Attack on Titan / Shingeki no Kyojin
©Hajime Isayama,
dianimasikan oleh WIT Studio dan Mappa Studio
•••
D A R E
A RivaMika FanFiction
©DeathRee, 2020."Kapten, apakah aku benar-benar mirip dengan mama Anda?"
Empat hari. Operasi perebutan Dinding Maria akan dilakukan sebentar lagi. Tetapi Levi, tak kunjung menemukan mamanya yang lenyap tanpa jejak; menyisakan ia sendiri dalam murung, menenggelamkan kepala mendidihnya dalam kenang. Levi memilih mengurung diri. Segala usahanya sia-sia. Rasanya, tak ada guna punya titel prajurit terkuat, veteran perang, si tangan besi, atau kapten tak berbelas kasih terhadap lawan.
Tak berhasil mengendus jejak perempuan yang ia sayang adalah kecacatan. Untuk apa segala prestasinya sekarang?
Levi bahkan mengacau belakangan. Mulai dari mangkir rapat, tak mengumpulkan laporan, bahkan tiba-tiba hilang di tengah malam.
Pada akhirnya, Erwin harus memperingati semua orang—termasuk Hanji—untuk tak dekat pada dirinya sekarang. Komandan itu tahu, Levi sedang dibebat bom waktu, emosinya dapat meledak tahu-tahu dan sewaktu-waktu. Bukan opsi tepat membiarkan prajurit sembarangan lewat di depan Levi. Salah-salah, anggota Survey Corps malah habis dibebat kapten mereka sendiri. Kalau sudah begini, opsi karantina adalah yang paling mumpuni.
Erwin mengakui, ia tidak dapat mengontrol Levi seperti yang sudah-sudah. Meski hal ini pernah terjadi, kejadian itu sudah dulu sekali. Lagi pula, sangkala itu Mike masih hidup; masih menjadi pengikut Erwin yang sigap menahan apabila Levi mengamuk. Sekarang, siapa yang sanggup? Ia serba terbatas dengan satu lengan.
Erwin pun tak mau merugi jika harus kehilangan Levi—opsi paling buruk yang mungkin terjadi—apabila mereka meletupkan peluru besi. Bukankah lebih baik menyuruh Mikasa berdandan kembali?
Kendati hubungan Erwin dan Levi didasari profesional tingkat tinggi, loyalitas dan totalitas yang membuat kagum tiap petinggi—sampai ada yang menuduh Erwin menggunakan jampi-jampi—Levi sejatinya manusia, entitas yang bebas sejak lahir, seorang yang masih memiliki keinginan hati ketimbang perintah atasan atau sosok yang diikuti. Hari ini, Levi membuktikannya dengan menyangkal perintah Erwin.
"Aku mau mamaku, Erwin! Berhenti memintaku melupakannya ... itu takkan bisa!"
Meja pemisah antara dua orang pria kontras perawakan itu mendadak patah. Kalaulah yang jadi lawan bicara bukan Erwin, mungkin orang tersebut sudah kena serangan jantung? Untunglah, Komandan Pasukan Pengintai itu tak mudah gentar. Termasuk saat menghalangi pedang Levi dengan tangan kosong, atau berekspresi stagnan tatkala diacungi belasan senapan dan tangan raksasa yang terlepas dari titan Annie.
"Baik, terserah. Aku akan memberimu waktu, istirahatlah, merenunglah pada putusanmu kali ini. Tidak ada penyesalan, benar?" Erwin berujar final, ia bahkan menjanjikan Levi sebuah kawasan steril untuk menyendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
D A R E ; a Story about Ackerman
Fanfiction[[RivaMika/LeviMika]] "Bagaimana cara membuat Kapten Levi menangis?" "Ambil makan siangnya," --Sasha Braus. "Berpura-pura jadi kekasihnya," --Armin Arlert. "Sembunyikan alat bersih-bersih kesayangannya," --Eren Jaeger dan Jean Kirstein. "Putar Opera...