Melinda dan Reyna sudah berada dikelasnya, jam pertama sudah di mulai. Datanglah bu Yeti guru Biologi guru gemuk yang killer yang setiap hari nya masuk kelas selalu merazia anak-anak yang tidak tertib. Tertib dalam berpakaian dan tugas yang diberikan.
"Melinda, lu lupa kalo jam pertama hari ini bu Yeti?,"
"Engga, emang kenapa?." ujar Melinda, yang belum sadar atas kesalahannya.
"Lu ngga sadar?."
"Emang apaan sih Rey, gue kan udah tertib hari ini. Jadi gue aman." jawab Melinda dengan santai.
"Tertib apanya? Lu lihat ke bawah deh." suruh Reyna
"What the fuck." teriak Melinda.
"Melinda ngapain kamu teriak-teriak?,"
"Eng-gak bu, tadi Melin lihat ada cicak lompat." kata Melinda, semua siswa tertawa mendengar ucapan Melinda tadi. Bagaiman bisa cicak lompat? Aneh-aneh saja anak itu.
"DIAM!." teriak bu Yeti.
"Apa-apaan kamu Melin, mana adaa cicak lompat. Sekarang giliran kamu yang saya cek. Maju ke depan." suruh bu Yeti."Mampus-mampus, kenapa gue bisa pake sepatu putih sih." gumam Melinda.
"Sabar," kata Reyna.
🦋🦋🦋
Jam istirahat pun sudah tiba semua siswa Tribuana pun berhamburan ke kantin untuk makan. Termaksud Melinda, Keysa dan Della, beda dengan Reyna yang tidak ingin ke Kantin entah kenapa.
Akhirnya Reyna menyibukkan dirinya dengan membaca novel yang teman nya rekomendasikan. Setelah hampir setengah buku Reyna memutuskan untuk pergi ke toilet untuk merapihkan pakaian nya.
"Permisi."kata Reyna dengan kepala yang sedikit menunduk.
"Mau kemana cantik?,"
"Permisi, saya mau lewat."
"Udah, lo mending ikut kita bertiga aja ke kantin.
"Akhirnya, gue bisa makan di temenin cewek cantik kaya lo."
Dengan kedua tangan yang di penuhi oleh tumpukan buku pelajaran. Reyna mencoba untuk pergi dari hadapan tiga murid laki-laki itu, yang sejak tadi terus saja menghalangi jalannya. Bu yeti, selaku guru Biologi kelas 12. Baru saja menyuruh Reyna untuk mengembalikan buku-buku itu ke kelas. Tapi sialnya, ia harus terlebih dahulu melewati koridor kelas 12 IPS untuk sampai di kelas nya.
Reyna bener-bener menyesal karena sudah menolak tawaran teman-teman, yang ingin pergi ke kantin bersama. Dan berakhir dengan seperti ini. Ia melihat ke arah sekitarnya, koridor ini terlihat begitu sepi. Hanya ada dirinya dan tiga laki-laki yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Permisi," kata Reyna untuk yang kesekian kalinya. Sambil mencoba untuk pergi dari sana. Dengan menerobos ketiga laki-laki tersebut. Tapi sepertinya, mereka sama sekali tidak mengizinkan Reyna untuk pergi. Karena nyatanya mereka malah semakin menutup jalan koridor yang berukuran sedang, dengan tubuh mereka bertiga.
"Tunggu."
Salah satu dari ketiga murid laki-laki tersebut mencekal pergelangan tangan Reyna. Membuatnya seketika terdiam, dan kembali berdiri di tempatnya semula.
"Lo jangan pura-pura jual mahal sama kita," ujarnya, membuat Reyna menautkan kedua alisnya, bingung.
"Maaf kak, saya ngga bermaksud apa-apa. Saya cuma mau lewat," kata Reyna, sambil mencoba untuk melepaskan cekalan itu pada pergelangan tangannya.
"Tolong jangan halangin jalan saya," tambahnya.
"Lo boleh lewat sini. Tapi, setelah nurutin permintaan kita," ucap Rian, laki-laki yang memiliki tubuh lebih besar di banding kedua temannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
You're My Destiny ( SUDAH TERBIT )
Fiksi RemajaGavin Kalandra, pria dengan aura sedingin kulkas 35 pintu, selalu menampilkan wajah datar yang tak beranjak, seperti meja yang baru saja disapu. Selama 18 tahun, ia melangkah di jalan kehidupan yang lurus dan datar, tanpa berkelok, seolah tak pernah...