Part 3 : Aku mau susu

47 10 4
                                    

Di bawah langit sore merah dan sedikit gelap, Keysa berjalan seorang diri di trotoar jalanan. Sedikit mengeratkan jaket yang ia kenakan kala angin bergerak cukup kencang menerbangkan helaian rambut dengan lancang. Sepatu kets hitam selalu setia menemani langkah kakinya yang jenjang. Bibir keysa mengalun pelan, mengikuti irama musik yang tersalurkan melalui earphone menyumpal di kedua telinganya. Mencoba untuk menyibukkan diri.

Keysa terlihat mempercepat langkahnya. Kepala gadis itu terus menunduk sepanjang jalan. Fokusnya sengaja memilih menatap ujung sepatu daripada sekitar. Karena pada jam-jam menjelang maghrib seperti ini, banyak sekali hantu dengan beragam rupa yang menyeramkan berkeliaran di mana-mana. Keysa sedikit mengembuskan napas lega setelah sampai pada halaman utama apartemen. Menggiring langkahnya kembali menuju lift untuk menyebrang ke lantai tiga. Namun, langkahnya tiba-tiba terhenti. Napas Keysa tercekat. Netra matanya mulai membesar. Tubuh Keysa mematung di tengah jalan. Merasakan sepasang kakinya membeku saat tanpa sengaja melihat sosok perempuan bertubuh setengah ular merayap di sepanjang pintu lift. Wajah sosok itu hitam legam. Lidahnya sangat panjang menjulur hingga menyentuh dasar lantai. Remang di seluruh bulu kuduk terasa dingin saat telinganya mendengar suara desis ular begitu jelas.

Sosok itu memiliki tubuh yang besar dan sangat panjang. Bahkan, saking panjangnya, Keysa harus dibuat mendongak secara vertikal. Panjang sosok itu sepertinya sampai hingga lantai tiga. Atau, bahkan lebih panjang lagi dikarenakan ujung ekor sosok tersebut masih membentuk gulungan tebal. Bola mata Keysa dibuat tanpa kedip sesaat karena terpukau menatap sisik mengkilap berwarna hijau kekuningan yang melapisi ekor sosok tersebut. Energi kehadirannya cukup kuat, sampai Keysa merasakan lantai pijakannya seperti terjadi pergeseran.

Detak jantung Keysa dipaksa bekerja lebih cepat saat sosok tersebut meliukkan tubuhnya. Keysa tidak bisa bergerak sama sekali. Kedua kakinya seakan tertanam di tempat itu. Bahkan kepalanya tidak bisa berpaling saat sosok tersebut menoleh ke arahnya, seolah tahu jika sedari tadi ada manusia yang tengah mengawasi pergerakannya.

Napas tertahan di kerongkongan begitu mencekik saat Keysa melihat jelas sepasang taring runcing dan panjang menyembul keluar dari bibir sosok wanita setengah ular di seberang sana. Keysa menahan napas dengan meremas-remas sisi jaket yang dikenakan. Seluruh tubuhnya basah diguyur keringat dingin. Ingin sekali ia berlari untuk segera menjauh dari tempat itu. Sialnya, seluruh tubuhnya kini seakan membeku hingga ia tidak bisa berkutik sama sekali.

Sesak menikam dada hingga jantung seakan mau lompat dari tempatnya saat sosok tersebut
menyorot tajam menembus netra mata Keysa. Wajah Keysa seketika pucat pasi dengan napas yang tertahan di ujung pangkal. Merasakan udara sekitar mendadak berubah sangat panas saat sosok tersebut menyeringai lebar memamerkan taring dan sederet gigi runcing tidak beraturan. Entah keajaiban dari mana, kedua kaki Keysa mendadak membawa tubuhnya lari terbirit-birit menjauh dari sana.

Keysa mengehentikan langkah di dasar tangga lantai dua. Tubuhnya sedikit membungkuk dengan memegangi kedua lututnya yang bergetar hebat dan lemas. Napas Keysa terengah-engah seperti telah lomba lari empat kilometer. Keysa dapat merasakan detak jantungnya bekerja yang sangat keras dan cepat, sampai terdengar di telinganya sendiri. Wajahnya panas. Keringat di mana-mana. Sepasang mata Keysa mulai terpejam saat merasakan sakit di kepala dengan pandangan sedikit kabur. Mencoba mengatur napas sembari menetralkan detak jantung sebelum memilih untuk naik menggunakan anak tangga menuju lantai tiga yang cukup menguras tenaga.

Sesaat kemudian, Keysa menegapkan tubuhnya saat merasakan jantung dan napasnya mulai kembali normal. Menatap deretan anak tangga dihadapannya dengan sorot nanar seperti ingin menangis. Keysa mengembuskan napas berat. Dirinya tidak bisa membayangkan nasib jika setiap hari harus menggunakan anak tangga untuk sampai ke lantai tiga. Dia tidak sepemberani itu. Nyalinya langsung menciut jika harus menggunakan lift dan bertemu sosok siluman ular mengerikan itu lagi.

Dendam Hantu ApartemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang