$.4 | Mr.Daddy

94 14 1
                                    

Maaf kalau chapter ini lama, ada kendala google keep ku hilang entah kenapa dan cerita disana semua yeah you know

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Maaf kalau chapter ini lama, ada kendala google keep ku hilang entah kenapa dan cerita disana semua yeah you know. Bahkan di email ku juga nggak ke save hahah jiayou! Kayaknya hampir semua author pernah merasakannya deh wkwk

🔥Enjoy this chapter guys!🔥
Warning typo bertebaran

_____________

"Dari mana Ra?"

Tamara, gadis yang baru saja memasuki ruang tamu itu kini menoleh kearah bunda yang tengah menatapnya dalam.

Gadis itu berdehem, "anter Elta tadi, Bun."

"Oh iya, ini ada martabak manis. Bunda mau?"

Bunda terlihat menggeleng pelan. Tara yang sebenarnya sudah mengetahui jawaban bundanya hanya mengangguk saja.

"Yaudah, Tara keatas dulu ya, Bun" pamitnya.

"Tunggu, Ra. Tugas rumah kamu udah bunda selesaiin tadi. Besok lagi kalau mau pergi tugasnya kasih atas meja aja. biar bisa bunda cek"

Tara menghela nafas lirih. entah sampai kapan bundanya akan bersikap semaunya seperti ini. Tugas yang di maksud ini adalah tugas rumah.  Yang biasa diberikan guru-guru di sekolah.

Mungkin untuk beberapa orang, akan sangat menyenangkan jika ada yang mengerjakan tugas rumah mereka. Apalagi jika nantinya bisa dipastikan nilai tugas itu akan lebih tinggi dari teman-temanmu. Berbeda dengan apa yang justru dirasakan seorang Tamara setiap harinya.

Beban, itu yang Tara selalu rasakan. Bayangkan saja jika sebenarnya kalian belum menguasai materinya, tapi selalu bisa menjawab saat ada tugas rumah. 

Hal itu yang membuat Tara malas. Sebagai orang yang masih punya malu, mau tidak mau ia harus menyetarakan otak cerdas bundanya dengan memahami pelajaran tersebut. Membuatnya berakhir dengan mata bulat serta lingkar mata hitam di bawah matanya, akibat begadang semalaman untuk memahami semua materi.

"Bun, Tara bisa."

"Bunda juga tau, Ra. Udah enak bunda kerjain. Terima beres apa susahnya sih."

"Tapi Tara memang bisa, Bun. Nggak semua tugas Tara bisa bunda kerjain. Tara juga mau belajar sendiri"

"Susah banget jadi anak. Kalau mau belajar kan bunda nggak pernah larang. Silahkan"

"Memangnya pernah kamu lihat, nilai kamu jelek?"

Tamara menghela nafas panjang, "Tara memang ga sepintar itu, Bun. Tapi sekali aja bunda percaya sama otak Tara. Walaupun nantinya jelek, Tara pasti berusaha memperbaikinya.Tara nggak se-sanggup itu buat selalu jadi-"

"Bunda nggak mau denger ya, Ra. Udah sana ke atas."

"Oh iya, besok bawa kakak kamu pulang. Bilang, jangan pengecut kayak ayahnya" ujar bunda dengan nada menyindir. Hanya anggukan kepala yang dapat gadis itu berikan untuk menjawab.

Mr. DaddyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang