Part 5 : Ketempelan

23 3 0
                                    

Keysa menenteng susu kotak yang tadi ia sempatkan beli di kantin fakultas. Kepalanya memandang sebal minuman anak kecil itu. Kedua kakinya kini berjalan pelan menyusuri trotoar yang cukup senggang dengan angin sepoi-sepoi mengibarkan ujung rambutnya dengan lancang. Keysa memanjangkan leher. Kedua matanya menyipit, mencoba fokus menatap punggung seorang laki-laki yang berjalan seratus meter di hadapannya. Laki-laki itu berjalan lambat dengan punggung yang membungkuk. Dari sekat jarak, Keysa merasakan ada yang aneh di punggung laki-laki itu.

Keysa sedikit melajukan langkahnya. Sepasang matanya kontan membulat sempurna saat dirinya melihat sosok seperti anak kecil tengah bertengger di punggung laki-laki itu. Sosoknya memang kecil, namun rupanya tampak tua dengan kulit wajah yang kendur dan berkeriput. Sosok inilah dalang yang membuat laki-laki itu berjalan membungkuk seperti ini. Keysa sedikit bergidik ngeri saat sosok itu tersenyum lebar ke arahnya, memamerkan gigi-giginya yang runcing dan tajam. Rambutnya gimbal dan acak-acakan. Serta memiliki kantung mata yang bulat dan menghitam. Keysa sangat yakin jika itu bukanlah manusia. Terlebih, sosok itu mengeluarkan bau bangkai yang cukup menyengat.

Jika dilihat dari samping, Keysa sepertinya mengenali laki-laki yang tengah ketempelan itu. Dahi Keysa tampak berlipat untuk mengingatnya. Ah, Keysa mengingatnya dengan cepat. Laki-laki ini adalah orang menyebalkan yang pernah membentak dirinya saat ospek kala itu. Bibir Keysa sedikit mencibir dan hendak pergi berlalu saja. Membiarkan orang itu agar ketempelan sampai rumah. Namun, langkah Keysa tertahan, hati nuraninya ternyata masih memiliki rasa kemanusiaan. Dirinya sedikit tak tega melihat laki-laki itu meringis dengan menahan sakit dan letih.

Tanpa meminta izin terlebih dahulu, Keysa langsung menyentuh pundak orang itu. Mengambil jin yang tengah melotot marah ke arahnya, lantas segera mengembalikan jin tersebut ke tempanya semula menggunakan kemampuannya.

Laki-laki itu menghentikan langkah. Menegakkan tubuh saat rasa berat dan nyeri di punggungnya hilang begitu saja. Kali ini, dia menatap Keysa yang tengah menepuk-nepuk kedua tangan, seolah membersihkan debu yang menempel di sana. Sorot mata kebingungan tampak jelas di sepasang matanya.

Bibir laki-laki itu hendak berucap, namun langsung terbungkam akibat suara Keysa. "Jangan suka pipis sembarangan tanpa izin. Kalau gak bisa di toilet, pakai botol aja sana!"

Laki-laki itu terkejut bukan main. Bibirnya langsung terkatup rapat-rapat. Sepasang matanya terus memperhatikan punggung Keysa yang menjauh dari hadapannya.

Kedua bola mata laki-laki itu langsung membulat syok. Bahkan jantungnya mulai berdetak kencang. Dia meremas kedua tangannya yang tiba-tiba berkeringat. Bibirnya terbuka dan menggumam tidak percaya, "Apa tadi dia lihat aku kencing?!"

•••

Keysa kian mempercepat langkah. Bahkan anak itu terlihat terburu-buru untuk segera sampai ke kamar apartemen. Sangat penasaran apakah ancaman Elena tadi pagi benar adanya. Keysa melirik ke arah lift, dan ternyata sosok ular itu masih ada di sana. Gadis itu langsung mengembuskan napas kasar. Mau tidak mau, Keysa harus menerima kenyataan pahit untuk menaiki puluhan anak tangga setiap harinya.

Sesampainya di kamar, Keysa langsung menuju dapur untuk menuang susu sialan itu ke dalam gelas. Menyeruputnya sedikit untuk mengurangi dahaga. Kembali melangkah dengan tegang menuju kamar. Begitu pintu terbuka, sepasang mata Keysa melotot sejadi-jadinya. Bahkan rahang bawah mulutnya seakan mau jatuh dari tempatnya. Detik itu juga, darah Keysa siap meledak dengan pancaran mata yang menyala-nyala.

"ELENA!!!" Keysa berteriak keras sampai otot-otot lehernya menyembul keluar. Menelaah seluruh kamarnya yang persis seperti kapal pecah. Buku berserakan di mana-mana. Sprei, bantal dan guling pun terdampar mengenaskan. Bahkan, semua pakaian di dalam lemari yang sudah ia tata rapi-rapi, kini berhamburan tak keruan.

Dendam Hantu ApartemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang