Part 5

16 4 1
                                    

"Mi, Alan pulang.!!!"teriaknya keras tangannya sudah jemper menggendong tubuh Ayana dari parkiran rumahnya.

"Siapa cewek ini Lan?" Tanya Mami dari arah dapur,wanita paruh baya itu masih terlihat cantik meski bercelemek dan membawa spatula ditangannya.

"Nih cewek mau taroh di mana?" Alan mulai tak karuan, khawatir jika tangannya akan patah.

"Dia korban tabrak lari?,korban jatuh pas lomba balap karung? Terus kenapa kalian basah-basahan gitu?" Mami Alan menyipitkan mata. "Apa jangan-jangan dia kepleset pas hujan-hujanan berdua?. Ahhh anak mami udah kaya artis Bollywood aja kan bahaya."

What? Makin nggak jelas. Batin Alan atas tingkah ibunya.
"Mami, mau nggak kalo anaknya diamputasi gara-gara patah tulang?."

"Ya jelas mami nggak mau lah. Ora anak seganteng ini juga."

"Ya udah cepetan, nih cewek berat banget."

"Dikamar tamu."

Alan segera bergegas manuju ruangan berpintu coklat,untung saja hanya berjarak beberapa meter saja dari tempatnya berdiri. Coba bayangkan kalau ia kembali menempuh jarak panjang.

"Kenapa nggak dibawa ke rumah sakit aja sih Lan?"

"Kan mami juga dokter. Ngapain mahal- mahal ngeluarin biaya rumah sakit."

"Tapi alat-alat praktiknya nggak mami bawa pulang."

"Pakai P3K di rumah kita seadanya."Ujarnya tegas.

Iya membaringkan tubuh mungil Ayana di atas ranjang tempat tidur. Nggak disitu belum juga sadar meskipun sempat terguyur air hujan.

"Ya udah sana mandi terus ganti baju biar enggak sakit s masalah cewek ini ini biar jadi urusan mami." Kata mami.

Alan mengangguk perlahan, matanya masih tertuju pada gadis yang sedari tadi masih enggan untuk membuka mata.

🔥🔥🔥

Hari menggelap, langit sudah tidak lagi menitikkan air hujan. Di ruang TV Alan duduk sendirian dengan menyilangkan kedua kakinya di sofa, tangannya memainkan sebuah benda pipih yang ia temukan di saku seragam ayah anak.
Hingga saat ini belum ada tanda-tanda Ayana akan membuka mata,bahkan tidak ada pihak keluarga yang menghubunginya hingga saat ini.

"Apa gue telepon aja kali ya?." Gumam Alan pelan. Lalu menunduk menyalakan layar yang menampilkan foto gadis itu dengan seorang laki-laki yang tampak bahagia. Tawanya lepas saat rambutnya sengaja diacak-acak oleh laki-lakinya.

"Ini yang disebut-sebut Za sama Ayana?" Sedetik kemudian ia menyentuh wajahnya.

"Ganteng juga ya." Ia menarik bibirnya ke atas. "Tapi masih gantengan gue."

Sepertinya Ayana adalah tipe orang yang kurang peduli akan suatu hal. Terbukti karena handphone nya saja tidak terkunci.
Alan menekan panggilan pada Kontak yang bertuliskan 'mom'

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."

"Aishhh nggak dijawab." Alan berdecak ketika suara perempuan yang sering menjawab setiap panggilannya ketika ia miskin pulsa terdengar disana. " Coba sekali lagi."

"Hallo Ay, kenapa sayang?" Suara itu kini berubah menjadi berat. Khas perempuan yang sedang kelelahan.
"Ay, sama papa dulu yah. Papa udah pulang kan? Maaf ya sayang mama masih banyak kerjaan. Kemungkinan mama lembur malem ini. Mama tutup telponnya yah.. Night Cantik."

ALYANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang