PROLOG

806 79 4
                                    

Dengan cemas, aku menunggu tanda itu muncul.

"Please, please... please.."

Terlihat samar-samar namun terlihat, akupun langsung lari ke kamar menemui suamiku yang masih terlelap.

"Yang, bangun..." ia hanya melenguh pelan dan tetap memejamkan mata.

"Sayang ayo bangun, aku harus gimana nih?" kataku sambil menyodorkan benda itu.

Ia pun mulai membuka matanya perlahan dan mengamati benda kecil itu. Lalu berkedip-kedip sekejap dan mulai menutup matanya kembali.

"Ya sudah, nanti mas beliin lagi..." katanya sambil melanjutkan tidurnya.

"Lho gimana sih?! ini dilihat baik-baik hasilnya!" karena aku agak memaksa dengan nada agak tinggi dia pun bangun dan duduk sambil mengerjapkan mata, melihat lekat-lekat.

"Ini maksudnya gimana??" dia masih nggak paham juga.

"Ini lho mas, garisnya muncul dua... aku harus gimana??"

"Oalah yang ini kukira yang blok warna merah ini, jadi kupikir ini rusak. Ternyata ini toh! Hmmm..." dia masih loading. Ya maklum sih, karena dia lembur dengan kerjaan dan baru tidur jam 2 sedang sekarang jam 4 aku bangunin. 

"Terus??" Ia menatapku dan sepertinya mulai mencerna keadaan karena terlihat senyuman dan mata binarnya terpampang. Aku pun dipeluknya erat.

"Alhamdulillah ya Allah.. Allah ngasih amanah ke kita ya dek."

"Iya mas..." ucapku lirih. Aku menangis dalam pelukannya. Well, setelah di katain banyak hal oleh orang sekitar akupun akhirnya hamil. Alhamdulillah.

Setelah AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang