After the Rain (Yura X Rachel)

41 5 1
                                    

"Sebab hanya kebaikan hati yang dapat menyembuhkan luka hati ..."

    ✧ ⃟ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

Malam itu hujan turun sangat deras, untungnya aku selalu membawa payung, namun ada sesuatu yang menggetarkan hatiku, ketika berjalan pulang dari acara pernikahan Khun dan bam.

Malam itu aku kembali bertemu dengannya, sesosok yang mengajarkan ku tentang apa yang di sebut bintang yang sesungguhnya. Tapi kali ini kuliat ia begitu terpuruk, ia menangis di antara derasnya hujan, terduduk di atas jalan.

"Rachel ... Rachel!" panggilku sambil berjalan menghampirinya

"Rachel!" panggilku lagi, dia menoleh, samar-samar aku melihat matanya sangat sembab.

"Ayo pulang Rachel, nanti kau sakit," Aku mengulurkan tangan, mencoba membantunya berdiri,

Belum sempat ia menggenggam tanganku, ia jatuh tak sadarkan diri. sontak membuat aku refleks membuang payung dan meraih tubuhnya.
dingin, begitu yang ku rasa saat memeluk rachel, aku menggendong rachel kemudian berjalan ke jalan raya.

sampai di halte, aku mendudukkan rachel di kursi yang tersedia, dengan segera ku buka aplikasi taksi online dan memesannya.

Bukan cuma sekali, sudah lebih dari lima kali orderan ku di cancel dengan alasan yang sama. kendaraan umum pun belum lewat sejak tadi, teman teman juga sedang sibuk dan tidak dapat mengantarkan.
Hujan turun semakin deras bersama dengan angin yang bertiup kencang, sementara rachel masih belum sadar.

✧ ⃟ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

Sudah satu pekan sejak malam itu, dan rachel tidak kunjung membuka matanya, dokter bilang tidak ada yang salah, rachel hanya kelelahan, tapi kenapa sampai sekarang terus seperti ini?

Aku melirik Rachel yang terbaring lemah di atas ranjang bersama alat penunjang kehidupan, yang bahkan tidak menunjukkan perubahan signifikan.

"Rachel ... bangunlah, kumohon," ku genggam tangannya.

kemudian keesokan harinya rachel juga belum sadar, begitu terus sampai satu bulan, aku mulai patah semangat, aku khawatir bagaimana jika rachel tidak akan pernah membuka matanya? aku juga takut bagaimana jika aku kehilangan rachel secepat ini.

Suara ketukan pintu terbuka di sertai derap langkah kaki seketika membuyarkan lamunan ku, aku menoleh ke arah sumber suara dan mendapati seorang pria muda dengan stelan jas putih.

"Nn Yura, bersabarlah, nn Rachel mungkin tidak terselamatkan, lebih baik kita sudahi saja," ujarnya sembari mengatur ulang laju infus.

"Tidak ... Jangan, sebentar lagi, biarkan seperti ini." dengan gemetaran aku menggenggam tangan rachel, air mata ini juga turun begitu saja tanpa sempat ku sembunyikan.

"Tapi nn Yura, ini sudah lebih dari satu bulan, dan nn Rachel sepertinya sudah hampir mendekati kematian otak," ia memberi jeda di antara kalimatnya, "Saya harap nn Yura mengerti, saya hanya khawatir jika terus seperti ini akan menyakiti rachel, ikhlaskanlah ...,"

"tidaak, mana bisa begitu ... tidak ... pasti bohong," nafasku tersengal lagi ... untuk kesekian kalinya harapanku terpatahkan, memang tidak salah, yang salah adalah diriku karena terlalu lama memendam rasa ini, adalah salahku yang membiarkannya terjatuh sendiri.

"Nn Yura ... saya tahu ini berat, tapi memang itulah yang terjadi saat ini, kita manusia hanya dapat berharap akan keajaiban," ia menepuk pelan bahuku kemudian berjalan meninggalkan ruangan, meninggalkanku yang terbungkam kenyataan.

kalau saja, kalau saja aku di beri satu permintaan, aku hanya ingin senyummu Rachel,  dan jika keajaiban itu terjadi, kali ini tak akan kulepaskan tanganmu, aku berjanji dengan ini jika kamu terbangun aku tidak akan membiarkan mu sendirian, jadi bangunlah.

Sampai malam tiba, aku kembali mengunjungi rachel, meski tau, kemungkinan besar ia tidak membuka matanya, tapi entah kenapa malam ini aku merasa ada yang akan berbeda.

dan benar saja, saat itu rachel mulai membuka matanya, rasa haru bercampur bahagia menyeruak di hatiku, sebelum aku menyadari sorot matanya yang begitu sendu, seperti telah kehilangan cahayanya, aku salah mengartikan tidur panjangmu, ku kira selama ini hanya ragamu yang terluka, ternya tidak. lebih dari yang ku tau jiwamu juga terluka, apa yang merusak jiwamu sampai seperti ini?

"Nn yura ...," suara lemahnya memanggilku, dia menatapku dengan tatapan yang sangat dalam, ada luka, ada kesedihan, serta ketakutan terpancar di dalamnya.

"Nn Rachel, kamu tau ... di tiap tiap hari yang ku lewati hanya untuk menunggu kau bangun, aku selalu ketakutan ..." tangis ku pecah begitu saja bersama rachel yang menarik ku kepelukannya.

"Kenapa? padahal nn yura bisa pergi kapan saja," ia melepaskan pelukannya kemudian menghapus air mata di pipiku.

"tidak, tidak akan, aku tidak akan meninggalkanmu, aku sudah lelah kehilangan orang yang berharga di hidupku," ujarku sambil menahan tangan rachel agar terus menempel di pipiku.

"kenapa? kalau memang lelah, kenapa kau masih menggenggamku sangat erat? bukankan itu hanya akan menyakitimu?" Rachel kembali bertanya.

"Karena kamu adalah bintangku rachel ... kamu adalah segalanya bagiku,"

pada akhirnya keajaiban itu terjadi, ketika aku mulai menyerah, ketika ku pikir semua ini memang sudah berakhir dan ketika semua hal menjadi 'ya sudah', keajaiban itu datang. menolong bintangku, meski ku tau mungkin tak akan cepat untuk menyembuhkan hatinya, tidak apa selama masih bisa melihatnya membuka mata itu lebih dari cukup buatku.

✧ ⃟ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧

Karena ia yang di takdir kan untukmu pasti selalu menanti, tak perduli berapa lama. sebab cinta sejati itu ada

-ischyra 2020

✧ ⃟ ⃟ ⃟ ━━━ೋ๑୨۝୧๑ೋ━━━ ⃟ ⃟ ⃟✧


Friend[Shit]Ship EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang