Matahari kian condong kearah barat. Kelima cowok kini sedang berkumpul dikamar Alan, berkumpul ditempat yang sama namun dengan kesibukan pribadi masing-masing. Termasuk Gihan Kayhito tidak ada yang lebih hebat kecuali dirinya.
"Double kill"
"Triple kill"
"Ah gilak!,harus lima kali kalah dulu baru gue bisa menang. "Gerutunya tanpa sadar Alan sudah terbatuk-batuk bersama mie instan dikarpet abu-abu kamarnya.
"Napa Lo, Lan?" Tanya Gihan tak berdosa.
"Ngegame sih boleh tapi jangan rese bego!"
"Ya udah nih minum."Gihan menyodorkan segelas air mineral ke arah Alan.
"Siku tangan lho manja banget pake senggol-senggol gue segala." Ujar Alan setelah dirasa tenggorokannya melega.
"Amit-amit." Ujar Gihan sembari untuk kepala dan rantai secara bergantian."yang penting enggak gila kayak cewek yang ngejar-ngejar lo."
"Wih topik menarik tuh."kini Wildan ikut bergabung setelah beberapa lama berkutat dengan handphonenya. Kenapa lagi kalau bukan chattingan dengan ceweknya.
Bahkan langit dan bumi yang sedang asyik-asyiknya bermain Playstation rela mereka tinggalkan dan melompat untuk bergabung dalam percakapan.
"Kompak banget sih kalian."sindiran sinis saat keduanya telah bergabung.
"Kalau kita enggak kompak mau jadi apa alam semesta ini,? karena langit dan bumi tidak bisa dipisahkan meskipun mereka tidak saling berpegangan. Ya nggak lang?."bumi melirik langit yang langsung disambut kepalan tangan, mereka saling menunjukkan kepalan tangan itu dengan bangga tanda pendapat telah diterima.
"Siapa sih cewek yang ngejar-ngejar lo itu?"Wildan mengalihkan pembicaraan kepada topik semula.
Alan mengendikkan bahu, ia malas sekali ikut dalam percakapan lebih baik melanjutkan makanya yg sempat beberapa saat tertunda.
Dengan gerakan cepat Gihan menarik mangkok dari tangan Alan."kalau gue nggak salah, namanya Ayana titik dia sekelas sama kita berdua. "Hujannya sembari memasukkan mie instan itu ke mulutnya."Yahhh,, mie gue!!!!" Teriak Alan tak terima.
"Jawab pertanyaan dulu. Baru gue kasih."
Alan mendengus, dia merasa sedang berada di tengah meja hijau oke gue pasrah. Batinnya.
"Dia fans lo?." langit angkat bicara.
"Gue juga nggak ngerti,dibilang fans tapi dari kelakuan nya nggak ada alus-alus nya ke gue, dia juga terlalu agresif kalau dibilang haters."
"Terus kabar cewek lo? "seperti sebuah rencana mereka bertanya secara bergantian karena bumi juga ikut menanyakan apa yang sedari tadi mengicau dikepalanya.
"Itu dia, cewek gue marah besar sampai sekarang."hening, kalimat hanya terdiam menyisakan suara sendawa panjang dari arah Gihan.
" Kenyang juga perut."
"Bangke! Mie gue habis?"Alan menatap nanar isi mangkoknya yang telah berpindah tempat keperut Gihan.
"Sabar nak, papi mu jahat sama Mami."
"Najis!."
Gihan menjatuhkan tubuhnya ke keranjang tempat tidur. Di lain sisi Alan menyeringai seperti habis menemukan ide cemerlang.
Cepat-cepat ia mengambil sesuatu dari dalam lemari. Sebagai balasan yang menggulung tubuh bihan dengan selimut dan mengikatnya dengan tali. Hah? tali? tali apaan?.
Batin Wildan yang sudah bergidik ngeri melihat KDRT didepan matanya.