Dira dan Nisa berjalan di pinggir lapangan.
Dira yang sudah gabut setengah mati akhirnya memutuskan untuk pulang.
"Dira mau kemana!" Tahan Nisa yang melihat Dira sudah siap untuk pulang.
"Helooo!! Gila aja di sini gabut woey nanti ada kunti xixi gitu ihhhh kaborrr" Ucap Dira yang langsung hendak lari.
"Eits" Cegat Nisa yang dengan cepat mencegat Dira.
"Ishh! Lama euyyy!! Dah ayo pulang aja lah!" Ucap Dira yang sudah melompat lompat di tempatnya.
"Dira Nisa" Teriak pria bertubuh tinggi.
Nisa dan Dira reflek melihat ke pria itu.
"Siapa itu?" Tanya Dira berbisik ke Nisa.
Nisa mengangkat bahu.
Pria itu berjalan ke arah mereka. Dira dan Nisa berpegangan tangan dengan kuat.
"Ni.. Nis i-itu c-culik?" Tajya Dira dengan terbata bata.
"M-masa si.. c-culik tau nama k-kita" Jawab Nisa yang suaranya makin pelan karena pria itu sudah mendekat.
Dekat, dekat dan..
"Panggil saja saya Hafiz Guru olahraga dan kiler kalian" Ucap pria itu mengaku memiliki nama panggilan 'Hafiz'.
Dira dan Nisa memandang sesama.
"Em guru baru?" Tanya Dira yang melihat dari bawah sampai atas.
Pria itu memakai jaket hitam dan celana levis panjang.
"Kamu ga percaya?" Tanya balik Pa Hafiz dengan nada datar yang membuat Dira dan Nisa percaya.
Dira dan Nisa menatap sesama sekejap. "Percaya pa" Ucap Dira dan Nisa mengangguk.
Pa Hafiz berbalik badan dan menaiki motor yang dia pakai. "Bicaranya jangan di sini, sekolah mau tutup" Ucap Pa Hafiz.
"Em..pa maaf kami adanya sepeda hehe" Jawab Nisa dengan canggung.
Dira menatap Nisa dengan alis yang menurun.
Pa Hafiz memijat keningnya. "Ya udah di depan aja" Ucap pa Hafiz.
"Oke pa"
Setelah di depan gerbang Dira dan Nisa benar benar bingung karena tidak ada tempat duduk, ada pula di trotoar tetapi bawahnya ada genangan air.
"Di tukang mie ayam" Ucap Pa Hafiz yang langsung meninggalkan Dira dan Nisa.
Wajah Dira terlihat sangat kesal. Sedangkan Nisa sedang membujuk Dira agar ikut.
"Ayo lahhh!!" Nisa menarik tangan Dira.
"Iiiiii uang aku ada 200 doang" Ucap Dira yang berusaha menarik kembali tangannya.
Tiba-tiba Nisa membulatkan matanya dan melepas tangannya yang menarik tangan Dira sehingga tubuh Dira terjatuh duduk.
"Sumpah dah jangan nambah emosi!!!" Marah Dira dengan memukuli kaki Nisa.
"Heh jangan gila yaa!!"
"Sakit ini heloooooo!"
"Derita"
"Ini semua gara-gara kamu tanggung jawab!"
"Ididih tanggung jawab apa coba?"
"Helooo nih nih buta ya rok aku kotor!!"
Pa Hafiz yang dari sebrang melihat pertengkaran Dira dan Nisa hanya bisa sabar dan memutuskan untuk menyebrang kembali.
"Ehm" Pa Hafiz berdeham sehingga Dira yang sedang menunjukan roknya yang kotor dan Nisa yang menunjukan ke arah sebrang sama-sama terdiam.
Setelah sadar Dira pun bangun dari duduknya. "Saya jatuh sama Nisa pa" Adu Dira dengan kepala meununduk.
Nisa membulatkan matanya. "Engga pa engga, dia jatuh sendiri dia ga bisa jaga kese im bangan" Adu balik Nisa dengan menunjuk-tunjuk Dira.
"Ih ga usah nunjuk juga kali!" Bentak Dira menyingkirkan tangan Nisa yang ada di depan mulutnya.
"Ya masa_"
"Hukuman bertambah" Potong pembicaraan Pa Hafiz.
"JANGAN PA" Ucap Dira dan Nisa bersamaan.
Pa Hafiz menggelengkan kepala.
"Paaaaa ya paa" Nisa memasang wajah memohon.
"Kamu ngatur saya?" Tanya pa Hafiz dengan tatapan datar.
Tatapan datar itu membuat Nisa takut. Bahkan Dira yang hanya diam pun juga ngeri melihat tatapan gurunya.
"Ini sudah mau magrib, nomor telepon kalian?" Ucap pa Hafiz yang langsung mengeluarkan handphone.
"Emm nomor telepon saya 08**********" Ucap Dira dengan menyebutkan nomor teleponnya.
"Saya lupa pa hehe" Ucap Nisa yang menggaruk kepala.
"Ya udah pa nanti saya kasih ke bapa" Ucap Dira.
"Saya bukan bapa kamu" Ucap pa Hafiz santai sambil menaiki motor.
Nisa menutupi mulutnya dengan tangan untuk menahan tawa. Sedangkan Dira hanya memandang Nisa yang mati matian menahan tawa.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next🙈