[1] Bolos

8 2 0
                                    

Semua murid sudah tiba di lapangan namun upacara belum juga segera di mulai.

Dira yang sudah bercucuran keringat akhirnya pindah ke barisan belakang dan jongkok.

Nisa yang melihat Dira berpindah tempat hanya bisa menggelengkan kepala dan bergegas untuk menghampiri Dira.

Nisa adalah gadis yang memiliki tinggi tubuh yang sedikit pendek dari Dira dan Nisa adalah sahabat Dira.

"Ngapain pindah sih!?" Ucap Nisa

Dira mendongakan kepalanya dengan alis yang menyeringai. "Mau cari mati kamu?" Tanya Dira dengan kemudian mengusap keringat.

"Ih ya tapi lagi upacara" Ucap Nisa.

"Stop stop udah sini mau ikutan mah ga usah basa basi" Celetuk Dira dengan menarik lengan Nisa.

"Ish iya iya" Ringis Nisa.

|Selesai upacara |

"Selamat pagi" Sapa Bu Rara [guru].

"Pagi buuu" Jawab seluruh murid dengan nada tidak semangat.

"Dah siang kale" Ucap Dira pelan namun Nisa mendengarnya.

Nisa menyenggol bahu Dira saat Dira menengok ke arah Nisa. "Diem" Ucap Nisa.

Dira mengangkat bahu acuh.

"Dira, Nisa" Teriak bu Rara.

"Hadiroh" Jawab keduanya bersamaan.

Bu Rara menggelengkan kepala. "Ke kantor" Ucap Bu Rara dengan bertolak pinggang.

Dira dan Nisa membulatkan matanya.

"bu, ngapain?" Tanya Nisa dengan wajah yang sudah panik.

Bu Rara hanya mengangkat bahu acuh.

Semua anak-anak teralihkan kepada Dira dan Nisa yang panik.

---

Tok tok
Suara ketukan pintu dari ruang tamu.

Aisyah [wanita paruh baya] yang sedang bersantai segera bangkit dari duduknya dan menemui seorang yang mengetuk pintu itu.

Saat membuka pintu terlihat gadis yang berpakaian ketat dan rambut sebahu. Berbeda dengan Aisyah yang memakai gamis dan hijab instan.

Aisyah melihat wanita itu dengan wajah yang murka. "Mau apa kamu Chika" Tanya Aisyah.

Chika tersenyum. "Em aku mau bertemu dengan.. calon Suamiku" Jawab Chika dengan bangganya.

Aisyah menatap ke arah lain. "Maaf suami saya tidak ada di rumah" Jawab Aisyah dengan mata yang tidak terarah ke Chika.

"Hum gitu" Ucap Chika dengan langsung masuk tanpa seizin Aisyah.

Aisyah yang tau Chika sudah masuk hanya bisa memejamkan mata dan ikut masuk.

Diam-diam Aisyah membuat alih-alih untuk menarik tas Chika. Kemudian Tas itu tertarik dan Chika pun terjatuh duduk.

"Berengsek!" Bentak Chika.

Aisyah tertawa kecil dan berjongkok menyamakan posisinya dengan Chika sehingga jaraknya sekitar dua jengkal. Aisyah menatap mata Chika yang juga ikut menatapnya "Mohon maaf saya mau tanya sama kamu" Ucap Aisyah dengan nada yang di buat lembut.

Chika hanya terdiam dengan tatapan yang sudah di kunci oleh Aisyah.

"Yabg berengsek saya atau kamu?" Sindir Aisyah dengan senyuman.

Chika menatap ke arah lain karena tatapan Aisyah yang menantang.

Aisyah segera berdiri dan menjatuhkan tas milik Chika. Saat berdiri Aisyah melipat tangannya dan sengaja mengarahkan matanya ke tatapan lain.

"Semurah itu kamu mau di ajak berhubungan badan dengan lelaki yang sudah mempunyai istri" Ketus Aisyah.

Chika menatap ke arah Aisyah dengan kening yang mengkerut dan ikut bangun membenarkan posisinya. "Sepertinya yang di salahkan bukan saya deh" Aisyah dengan cepat mengalihkan pandangannya ke arah Chika.

"Tapi suami kamu.. yang ga bisa. Tahan hawa nafsu." Lanjut Chika dengan penuh penekanan.

"Ha? A..ahaha"
"Lelaki akan bisa tahan hawa nafsunya jika si wanita tidak. Menggodanya." Celetuk Aisyah dengan alis yang terangkat.

Chika tampak bodo amat dan hanya menggelengkan kepala. "Yeah lupakan saja sekarang yang penting suamimu harus bertanggungjawab" Ucap Chika dengan tersenyum licik dan kepala yang di miringkan.

"Lupakan?" Aisyah menggelngkan kepalanya. "Ga semudah itu" Lanjut Aisyah.

Chika menatap tajam ke arah Aisyah.

"Sial kapan wanita so alim ini hilang!" Batin Chika.

---
"Kamu sudah izin tanpa keterangan" Ucap Pa Vito dengan membaca lembaran kertas.

Dira dan Nisa saling tatap dengan wajah yang sudah panik tingkat tinggi.

"I iya pa maaf" Jawab Dira dengan menunduk.

Pa Vito menatap Dira dan bergantian ke Nisa. "Dan kalian izin ke guru yabg sudah keluar?" Tanya lagi pa Vito.

"Kami ga tau pa kalau Bu Yuli pindah" Ucap Nisa yang ikut menunduk.

Pa Vito mengangguk paham. "Kalian tau harus apa?" Tanya pa Vito.

Dira begitu juga Nisa mengangkat kepalanya bersamaan. "Apa?" Tanya Dira dan Nisa serempak.

Pa Vito berdiri dengan tangan yang di ikat ke belakang. "Sekarang yang menjadi guru kiler bukan saya" Dira menarik nafas lega "Tapi akan ada guru baru yang bertugas di sini dan mengajar olahraga" Lanjut pa Vito.

Dira yang tadinya tenang kembali lemas. Nisa yang melihat Dira seperti itu hanya bisa mengangkat alisnya dan menghembuskan nafasnya.

"Em hari ini kita bebas dong ya pa?" Tanya Nisa dengan tersenyum.

"Hum itu semua ada di tangan guru baru kalian" Jawab pa Vito yang ikut tersenyum.

Dira menginjak kaki Nisa yang di baluti kaos kaki.

"Tsss sakit woy!" Keluh Nisa yang menyingkirkan kakinya dari Dira.

Sedangkan Dira memasang wajah kusut.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Next🕊









Ini Dira [New]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang