Selepas jam kuliah pertama, Keysa memisahkan diri dari Nanda dan Sinta karena keduanya kembali ke kos masing-masing. Menunggu jam kuliah selanjutnya pada pukul satu siang nanti. Keysa berjalan seorang diri menuju kantin. Langkah demi langkah dilalui dengan tatapan sendu. Keysa mengembuskan napas pendek. Dirinya sedikit dikagetkan dengan suara berat tiba-tiba berbicara di dekatnya.
"Pasti gara-gara gua ya?" Keysa menoleh cepat. Keterkejutannya langsung hilang saat mengetahui pemilik suara itu adalah Cahyo. Keysa tersenyum kecil dan memilih menggeleng.
"Maafin gua. Gua kemarin gak ada niat buat ngagetin lo. Dan sekarang, lo malah dijauhi temen-temen lo."
Keysa melemaskan pundak. Dijauhi dan dianggap aneh bahkan gila oleh orang-orang merupakan hal biasa bagi Keysa. Masalah seperti ini dapat Keysa redam dengan sendirinya. Walaupun ujaran kebencian tersebut jelas menyakiti hati.
Keysa mulai memesan menu makan siang seperti kemarin, yakni mi ayam dan es teh manis. Bahkan, ia duduk di tempat yang sama, dengan sosok yang sama, Cahyo, siapa lagi.
"Lo kemarin kirimin gua doa, ya?" Keysa yang tengah menyeruput mi panas itu mendongak ke arah Cahyo. Sosok pocong tampan itu tampak tersenyum senang. Kepala Keysa mengangguk. Ia pun menjawab dalam hati pertanyaan Cahyo. "Iya. Kok kamu tahu?"
"Suara lo kedengeran dan nyampe ke gua." Keysa manggut-manggut mendengarnya.
"Terima kasih ya, lo ternyata peduli sama gua," lanjut Cahyo. Namun, Keysa dibuat gelisah saat raut wajah Cahyo berubah lesu dan terlihat sedih.
"Dulu, gua setiap hari denger suara Ibu, Abah dan adek gua yang lagi doain gua. Itu yang buat gua seneng. Tapi, udah lama gua gak denger suara mereka. Apa mereka udah meninggal semua, ya?"
Keysa tercenung. Tenggorokannya terasa tercekat. Merasa iba melihat kerinduan tersorot jelas di mata Cahyo. Jika dilihat lebih jauh melalui kemampuan Keysa, Cahyo memang terlahir dari puluhan tahun lalu. Sepertinya sudah lama sekali. Saat Keysa berusaha mencari keberadaan keluarga Cahyo, hanya warna gelap yang terlihat. Kemungkinan besar menandakan, bahwa keluarga Cahyo sudah tidak ada di dunia ini lagi.
"Kamu gak perlu sedih. Aku akan menjadi pengganti keluarga kamu. Aku akan terus mendoakan yang terbaik buat kamu. Dalam arti, kamu boleh anggap aku jadi kakak."
Cahyo tersenyum senang mendengar perkataan Keysa. Namun, sepasang matanya langsung memicing dan berujar, "Seharusnya lo yang panggil gua abang! Gua kan lahir duluan jauh sebelum lo lahir!"
"Ahhh, benar juga," batin Keysa seraya menggaruk pelipisnya yang tak gatal. Selanjutnya, Keysa kembali menimpali, "Kalau kamu mematok diri dari era lahir, berarti semestinya aku panggil kamu kakek, dong! Kamu udah tua banget pasti! Udah buyut dan punya cicit! Hihihi!" Keysa tertawa di balik sendoknya.
"Ahhh, bener juga!" Cahyo mengikuti cara bicara Keysa. "Kalau gitu, anggep gua adek aja lah! Masa gua yang cakep dan keren ini dipanggil, embah!"
Keysa tersenyum. Menyetujui ucapan Cahyo. Kini Keysa melanjutkan makannya. Ditemani Cahyo yang hanya berdiam diri dengan bersenandung lagu yang sama sekali tidak pernah Keysa dengar sebelumnya. Entah lagu apa itu, yang jelas nadanya dibuat hancur dan sumbang oleh gumaman Cahyo.
"Berarti, gua udah di sini lama banget ya?" tanya Cahyo setelah Keysa makan dan minum. Karena sosok itu sengaja tidak mau mengganggu jam makan Keysa. Keysa mengangguk kecil sebagai jawaban.
"Kalau semua keluarga gua udah kagak ada, berarti orang-orang yang ngebunuh gua juga udah mati ya?"
"Hmm, mungkin."
"Gimana ya nasib mereka sekarang? Apa mereka juga nyari jalan pulang kayak gua?" Cahyo menerawang jauh ke atas.
"Mereka sedang dalam prosesnya. Kamu yakin kan jika sejatinya Tuhan Maha Adil?" Cahyo mengangguk lemah. "Tuhan akan memproses semua orang dengan amal ibadah masing-masing. Dan Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan pasti seadil-adilnya untuk seluruh makhluk ciptaannya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Dendam Hantu Apartemen
Horror-Cerita Horor-komedi-romance yang akan menghibur seluruh pembaca. Cerita yang menyuguhkan, arti kehidupan, persahabatan dan kesetiaan- ***** Keysa, seorang gadis remaja yang memiliki kemampuan dalam melihat hal tak kasatmata, membuat hidupnya menjad...