Aplikasi Ini Mengecewakan?

983 10 1
                                    

Sering kubaca keluhan member aplikasi yang merasa kecewa. Ada yang tertipu, ada yang merasa di-PHP. Lucunya tidak ada yang mengaku sukses menipu atau mem-PHP orang. Jadi siapa korban siapa? Entahlah.

Aku sendiri bukannya tidak pernah kecewa. Sering malah. Tapi mau bagaimana lagi?

Hari ini ada yang minta ketemu di mal, afterlunch. Berarti sekitar jam 13-an dong? Biar pasti, kuminta ketemu jam 14:00 saja. Dia bilang oke.

Anaknya cakep dan sesuai dengan tipeku. Karena itu aku sudah sampai mal itu jam 13.30. Ternyata dia minta tunda jam 18.00. What the fans (hehe, lebih sopan kan daripada wtf).

Pantes banyak yang menganggap pemilik akun di aplikasi itu payah. PHP. Gak bisa dipegang kata-katanya.

Malam sebelumnya juga hampir sama. Aku diajak ketemuan di hotel oleh seseorang. Entah kenapa aku menyanggupi, padahal dia bukan brondong sama sekali.

Aku datang pada waktu yang ditentukan, menemani ngobrol, sampai akhirnya aku merasa obrolan kami terlalu basa-basi dan membosankan. Karena itu aku pamitan. Eh.... Ia melepas dengan wajah sumringah.

Wtfans.

Dia pikir aku gak buang-buang energi? Waktu? Biaya? Kalau cuman buat berbasa-basi, di aplikasi kan bisa. Dan aku sudah berulangkali menegaskan... gausah ketemu kalau cuman mau ngobrol.

Dari kekecewaanku, aku merasa mendapat pelajaran.

Pertama, aku melihat para gay tipe ini (yang ngajak ketemuan ga jelas) mungkin hidup dalam ketidakpastian, sehingga attitude mereka seburuk itu. Mereka punya kebutuhan rumit. Harus ngumpet, harus waspada, sementara lawan chatnya di aplikasi menuntut mereka terbuka, jujur, kalau perlu harus foto telanjang sebelum ketemuan.

Mungkin juga mereka punya ketakutan atau pribadi terbelah. Disatu sisi spiritualnya pengen kesucian ruhani, disisi lain nafsunya menuntut dosa. Kalau yang begini kayaknya perlu konselor, atau perlu pindah ke negeri yang menerima gay sebagai hal normal.

Pribadi-pribadi yang tidak utuh ini membuat yang lain ikutan tampak labil. Tidak bisa dipegang janjinya, cerewet, pemarah, mudah tersinggung dan semacamnya. Belum lagi yang memang jahat dan memeras, menipu, merampok.

Kalai aku sendiri bagaimana? (Jadi merenung)

Aku jelas punya kebutuhan yang sama, hanya saja aku tidak mau seperti mereka. Aku berpandangan positif, simpel, dan tidak menuntut orang yang memang bukan tipeku.

Sempat terfikir apakah aku harus berhenti atau terus bermain-main di aplikasi ini. Menjawab sapaan yang say hi, menghibur yang sedih, mendatangi yang pengen ketemu, masuk kamar yang mengundang. Mau terus begini kah? Sampai kapan?

Manfaat yang kurasa, aku merasa makin memahami karakter kaumku. Ini membuatku memahami mengapa beberapa karakterku seperti kendor dan susah diperbaiki.

Tapi kata orang, teman sangat berpengaruh. Kalau aku selalu melingkupi diriku dengan teman-teman semacam ini, mau jadi apa aku nanti?

Catatan Harian Seorang GadunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang