Part 1 : Saluna

302 39 70
                                    

Jangan lupa vote dan komentar nya.

Selamat membaca

Selamat membaca

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


***


"Salu!" panggil seorang wanita paruh baya dari arah dapur.

"Iya bu? Kenapa?" tanya Salu sambil menghampiri wanita yang dipanggilnya ibu itu.

"Ini, kamu gimana sih? Masa dapur masih berantakan?" omel ibu sambil menunjuk wastafel yang penuh piring kotor.

"Salu masih ngerjain tugas bu, nanti kalo udah selesai Salu cuciin yah," jawab Salu dengan sopan.

"Tugas kamu aja yang ditunda dulu, ibu gak mau tau pokoknya dapur harus udah rapi. Terus jangan lupa itu sayuran dimasak," ujar ibu kemudian pergi meninggalkan Salu.

Hanya bisa mendesah lesu. Selalu saja seperti ini, Salu tidak pernah bisa bernegosiasi meski hanya sedikit saja.

Gadis itu kemudian tersenyum di sela helaan nafas beratnya. Dia tidak boleh mengeluh. Bukan kah membantu orang tua sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai anak?

Salu menggulung rambut panjangnya lalu kemudian mulai untuk mencuci piring.

Baru beberapa piring yang tercuci, sebuah suara lagi-lagi memanggil Salu.

"Salu! Salu lu di mana sih?!" ujar seorang gadis yang seumuran dengan Salu.

"Kalau orang manggil itu disamperin dong. Lu gak punya kuping ya?!" omel gadis itu saat sudah sampai di dapur.

"Maaf Sena, tapi aku lagi cuci piring dulu. Ada apa?" tanya Salu dengan intonasi lembutnya.

"Ini, baju gue kenapa belum disetrika? Kan lu tau kalo gue gak suka pake baju lecek," omel gadis bernama Sena itu.

"Kamu kan bisa nyetrika sendiri Sena, kasihan kalau semua harus dikerjain sama kakak kamu," ujar sebuah suara yang membuat kedua gadis itu menoleh ke belakang.

"Bapak," ujar Sena yang sedikit kaget. Sejak kapan ayah nya ada di sini?

"Sudah sana setrika baju kamu sendiri," perintah bapak yang membuat Sena cemberut kesal. Gadis itu lantas pergi dari sana, dan hal itu justru membuat Salu tidak enak.

Bapak menghampiri Salu sambil tersenyum. Gadis itu lantas mencuci tangannya dan segera mencium tangan ayahnya.

"Ibu kemana? Kenapa kamu yang cuci piring?"

"Kenapa memangnya kalau Salu yang cuci piring?" sahut sebuah suara. Bahkan sebelum Salu menjawab pertanyaan bapak.

"Engga, kasian Salu. Dia pasti capek pulang sekolah. Belum lagi harus mengerjakan tugas," jelas bapak sambil menggulung lengan kemeja nya.

"Salu yang pengen kok Pak, lagian Salu lagi gak ada tugas sekolah. Jadi bisa bantu ibu," lerai Salu, dia tidak mau orang tuanya bertengkar lagi hanya karena dirinya.

SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang