Gavin Kalandra

205 12 0
                                    

"Bang Gavin," panggil seorang perempuan dengan suara yang begitu lantang.

Perempuan bernama Elisa Kalandra itu berdiri. Sambil memandang lurus ke arah halaman rumah, berukuran cukup besar yang ada di hadapannya. Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat sosok Gavin yang sedang sibuk mendrible bola basket di tangan kanannya. Dia terlihat begitu handal memainkan bola basket itu. Tanpa menghiraukan rambutnya yang sudah tampak basah, dikarenakan keringat. Begitu pula dengan kondisi kaos yang sedang di kenakannya.

Gavin menoleh sekilas ke arah Elisa. Kemudian bertanya, "Kenapa?" sambil memasukkan bola basketnya ke dalam ring.

Elisa berjalan mendekat ke arah Gavin yang masih sibuk dengan bola basketnya. "Berhenti dulu Bang mainnya. Aku mau ngomong."

Gavin terdengar seperti orang yang sedang menghembuskan nafas kasar. Ia kemudian menoleh ke arah Elisa. Dengan bola basket yang ada di telapak tangan kanannya.

"Kenapa?"

"Temenin aku ke supermarket," ujar Elisa sambil menatap Gavin. "Mau ya Bang, please."

"Engga," jawab Gavin ketus. Ia dengan cepat membalikkan tubuhnya, menjadi membelakangi Elisa. Kembali sibuk memainkan bola basketnya itu. Tanpa menghiraukan Elisa yang masih setia berdiri di tempatnya.

"Ayo Bang, janji deh cuma sebentar."

"Bang, please."

"Minta Aryo buat temenin lu," jawab Gavin tanpa menoleh sedikit pun ke arah perempuan itu.

"Aryo lagi anter Kakaknya," jawab Elisa dengan nada pelan. Membuat Gavin yang mendengarnya tiba-tiba tersenyum kecil.

"Kasian," celetuk nya begitu pelan.

"Ayolah Bang. Soalnya bahan-bahan di rumah sama cemilan-cemilan aku udah habiss."

"Aku bilang kek Mama nih, kalau Bang Gavin ngga mau temenin aku ke supermarket," tambahnya sambil melipat kedua tangan di depan dada.

Gavin seketika langsung menoleh ke arah Elisa. Menatap Adik perempuan satu-satunya itu dengan tatapan dingin. Tanpa menampilkan ekspresi apapun pada wajahnya. Gavin melangkahkan kakinya mendekat ke arah Elisa. Berdiri tepat di hadapannya.

"Kalau Bang Gavin ngga mau temenin aku, ngga papa kok. Nanti aku tinggal bilang aja ke Mama Papa. Kalau Bang Gavin kemarin ngga sekolah."

Elisa menatap wajah Gavin sambil tersenyum. "Bagaimana?"

"Tukang ngadu."

Gavin memberikan bola basket yang ada di kedua tangannya kepada Elisa. Kemudian, ia langsung pergi begitu saja ke dalam rumah, sambil membuka asal kaos yang dikenakannya. Dan hanya menyisakan celana pendek selututnyaa.

Elisa melihat sekilas bola basket yang saat ini sudah ada di tangannya sedetik kemudian, ia melemparkan bola basket itu ke sembarang arah. Dan langsung berlari kecil menyusul Gavin, yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam rumah.

🦋🦋🦋

Gavin keluar dari dalam kamarnya, menutup pintu kamar itu kembali. Kemudian berjalan menuruni anak tangga menuju lantai satu. Pakaian yang ia kenakan saat ini terlihat begitu simpel. Dengan kaos putih polos di tambah dengan jaket Denim, serta celana jeans hitam dan sepatu converse.

"Kita naik motor, Bang?" tanya Elisa, sambil memperhatikan Gavin yang sudah bersiap untuk naik ke atas motornya.

Gavin yang baru saja ingin memakai helm nya seketika berhenti. Melihat ke arah Elisa yang berdiri tepat di samping motornya. "Kenapa?,"

Elisa menggeleng cepat. "Engga papa," jawabnya sambil tersenyum kecil.

"Naik."

Elisa segera naik ke atas motor sport itu, setelah diberi aba-aba oleh Gavin. Sedetik kemudian, motor itu pun melaju dengan kecepatan sedang. Meninggalkan pekarangan rumah, menuju ke supermarket yang tak jauh dari rumah nya itu.

You're My Destiny ( SUDAH TERBIT )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang