jeno~ /yes love?

3.2K 364 49
                                    

Jeno x Renjun

.

.

.

Hari ini Jeno sedang sibuk dikebun belakang rumahnya. Istri mungilnya yang sedang mengandung dengan usia kandungan lima bulan itu ingin dibuatkan sepetak taman kecil dihalaman belakang.

Jadilah Jeno dengan senang hati menuruti permintaan ibu hamil itu. Renjun tidak Jeno izinkan untuk membantu, jadi hanya melihat-lihat saja sesekali menggeser tatanan pot yang menurutnya kurang cocok.

"Tunggu sebentar ya, aku ambilkan minum dulu." Hari semakin terik, renjun juga dapat melihat peluh sudah membanjiri wajah tegas suaminya.

Renjun berjalan menuju dapur untuk mengambilkan Jeno minum, segelas jus jeruk segar dari lemari pendingin yang sudah renjun siapkan sedari tadi sudah tersaji dimeja kecil dekat dengan kolam ikan mini milik Jeno.

"Jeno, ini minummu."

"Ya, letakkan saja dulu sayang. Aku masih belum selesai, kau jangan kemari lagi ya mataharinya mulai terik. Nanti kulitmu akan memerah. Duduklah dikursi kecil itu sayang" Jeno melanjutkan pekerjaan yang sempat terhenti dan renjun yang mengikuti arahan Jeno untuk duduk dikursi kecil yang Jeno maksud.

Jemari lentiknya mengusap dengan lembut perutnya yang sudah membuncit. Berulang kali mengucap syukur karena sudah memiliki Jeno disisinya. Jeno itu tipikal suami yang siap siaga kapan pun renjun membutuhkannya.

Jeno juga selalu menuruti semua yang renjun inginkan selagi itu tidak membahayakan renjun. Ah, renjun tidak tau lagi bagaimana menjelaskan bahwa ia sangat mencintai pria bermarga Lee itu.

Miaw

Saat sedang sibuk memperhatikan Jeno sayup-sayup renjun mendengar sebuah suara dari arah belakangnya.

Seperti suara kucing, tapi lebih halus lagi dan terdengar lemah. Anak kucing kah?

Maka didukung rasa penasarannya renjun berdiri dari duduknya dan berjalan kearah tumpukan kardus yabg belum sempat jeno bereskan, ngomong-ngomong mereka baru saja pindah ke rumah ini dua Minggu yang lalu.

Miaw

Semakin dekat semakin jelas pula suara itu. Sudah dapat dipastikan itu adalah suara kucing, maka dari itu renjun memeriksa kardus-kardus itu satu persatu.

Dan pada saat ia memeriksa kardus yang berada dibagian terbawah, ada seekor kucing kecil yang sepertinya baru saja dilahirkan beberapa hari.

Ah, lucunya. Pasti ia ditinggalkan ibunya.

Maka dengan perlahan dan hati-hati renjun mengeluarkan kucing malang itu dari sana, mengelusi bulu-bulu halusnya. Kucing kecil itu tampak nyaman dengan belaian yang renjun berikan.

Terbukti ia terus mengusakkan kepalanya ketelapak tangan renjun. Renjun benar-benar gemas dengan kucing ini. Ia akan memeliharanya saja.

Tapi,

Renjun menoleh kearah jeno, ia baru ingat suaminya itu alergi terhadap bulu kucing. Pupus sudahlah angannya memiliki seekor kucing.

Bagaimana ini, dia ingin memelihara kucing ini. Tapi juga tidak ingin membuat Jeno tersiksa karena alerginya.

Tanya Jeno sajalah, diizinkan atau tidak.

Dengan kucing kecil yang masih tampak nyaman berada ditangan renjun, renjun menghampiri Jeno yang sepertinya tidak menyadari kehadirannya.

Jeno masih sibuk memasukkan tanah-tanah humus kedalam pot.

"Jenoo~"

"Yes love?"

"Lihat, aku menemukan kucing kecil ini. Kasihan, dia berada didalam kardus yang ada disana. Ibunya mungkin meninggalkannya, aku ingin merawatnya tapi aku baru ingat jeno memiliki alergi dengan bulu kucing."

Renjun mengangkat kucing yang baru ia temukan saat Jeno memutar badannya untuk melihat kearah istrinya itu.

Renjun mengangkat kucing yang baru ia temukan saat Jeno memutar badannya untuk melihat kearah istrinya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Astaga ya tuhan, Jeno tidak bisa dihadapkan pada pemandangan seperti ini. Wajah memelas istrinya juga kucing kecil imut itu.

Jenokan jadi tega ingin menolak. "Selain aku yang alergi dengan bulu kucing, kucing ini juga termasuk kucing liar sayang. Bagaimana jika dia memiliki penyakit?"

Tangannya ia turunkan, wajahnya berubah sendu. Bibirnya mengerucut sedih, kepalanya ia tundukkan "tidak boleh ya?" Tanyanya sedih.

Semakin tidak tegalah jeno melihatnya, Jeno hanya takut kucing itu membawa penyakit. Meski baru dilahirkan, 'kan tidak ada yang bisa memastikan kucing itu steril seratus persen. Kecuali jika diperiksakan dulu ke dokter hewan.

Ah ya, dokter hewan.

"Tapi, kita bisa memeriksanya kedokter hewan terlebih dahulu untuk mengetahui dia memiliki penyakit tidak. Bagaimana, mau?"

Manik yang semula meredup kembali berbinar senang mendengar penuturan Jeno, tapi itu tidak bertahan lama. Renjun kembali murung.

"Kenapa?"

"Jeno kan alergi dengan kucing. Dia tidak bisa tinggal bersama kita dong." Astaga manisnya kau nyonya Lee.

Jeno tersenyum hingga matanya menyipit, memberikan rentetan kalimat yang membuat istrinya itu senang bukan main. "Kau tetap akan bisa merawatnya dan tinggal bersama kita, saat aku pergi bekerja kau boleh bermain sepuasnya. Tapi saat aku pulang, kau bisa memasukkannya kedalam kandang. Atau ingin kubuatkab juga rumah khusus untuk kucingnya? Bagaimana?"

Renjun mengangguk setuju dengan penuturan Jeno. Sudah renjun katakan bukan, Jeno itu selalu menuruti permintaannya walau denagn sedikit peraturan yang baik untuk dirinya dan Jeno.

"Yeay! Terimakasih Jeno, aku menyayangimu." Sangking senangnya, ia menubrukkan tubuhnya pada tubuh Jeno. Tidak perduli meski tubuh Jeno bau keringat, ia terlanjur sangat senang.

"Sangat senang eoh? Sama-sama sayang, aku juga menyayangi--hatchi. Astaga sayang, kucingnya."

"Ups, sorry daddy."

.

.

.

End

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

End

Hoek, apa nih😕

Medan, 08 Februari 2021

Buciners [Renjun W//3B] ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang