Jangan lupa feedbacknya!
Aku saranin dengerin lagu yang mellow di bagian part tertentu biar lebih dapet feelnya, enjoy!Senin, 28 Desember 2020
"Sakit. Air mata. Dua hal yang datang tiba-tiba, tanpa tahu penyebabnya."
» chapter 6
Rumah panti yang sangat sederhana namun memiliki halaman yang sangat luas, rumah untuk anak-anak yatim piatu atau anak-anak yang dengan sengaja ditelantarkan oleh kedua orang tua mereka.
Halaman panti kini penuh dengan pekik ceria dari anak-anak, Asahi sebagai zombie; tentu ini hanya bualan semata. Dengan gerak kaku yang seolah-olah seperti zombie asyik mengejar mereka, Winter berteriak mengingatkan agar mereka tidak tertangkap oleh Asahi yang sepertinya sudah pengalaman sekali berpura-pura menjadi zombie.
"Kalian semua, argh.. kemari."
"TIDAK!"
Mereka berpencar, berlarian ke sana kemari. Winter pun juga ikut berlarian karena sejak tadi Hana terus menggenggam erat jemarinya dan dia jadi ikut menghindar dari kejaran Asahi.
Bocah laki-laki yang cukup pelan berlari di depannya menjadi korban pertama Asahi, kedua tangannya terangkat ke udara dan menangkap tubuh mungil itu.
"Kena kau, Haru!" bocah yang di panggil Haru itu pasrah ketika tubuhnya di angkat dan terasa digelitik oleh ciuman maut dari Asahi di perutnya.
"K-ak Asa, ge-lii."
"Kau sangat lambat, aku sama sekali tidak sulit menangkapmu."
Tubuh mungil itu terus menggeliat, dari sudut matanya sudah mengeluarkan sedikit air mata. Asahi jadi tak tega karena Haru yang terus memohon, akhirnya ia menghentikan tingkah usilnya dan mencium kedua pipi Haru bergantian.
"Geli ya? Sampai keluar air mata begini." Asahi menurunkan tubuh itu dan berlutut, membenarkan kaos Haru yang berantakan karena ulahnya dan mengusap sisa air mata di sudut mata kedua manik murni bocah laki-laki itu.
"Sangat. Kak Asa sangat usil." Asahi terkekeh, mencubit pelan gemas pipi tembam Haru.
"Maafkan aku, ya?" katanya, Haru tanpa pikir panjang mengangguk. Asahi melirik selilas ke atas, terik mentari mulai dirasanya semakin menyengat di mana tadi pagi udara terasa lebih dingin.
Jam di pergelangan tangannya sudah menunjuk angka 12 pas, sudah saatnya anak-anak makan siang. Bisa dilihatnya Ibu Choi datang mendekat, pintu kaca geser yang menyatu dengan jendela ia buka perlahan.
"Anak-anak, saatnya makan siang. Sudah dulu mainnya. Ibu membuatkan makanan kesukaan kalian loh."
Anak-anak mendesah kecewa, masih ingin bermain bersama Asahi sebagai zombie dan Winter yang masih tak lepas dari Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
'𝐑𝐔𝐌𝐈𝐓
Фанфикsummary ↳ ❝rumit. gadis itu membuatnya menjadi demikian. tapi itu yang membuatnya sadar, dia pantas untuk diperjuangkan. Rumit ©fleurwinter 2020