Anomali menara Bagian Dua

35 7 0
                                    

1 hari sebelum kejadian ...

"Tidak ku sangka kau menyembunyikan kemampuan sebesar itu dari Wol Ha Ik Song selama ini," cletuk urek kesal

Sementara Aluna menunduk, mencari pelarian pada rerumputan basah di bawah.

"Ehm, jadi Envy itu iregular yang menyusup di antara 10 keluarga agung?" Aluna mengangguk sebagai respon.

Kali ini manik merah delima itu menjadikan guguran bunga wisteria ungu sebagai pelarian.
"Seperti yang ku katakan, aku mempunyai kekuatan untuk menyegel Envy, hanya saja ... itu tidak sempurna perlu sebuah pengorbanan untuk hal tersebut." terang Aluna dengan penuh keraguan.

"Kemampuan envy sendiri adalah menciptakan sebuah kabut yang memisahkan pengguna dan kekuatannya, itu jelas berbahaya," Aluna memberi penegasan ulang.

"Aku tau, Anomali ini harus segera di akhiri ... Lagipula aku ini pahlawan untuk semua wanita," ungkap Urek sambil mengedipkan sebelah matanya seperti tidak tau situasi dan kondisi, pengin nabok.

"Tepat sebelum senja menjemput malam, pastikan kau ada di dekat tempat yang ku tunjuk," ucapnya sambil melangkah pergi.

Masih bersama semilir angin yang menerbangkan guguran bunga wisteria ungu, langkahnya menyusuri jalan lenggang perkotaan yang tak memiliki kehidupan lagi, kematian masal yang terjadi akhir akhir ini mengurangi lebih dari setengah populasi penghuni menara.

***
Langit mulai berawan, jingga di ufuk barat perlahan sirna, hingga gelap perlahan merangkak naik ke cakrawala.

Yuri termangu di tepi danau, tangannya bertumpu pada pagar setinggi 210cm.

Sementara Urek bersandar pada pagar di belakangnya, dengan kata lain mereka saling membelakangi sekarang.

"Yuri, kalau lihat senja barusan, itu seakan memberi kecupan manis kepada kita yang hidup dalam pelarian," sebuah tabokan keras melayang begitu saja ke kepala Urek.

"Dih bucin asw, pantes Garam ga mau sama lu," yuri menanggapi dengan entengnya.

"Heh mbak kalo galak galak ga ada yang mau loh," Ejek urek membuat yuri naik pitam dan kembali melayangkan pukulan.

Lalu hari itu pun tiba, hari dimana segelintir warga menara melakukan penyerangan di lantai kematian.

Jalur pengecoh-an pukul 15.20

Mereka Masih di sibukkan dengan kemampuan mereka sendiri yang terpisah dari tubuh pemiliknya.

Bahkan sesekali yuri terlempar cukup jauh karena ulah dirinya sendiri(?), sebenarnya cara membedakan yang asli cukup mudah karena pada bagian tertentu pada tubuh clone terdapat sebuah kristal berbentuk bunga yang harus di pecahkan agar mereka dapat menggunakan shinsu dengan normal.

Sepertinya bukan tanpa alasan Envy mengambil lantai kematian sebagai pusat, bagaimanapun tempat tersebut tidak memiliki administrator yang mengatur shinsu di area tersebut, makanya akan sangat mudah bagi Envy memanipulasi tempat tersebut dan membuatnya tenggelam dalam singuralitas, yang membuat menara juga mengalami anomali.

Sepertinya bukan tanpa alasan Envy mengambil lantai kematian sebagai pusat, bagaimanapun tempat tersebut tidak memiliki administrator yang mengatur shinsu di area tersebut, makanya akan sangat mudah bagi Envy memanipulasi tempat tersebut dan membu...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kembali ke tkp, Yuri & Urek hampir sampai pada titik akhir jalur pengecoh-an, namun tidak dengan Aluna, sesuai rencana yang telah Aluna sepakati bersama urek satu hari sebelum ini, Aluna akan bertingkah seolah ia berkhianat dan membela envy.

Pukul 16.30 tepat saat pintu pilar utama terbuka, yang menampilkan siluet arwah garam, urek menjadikannya alasan untuk mendekat.

Di luar dugaan Yuri justru menendang urek mendekat ke titik paling berbahaya, dan setelah itu ia justru menyusul ke sana. Aluna ingin memberikan kode bagi mereka untuk segera menjauh tapi tak sempat tombak dari Aluna yang lain telah terlebih dahulu menembus jantung mereka.

Tak mau menyia-nyiakan usaha Yuri dan Urek, Aluna lebih memilih melanjutkannya meski harus menanggung kebencian banyak orang.

"Aku adalah kematian," ujar seseorang di atas pilar no 15 atau kemampuan Aluna yang terlepas dari tubuhnya.

"Aku adalah kehidupan, kau tau Kematian dan Kehidupan itu berkaitan," ujar Aluna

Hujan turun lebat di lantai kematian, mengiringi kepergiannya.

Sorot mata Aluna meredup, ada sesuatu yang menyengat di hatinya, "seandainya aku dapat mengendalikan kemampuanku sepenuhnya, hal seperti ini tidak terjadi bukan?" Aluna membatin, dirinya yang lain mengambil kembali tombak yang telah berlumuran darah.

"Aluna, kau kejam sekali," sindir envy dengan nada menjijikan tapi di sisi lain ia justru mengeluarkan semua isi pilar utama atau kemampuan yang masih terpisah dari pemiliknya, membuat orang orang sibuk bertahan melawan dirinya sendiri.

Tapi dengan ini juga mempermudah Aluna melakukan penyegelan terhadap Envy lighthouse  berwarna ungu pastel muncul di dekat Aluna, ia mengambil tombak tersebut yang telah di teleportasi-kan dirinya yang lain.

Aluna menusuk kan tombak tersebut ke Envy, sambil melafalkan sebuah mantra terlarang ... tidak lama berselang muncul lingkaran rune dengan berwarna ungu hampir mendekati hitam berada di bawah dan di atas mereka berdua.

Berbeda dengan saat enryu menyerang hari itu, kali ini shinsu di menara menjadi tidak seimbang gradasi merah dan biru yang berat sebelah sebagai perwujudan Aluna, menciptakan distrosi ruang dan waktu. Dengan kata lain Aluna menyegel dirinya berserta Envy dalam Singuralitas itu sendiri, dimana waktu mereka berbeda dari waktu normal, atau sederhananya mereka terjebak dalam lingkaran waktu yang berhenti, sementara waktu bagi warga menara lainnya terus berjalan.

Tidak ada yang tau pasti apa yang terjadi setelah hal tersebut, sebab salah satu efek dari distorsi ruang dan waktu menimbulkan blackhole yang berkemungkinan menghapus beberapa waktu sehingga tidak ada yang mengingatkan kejadian tersebut secara utuh

——————————————

"Mama apa menurutmu nona Aluna bersalah?" tanya anak kecil di sebelah bam

"Entahlah, mama tidak berfikir demikian," jawab bam

"Tapi apa hubungannya kisah itu dengan papa dan mama?" tanya Aiden dengan polosnya

"Itu memberi mama pelajaran bahwa kita harus menghargai ia yang menyayangi kita selagi masih ada. Sehingga tak menyesal di kemudian hari,"jawab bam sembari menuntun kedua anaknya pulang sebab sudah larut malam

Di perjalanan pulang Aiden kembali bertanya, "lalu apa nona Aluna sudah mati?"

Bam menggeleng lemah sebagai respon ketidak tahuan, kalaupun ia selamat apakah menara masih menerima kehadirannya?

——————
Ya yaudah end, sorry merusak ekspetasi kalian

/kabur dengan elegan

Friend[Shit]Ship EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang