Prolog | Mr.Daddy

268 18 1
                                    

🎶 Send my love - Adele

"Terkadang, ada banyak hal yang harus kita fikirkan untuk sesuatu di masa depan"

🌅

Satu persatu orang perlahan mulai mengundurkan diri dari tempat sunyi itu. Kini hanya ada seorang lelaki berperawakan jangkung dengan kacamata hitam yang menutupi matanya, tengah menundukkan kepala di sebelah tanah bertuliskan nama seseorang yang sangat ia sayangi.

Hal itu terlihat ketika lelaki muda tersebut enggan meninggalkan tempat ini dari setengah jam yang lalu. Saat yang lain meneteskan air mata, lelaki itu hanya diam dan terkadang tersenyum kecut.

Entah apa yang ia pikirkan, lelaki dengan setelan hitam itu menatap gundukan tanah didepannya cukup lama. Sorot mata sayunya tertutup oleh kaca mata hitam yang bertengger dihidung bangirnya.

Hanya ada dirinya yang tertinggal di pemakaman umum saat ini. Sepertinya semua telah kembali pada aktifitas mereka.

Senyum tipis tercetak samar dibalik tubuh rapuh itu. Rasa kecewa, menyesal, dan sedih tak dapat ia utarakan. Selalu ada penyesalan diakhir cerita,  benar? Dan sekarang ia hanya menyayangkan kejadian yang sudah berlalu. Saat ia berdebat hebat dengan seseorang yang sebenarnya ia rindukan. Yang kini entah pergi kemana adanya, sungguh ini rasanya tak berguna.

"Sorry kak, dia emang brengsek." Ujarnya lirih disela tatapan kosong itu.

Bangkit dari sana, tak lupa lelaki itu menaburkan bunga yang ia bawa sedari tadi. Dengan langkah berat, ia kembali ke rumah untuk menyelesaikan masalah lain yang masih tertinggal. Ya, sepertinya tak ada yang berubah. Sejak dulu, si brengsek itu memang suka mencari masalah.

🌅

"Leen, sini mama mau bicara"

Ujar seorang wanita setengah baya saat melihat Aileen mulai memasuki rumah. Wanita yang tak lain adalah Mama Aileen kini duduk di salah satu sofa besar ruang keluarga. Dengan langkah gontai, Aileen, lelaki yang baru saja memasuki rumah itu menghampiri sang Mama.

"Ada apa Ma?" Tanyanya saat sudah berada dihadapan sang mama.

"Kamu nggak harus cari kakak kamu, Leen. Biarkan dia pergi seperti keinginannya."

Suara yang tadi terdengar tegas dan lembut, kini berganti lirih seperti tak ada semangat.

Lelaki yang di panggil 'Leen' itu sekilas menatap mata Mamanya. Bahkan terlihat jelas tak ada raut tenang disana. Aileen sadar bahwa Mama menyimpan kekecewaan dalam hatinya. Namun, apa boleh buat jika anak emasnya sudah berulah. Tak ada yang bisa menghentikan keinginan anak itu selain bentakan dari Papa yang mustahil jika sekarang diharapkan.

Aileen akhirnya berucap, "bahkan saat kakak ipar pergi, dia asik meninggalkan tanggung jawabnya? Mama pikir apa yang akan aku lakukan." Balas Aileen dengan nada tegas.

Wanita tersebut menghela napas, "Kasihan kak Nadia. Biar nanti anak mereka mama yang jaga. Buang semua dendam kamu itu! Jangan seperti anak kecil, Leen"

Terdengar decakan lirih dari bibir Aileen, "Bahkan aku nggak lagi ngerasa jadi anak kecil, Ma. Aku merasa lebih dewasa dari si brengsek itu."

"Mulai besok aku terima tawaran om Fadil waktu itu. Aku bakal kerja di tempat Papa. Biarkan anak kak Nadia aku yang merawatnya." Lanjutnya.

Mr. DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang