I want meat🥺🥩

3.5K 372 2
                                    


Jeno x Renjun

.

.

.

Minggu pagi di supermarket saat awal bulan ternyata cukup sesak ya. Ada banyak orang yang datang untuk membeli kebutuhan bulanan yang mungkin saja habis.

Begitupun dengan sepasang kekasih yang baru saja meresmikan hubungan mereka keikatan yang lebih kuat lagi beberapa Minggu lalu.

Jeno dan renjun. Pasangan suami-istri baru itu juga datang untuk berbelanja beberapa barang yang sudah ha ia dirumah mereka.

Seperti sabun, lilin aroma terapi milik renjun, bumbu dapur. Dan masih banyak lagi. Kini troli mereka sudah hampir penuh. Jeno dengan senang hati menawarkan ia saja yang mendorong trolinya. Jadi renjun hanya berjalan disampingnya saja sambil menggandeng lengan kekarnya.

How cute

Mereka melintasi etalase yang berisi daging segar, Jeno hanya fokus berjalan kedepan. Tidak berniat melihat lihat. Tanpa tau renjun menghentikan langkahnya untuk melihat lihat daging segar untuk ia olah nanti malam. Itupun jika Jeno mengijinkannya.

Jeno baru tersadar renjun tidak sebelahnya saat ia tidak lagi merasakan ada yang lengan lain yang merangkul dirinya. Dilihatnya kesamping dan benar saja. Renjun tidak ada disana.

Saat menoleh kebelakang, ia mendapati renjun sedang berjongkok melihat lihat daging segar. Jeno menghela nafas lega dan segera menyusul renjun.

"Kenapa tidak bilang ingin melihat lihat dulu?"

Renjun mendongak menatap Jeno yang berdiri disebelahnya. Tubuhnya ia bawa untuk berdiri lantas tersenyum lebar kepada Jeno.

"Jeno, beli daging ya. Aku ingin memasak daging malam ini, ya ya ya." Pintanya memelas, "bukannya kau bilang tubuhmu sedikit berisi dan ingin diet makan daging ya?" Tanya Jeno masih ingat apa yang renjun katakan soal daging, berat badan dan diet.

Sebenarnya Jeno tidak mengijinkan renjun ikut program diet atau apalah itu. Bagi Jeno, tubuh renjun itu tidak gendut kok. Hanya berisi saja--dibagian bokong, pipi dan uhukm dadanya.

Pun Jeno tidak pernah membatasi renjun ingin makan apa. Selagi itu masih makanan sehat dan normal, Jeno iya iya saja. "Kali ini saja, aku sangat ingin. Pweasee." Ah, tidak jangan pandangan mata bak anak anjing itu. Jeno tidak akan pernah bisa menolaknya.

"Hah, kau taukan aku tidak pernah membatasimu ingin makan apa? Jadi, ambillah sesukamu. Aku menurut saja."

"Yes, terimakasih Jeno!"

Cup.

Satu kecupan mendarat dipipinya. Sementara sipelaku sudah sibuk memilih daging mana yang kualitasnya baik. Tidak menyadari bahwa suaminya sudah bergerak kikuk dan melihat kesana sini agar memastikan tidak orang yang melihat kejadian barusan.

Hah, kenapa hanya menginginkan daging saja jadi sangat menggemaskan saat renjun yang menginginkannya. Ah Jeno lupa, istrinya itukan bernafas saja sudab menggemaskan.

"Jeno, sudah. Ayo kekasir dan bayar. Nanti antriannya semakin panjang." Renjun sudah mendapatkan daging yang ia mau, memasukkannya ke troli. Jeno menggenggam tangannya dengan erat.

"Lain kali, jika ingin berhenti melihat barang katakan padaku ne. Aku takut kau hilang lagi."

Jeno hanya tidak ingin mengulang kejadian beberapa waktu lalu saat mereka masih berpacaran. Renjun pernah hilang di suatu festival dan itu membuat jeno benar benar frustasi.

Renjun itu kecil--jika dibandingkan dengan lelaki, pengecualian jika dibandingkan dengan perempuan--jadi akan dengan mudah tertelan kerumunan ramai.

Renjun hanya mendengus. Namun tubuhnya ia bawa untuk menempel pada Jeno. Sedikit banyaknya ia lumayan trauma ngomong-ngomong.

"Ish! Iya tidak akan."

Setelahnya tidak ada lagi yang mereka obrolkan hingga sampai dikasir. Jeno membantu renjun mengeluarkan belanjaan mereka dan juga yang membayarnya.

Membawa belanjaan mereka kedalam mobil dan melaju meninggalkan supermarket untuk pulang kerumah.

End

.

.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Medan, 28 Desember 2020

Buciners [Renjun W//3B] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang