Part 1 : Orientasi mahasiswa baru

68 17 4
                                    

Keysa mematut diri di depan cermin sembari menyisir rambutnya tanpa ada semangat. Sepasang mata bulat gadis itu masih terkatup-katup dengan bibir yang terus menguap. Dirinya baru bisa tidur nyenyak pukul lima pagi, dan harus bangun kembali pukul tujuh karena hari ini adalah ospek pertamanya di universitas. Pertemuannya pada sosok hantu bernama Elena membuat dirinya menjadi monster seperti ini. Bagaimana tidak? Seusai Elena memperkenalkan diri, hantu itu terus mengganggunya dengan menarik selimut, menyanyi dengan nada sumbang, bahkan melayang tepat di atas wajahnya. Berusaha membuat Keysa terus terjaga sepanjang malam. Dan inilah dia sekarang. Wajahnya kacau dengan kedua mata yang tampak sembab kurang tidur.

Keysa mengembuskan napas panjang. Sedikit bisa bernapas lega kala sosok Elena tidak menampakkan diri seusai azan subuh berkumandang. Keysa mengalungkan ID card ke lehernya, meraih tas ransel, lantas beranjak menuju kampus.

Turun ke lantai satu menggunakan lift dengan mulut yang terus menguap. Dan tak jarang, bibirnya merutuki nama Elena yang membuat dirinya lunglai seperti ini. Bahkan beberapa kali kakinya tersandung akibat kedua matanya yang memilih untuk terus terpejam.

Sesampainya di kampus, Keysa langsung memosisikan diri ke dalam barisan kelompok yang telah ditetapkan satu hari yang lalu. Tak lupa dengan memakai topi dan jas almamater yang melekat apik di tubuhnya. Keysa mengembuskan napas panjang dan terus menguap saat rombongannya digiring menuju lapangan untuk mengikuti apel.

"Hei! Kamu!"

Suara berat itu menghentikan langkah Keysa. Dahi gadis itu sedikit berlipat kesal kala seseorang menarik lengannya dengan lancang. Kepalanya ia paksa mendongak untuk melihat siapa yang berani menariknya seperti ini.

"Kenapa rambut tidak diikat? Mau saya potong paksa?"

Hal pertama yang Keysa lihat adalah seorang laki-laki tinggi menatapnya dengan sorot mata berang. Berbagai atribut yang berbeda dari mahasiswa baru melekat rapi membalut tubuhnya yang cukup berisi. Sepasang alis laki-laki itu tebal, tajam dan menukik. Tulang hidung dan rahangnya tampak tegas, memberikan aksen dingin untuk dilihat. Tatapan Keysa tertuju pada sebuah id card yang mengalung jatuh di dada laki-laki itu, memberikan informasi jika orang tersebut adalah panitia pelaksana MOS tahun ini.

Keysa mendesis mendengar ancaman tak masuk akal dari lawan bicaranya. Dia menghempaskan tangan dari cengkeraman laki-laki itu. Melepaskan topi sembari tangannya yang lain merogoh saku almamaternya untuk mengambil karet. Mengikat asal-asalan rambutnya yang hitam panjang sepundak, dan berakhir memasang kembali topinya dengan kasar.

"Dan ini, kenapa wajah kamu lusuh gini? Berapa jam kamu tidur? Baru saja ospek hari pertama, tapi kesan kamu malah kayak gini. Kami panitia sudah menyiapkan sambutan buat kalian para anggota mahasiswa baru, tapi orang seperti kamu ini sama sekali tidak menghargai jerih payah kami! Kayak gini mau jadi lulusan sarjana?!"

Ahhh, berisik sekali! Keysa lagi-lagi menguap dengan kedua tangan mengusap matanya untuk menghilangkan kotoran yang masih menempel di setiap ujung mata.

"Kalau kakaknya tanya itu, jawab!" bentakan itu membuat Keysa kian menggeram sampai kedua tangannya mengepal erat.

"Jangan salahkan saya! Salahkan saja Elena yang terus mengganggu tidur saya!" Keysa balas membentak dengan kesal. Tak ada rasa takut sedikitpun dari gadis itu. Keysa bahkan balas menyorot netra hitam yang mengkilat pada lawan bicaranya.

"Siapa itu, Elena?"

"Setan bule kurang kerjaan!" jawab Keysa ogah-ogahan. Lipatan kecil penuh tanya langsung tergambar di dahi lawan bicara Keysa.

"Gak usah banyak alasan! Pakai bawa-bawa setan lagi! Kalau salah ya salah saja! Udah, cepat cuci muka dulu! Saya muak lihat muka kamu!"

Keysa menghentakkan satu kakinya, menahan emosi yang siap meletus seperti gunung api bererupsi. Sepasang matanya menyalang penuh kebencian. Bibir pucat gadis itu terbuka dan kembali bersuara ketus, "Siapa juga yang mau dilihatin sama kamu!" Selepas berucap demikian, Keysa langsung pergi dari tempatnya. Tak lupa dengan mulut yang terus menyumpah serapah, mengomel-ngomel tidak jelas di sepanjang langkahnya. Mengabaikan tatapan aneh dari orang-orang di sekitarnya.

Dendam Hantu ApartemenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang