mabuk di paksa masuk oleh Mas Akaashi ke dalam taxi.

Insiden Mba pelayan yang melihat gue dan Kuroo yang hampir melepas baju itu, Mas Akaashi ataupun Mas Bokuto gak tau, mereka cuma heran kenapa gue sama Kuroo tiba-tiba diem-dieman, ya padahal selama ini juga gue sama dia diem-dieman

"Yaudah, duluan ya lo berdua hati-hati di jalan" Kata Mas Akaashi dan taxi nya pun yang berisi mereka berdua pergi. 
Tersisa gue dan Kuroo di depan tempat kami minum ini, gak tau ada apa tapi gue gak ada niatan untuk pulang.

"Lo mau pulang? Ayo gue anterin sampe stasiun" ketika Kuroo mulai berbalik badan dan berjalan menuju arah stasiun, gue menarik bagian bawah kemeja nya, membuat dia berhenti dan kembali berbalik kearah gue.

"G-gue, mau main dulu"

Kuroo berjongkok didepan gue dikarenakan gue yang menunduk. Ih ini orang belum aja gue babat tuh rambut biar keliatan kalau tinggi badan lo gak seberapa. Eh tapi Kuroo beneran tinggi kok, rambutnya aja yang gak mau lemes.

"Mau main kemana? Hhhm?"

"Y-ya suka-suka gue lah" Kuroo kembali berdiri tegak dan kini tangan nya mengusap kepala gue.

"Udah malem, pulang, emang nya lo mau di gondol tante-tante. Ah ya ampun brondong, mau kemana kamu seyeng, ikut tante sebentar yuk. Kaya gitu" dia menirukan suara tante-tante dengan sempurna, apa jangan-jangan sebelumnya dia ini tante-tante.

"Ayoo gue anter sampe stasiun"

"Gue mau main kerumah lo" dan ketika gue teriak itu, hujan langsung turun deras. Ya ampun, gini banget heran.

***

Dengan keadaan sama-sama basah kuyup, Kuroo lagi berusaha membuka kunci pintu rumah nya.
Gue merasa gak enak sama Kuroo karena kaya gue merepotkan nya banget.

"Yak bisa. Kei ayo masuk, nanti lo masuk angin"

Apa semenjak dari kereta itu, gue ngerepotin dia ya? Gue gak seharusnya suka sama dia sampai sebegini nya. Tapi Kuroo pernah bilang kalau dia stress karena gue juga.

"Kei—"

"Gue ngerepotin lo ya?"

Dia terdiam dan melihat ke arah gue.
"Kenapa gue merasa harus di repotkan? Terus juga lo gak perlu bersikap kaya gini. I'm yours Kei"

Ya kalau lo milik gue, kenapa gak ada kemajuan, berasa friendzone tau gak, lo gak cuma lagi main-main aja kan, kenapa lo harus bilang kalau lo suka sama gue, tapi ketika gue tau, lo nya kaya udah enggan.
Kuroo menarik tangan gue, membuat gue tertarik masuk kedalam rumah nya dan mengunci pintunya.
Gelap, dalam rumah nya gelap, gue sulit melihatnya yang bahkan sekarang ada di depan gue.

"Kei, ada yang ganjel di hati ya? Iya kan? Silahkan Kei, kalau ada yang buat lo gak nyaman, silahkan bilang, gue gak akan menjudge apapun dari lo, jadi ayo cerita yang jujur. Ada ap—"

"Gue suka sama lo, lo suka sama gue. Lo bilang 'i'm yours' tapi gak ada perkembangan, gue friendzone lo atau gimana? Belum puas lo ngegantungin gue, mau lo apa sih? Hah?"

Gue sampai gak peduli kalau nanti nya itu akan membuat tetangga Kuroo merasa terganggu. Gue udah gak tahan, rasanya lega emang udah ngomong kaya gitu tapi gue masih mengkhawatirkan reaksi Kuroo yang saat ini gak bisa gue lihat. Air mata bahkan rela keluar dari mata gue, karena orang macam Kuroo. Gue bisa jadi secengeng ini karena cowok, bahkan rasanya kaki gue gak sanggup berdiri di tambah pakain gue yang berat karena basah, membuat gue jatuh terduduk, menyembunyikan wajah di lipatan tangan yang bersandar pada kedua lutut yang tertekuk.

Ctek…

"Kei…"

Lampu yang menyala membuat mata gue sakit saat saat wajah gue di angkat oleh Kuroo. Dia melepas kacamata gue yang sudah sedikit berembun itu dan meletakan di samping tubuh gue. Tangannya mengusap air mata gue dengan pelan, sambil tersenyum lembut.

"Hello there,"

Kuroo menarik gue kedalam pelukannya dan justru itu malah membuat sesuatu di antara dada semakin sesak.

"the angel from my nightmare"

Apa maksudnya nyanyi lagu itu, dia gak bisa jawab pertanyaan gue kah? Dia ini anggap gue apa? Cium sana sini semaunya.

"the shadow in the background of the morgue"

Lagu yang Kuroo nyanyikan mengalun lembut, bahkan lagu asli nya yang harusnya sedikit menyentak, di buat seolah-olah terdengar begitu soft.

"the unsuspecting victim of darkness in the valley, we can live like Jack and Sally if we want"

Tangan nya tak berhenti mengusap kepala gue dan menepuk pelan punggung gue.

"where you can always find me. Ya kan? Lo selalu bisa cari gue kemana pun?"

Bukan gue nyari lo, tapi lo yang selalu tiba-tiba ada ketika gue berharap lo ada.

"we'll have Halloween on Christmas and in the night we'll wish this never ends"

"I miss you, i miss you"

***

"Udah mandi nya? Nih minum"

Kuroo memberikan gue segelas susu yang saat gue minum, lagi-lagi dia mencampurkan madu kedalam nya.
Gue menaruh gelas itu ke wastafel dan mencuci nya. Dari sini gue bisa melihat Kuroo yang kau berbaring diatas futon sambil memainkan ponselnya, ya lagi-lagi gue melihat Kuroo yang telanjang dada.

"K-kuroo"

"Hhm?" dia bangkit dari posisi berbaring nya dan melihat kearah gue yang masih berdiri di depan wastafel.

"Gue suka sama lo" aih, ngomong gak pake mikir sih, lagi juga gue kenapa sih.
Gue melihat Kuroo bangkit dan menghampiri gue. Kenapa sekarang gue ngeliat dia itu lebih tinggi ya. Tangannya berpindah ke pinggang gue dan dia mengangkat gue ke meja pantry.
Gue sempat mendengar Kuroo meringis kesakitan dan sedikit menyentuh pundak bagian kirinya.

"Kenapa? Sakit? Kuroo"

"Gak ngapa, pegel doang"

Tangan nya kini berada di masing-masing sisi gue dan dia berdiri di tengah-tengah antara paha gue yang terbuka.

"Kei"

Gue yang tadi nya menunduk karena malu, mengangkat wajah ketika Kuroo memanggil nama gue.

"Lo mau gak tinggal sama gue?"

Untitled づ KurotsukiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang