Prolog

386 50 19
                                    

Benda kecil dengan dua garis biru terjatuh begitu saja, dari tangan seorang gadis yang kini menatap kosong pada lantai kamar mandi yang dipijaknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Benda kecil dengan dua garis biru terjatuh begitu saja, dari tangan seorang gadis yang kini menatap kosong pada lantai kamar mandi yang dipijaknya.

"Engga mungkin," gumam gadis berseragam putih abu itu sembari terhuyung lemas ke belakang. Bersandar pada pintu toilet yang tertutup.

Sedetik kemudian, cairan bening keluar bersamaan dengan tubuhnya yang merosot tanpa tenaga.

Sungguh, kenyataan pahit ini membuat nya terpukul. Bagaimana mungkin dia hamil di saat ujian kelulusan baru saja selesai dilaksanakan.

"Na," panggil seseorang di luar sana.

Gadis itu segera mengusap matanya dan bergegas membasuh wajah dengan air.

"Na, lama banget aku kebelet nih." Lagi, sebuah suara disertai ketukan pintu toilet terdengar.

"Iya sebentar!" teriak gadis di kamar mandi itu.

Dia mengambil handuk dan menutupi kepalanya. Setelah dirasa penampilannya rapi, gadis itu bergegas keluar. Tanpa lupa membereskan benda yang tadi membuatnya syok itu. Jangan sampai, keluarganya tahu soal ini.

"Gak sabar banget sih," ujar gadis itu kemudian berlalu begitu saja.

***

Rumah Sakit Kasih Bunda.

Seorang gadis bermasker duduk dengan cemas di ruang tunggu dokter kandungan.

Iya, dia gadis tadi pagi yang mendapati dirinya mendapatkan dua garis biru dari hasil testpack.

Karena tidak percaya maka dia memutuskan untuk mengeceknya langsung pada dokter kandungan.

Sebenarnya, bukan tidak percaya. Hanya saja dia mencoba mengelak dan berharap kalau hasil tadi pagi tidak akurat.

"Nona Saluna, silakan masuk," panggil seorang perawat.

Gadis yang dipanggil Saluna itu berdiri sambil membenarkan letak selendangnya. Meski sudah memakai masker, tapi dia tidak ingin jika sampai ada teman sekolahnya yang mengetahui kenyataan pahit ini.

"Sudah telat datang bulan berapa minggu?"

"Sekitar 4 minggu."

"Apa sudah di testpack?" tanya Dokter wanita itu.

"Su-sudah dok," jawabnya sedikit gugup.

"Bagaimana hasilnya?"

"Dua garis," jawab nya pelan.

"Kalau begitu, silakan berbaring. Akan saya cek dengan USG," ujar Dokter itu dengan ramah.

Dengan pasrah, gadis itu berbaring mengikuti instruksi dokter.

Dokter menyingkap pakaian si gadis. Mulai mengoleskan gel pada perut yang masih rata itu.

Perlahan, si Dokter menggerakkan transduser dengan gerakan maju mundur secara perlahan ke area permukaan kulit perut.

"Jadi, bagaimana Dok? Apa benar saya hamil?"

Dokter itu tersenyum. "Iya, ada janin di rahim anda. Meskipun bentuknya belum jelas, tapi saya yakin kalau anda positif hamil," jelas sang Dokter yang membuat gadis itu meluruh lesu. Habis sudah harapannya. Dia memang benar hamil.

"Usianya tepat seperti perkiraan anda. Sekitar 4 minggu," tambah dokter itu.

"Kandungannya dijaga ya, jangan bekerja terlalu berat. Saya akan meresepkan vitamin, jangan lupa untuk diminum dengan rutin," ujar Dokter itu sambil menulis di atas meja nya.

"Ah, iya," jawab gadis itu dengan lesu sambil duduk di hadapan dokter itu.

"Ini surat keterangan resmi kalau anda hamil. Disertai juga dengan foto cetak hasil USG nya."

Meski enggan. Tapi gadis itu tetap menerima surat itu. "Terimakasih Dok."

***

Jangan lupa vote dan komentar kalau kamu ingin cerita ini berlanjut.

Bogor, 25 Mei 2021

De_Amanina

SAVIORTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang