Ali Si Burung Kecil Panjang

2.3K 24 1
                                    

Aku tidak tahu kenapa Ali, anak rajin yang setiap chat membuatku merasa segar dan muda, pengen pindah kerja.

"Kerja apa saja boleh, OB juga boleh," chatnya kemaren.

"Bukannya di tempat sekarang sudah enak?" Aku balik bertanya.

"Engga, ga enak sama sekali. Mandornya galak."

Yah, dimana-mana juga mandor harus galak. Kan dia harus memastikan pekerjaan sesuai target, sesuai prosedur. Sementara buruh lebih suka bebas memakai caranya sendiri. Terutama bebas ngopi kapan saja, bebas kerja kalau sedang mood saja.

Aku kenal Ali dari chat secara tidak sengaja. Meskipun Ali masih umur 20, umur brondong tipeku, tetapi dia agak hitam dan wajahnya Jawa banget. Aku sebenarnya lebih suka brondong yang manis, putih, kalau bisa wajah chinese sekalian.

Ali ngechat duluan dan aku menjawab cuman buat basa-basi. Tetapi kemudian ia mengirim foto titit kecilnya dan entah kenapa aku jadi suka.

"Punya saya kecil Pak," chatnya ketika itu.

"Aku malah suka. Mungkin aku sudah bosan yang gede, yang berurat, yang item dan yang panjang." Jawabku. Lalu sejak itu kami intens chat, seperti bf yang sedang LDR (long distance relationship) saja.

Aku berulang kali mengundang Ali ke rumah atau ke hotel dekat rumahnya. Tetapi waktunya tidak pernah cocok. Aku senggang, dia lembur. Aku lembur, dia shift. Aku kosongin waktu, eh dia jadwal pengajian yasinan. Ya sudah. Cuman jadi teman chat abadi.

Ali ini anaknya polos, kalau chat seadanya dan secukupnya saja. Sering ga jelas karena kalau ditanya lagi tidak menjawab, mungkin sedang dibentak-bentak mandornya. Tapi aku suka. Remaja memang begitu kan? Ga jelas, ngomong semaunya, sibuk main sendiri.

Meskipun Ali mengaku sudah 20, foto tititnya masih seperti anak SMP. Bulunya tipis, jarang dan barangnya kayak anak burung yang lemah, meskipun kalau berdiri jadi panjang. Lucuny: kecil. Jadi kecil panjang nunjuk ke depan.

Catatan Harian Seorang GadunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang