Melihatmu genggam tangannya
Nyaman didalam pelukannya
Yang mampu membuatku
Tersadar....
Dan sedikit menepi..Ayah na mengakhiri bait terakhir lagu yang baru saja ia nyanyikan.
Sebuah tepuk tangan mengisi ruangan dari seseorang yang tengah berseru memperhatikannya.
"Perfect.""Thanks." Cewek itu meletakan gitarnya ditempat semula,kemudian bangkit hendak pergi meninggalkan ruangan.
"Ay."
"Hm." Ia menoleh dan menghentikan langkahnya,merasa namanya dipanggil.
"Gue bakal promosiin lagu-lagu yang Lo cover di channel gue. Dan bulan depan gue bakal cariin orang yang bisa ngimbangin suara Lo."
Untuk mewakili jawaban, Ayana mengacungkan ibu jarinya tanda setuju. " Gue serahin semuanya sama Lo."
Ayana melirik jam tangannya. "Gue cabut ya, mau liat futsal tuh di Aula.
Tanpa persetujuan seseorang yang sedang menjadi lawan bicaranya ia melangkah pergi meninggalkan ruangan musik dan menyusuri koridor.
🔥🔥🔥
"Yah telat kan gue "gumam Ayana sembari menjatuhkan tubuhnya di salah satu kursi penonton. Beruntung kedua sahabatnya menyisakan tempat terbaik kalau tidak ia pasti akan mengamuk karena dapat bagian paling belakang.
"Latihannya udah Ay?"tanya Rina dibalas anggukan oleh Ayana
"mukanya biasa aja! Enggak usah kayak cocot bebek yang nggak makan empat puluh hari,empat puluh malam."sindir Ayunda mantap karena memang bibir sahabatnya itu sudah mengerucut berkali-kali lipat.
"Sesuka itu lo sama olahraga yang ngerebutin satu bola?!"Rina tampak berpikir "menurut gue Nia, kasih aja mereka bola satu-satu. Kan kalau gitu dunia olahraga pasti tenteram dan damai."
"Bener banget tuh Rin, kapan-kapan kita bawa bola yang banyak aja ke sini terus bagiin ke mereka." Ayunda ikut larut dalam percakapan aneh Rine.
"Kadang gue berfikir, bola aja direbutin kebayang nggak lo kalau cewek satu direbutin gimana Nda?. Ngeri banget kan?"
Ayana memutar bola matanya malas ngomong apa sih gurunya dalam hati.
"Lebih baik gue suka sama sepak bola. Sang pemain meminta dari dari kiper,Membawa dan mempertahankan, kadang berbagai untuk mencapai sebuah kemenangan tujuannya adalah gawang lawan. Setidaknya sepakbola lebih mulia dari pembalap."
merasa tertarik Ayunda dan Rina terdiam sejenak menunggu kata-kata Ayunda yang sengaja digantungkan.
"Nungguin ya??"
"Bangke ! "Hardik Ayunda.
"ya karena pembalap harus saling tikung menikung buat dapetin apa yang mereka inginkan. Dan kalian tau gimana sakitnya ditikung?"
keduanya mengangguk "sakitnya tuh disini" dengan kompak mereka menunjukkan dada mereka bersamaan seraya menunjukkan wajah-wajah imutnya. Eh sok imut deeng,najis.
"ya udah Rin, mulai sekarang kita juga cinta sepakbola. "Kata yunda
"nggak mau ah, gue sih cintanya sama pemainnya aja. Ganteng-ganteng "sambung Rine.
"Setuju! Cepet pilih."
kali ini keduanya histeris membeli cowok-cowok ganteng di bawah sana. Sedangkan Ayana hanya berharap ada mama peri dengan sihirnya dapat menghilangkan wujudnya dari sana.