Tak terima

455 56 4
                                    

Setibanya kami di Kantor PA, kami ke loket pendaftaran, disitu antriannya banyak, masih 10 nomer lagi sebelum kami di panggil. Kami duduk di ruang tunggu. Aku menunggu sambil melihat kanan kiri, disini terlihat banyak perempuan daripada laki-laki, 'apa mereka juga ngurus cerai ya?' Pikirku. Tapi apapun itu ini sebagai pembelajaranku bahwa pernikahan itu bukan main-main. Pernikahan merupakan ibadah terpanjang dan terlama, dimana godaannya begitu besar namun pahalanya juga luar biasa. Mungkin pernikahanku memang masih seusia jagung dan sangat berbeda dengan pernikahan ibu namun aku tak boleh lengah, syetan bisa segitu dasyatnya menggoda manusia maka yang aku lakukan hanya beristighfar supaya terhindar dari segala godaan syetan. Bukan hanya untukku namun juga untuk suami maupun anak keturunanku. Jika jalan perceraian ini cukup berhenti di ibu saja.

Setelah mendaftar kami diarahkan untuk membuat surat gugatan di bantu oleh pihak PA, disitu dijelaskan secara rinci juga alasan kenapa terjadi pperceraian.

"Ibu usia berapa?" Tanya salah seorang laki-laki yang tiba-tiba duduk di samping mbak-mbak yang ngetik berkas gugatan.

"60 tahun pak." Jawab ibu tersenyum simpul.

"Ya Allah bu, kenapa mengajukan cerai di usia senja??" tanyanya tak percaya.

"Ya.. Allah menggerakkannya sekarang pak, mau gimana. Lagipula saat saya masih PNS juga tidak bisa di acc oleh atasan karena sekarang sudah pensiun jadi baru ngajukan."

"Oalah ibu pensiunan PNS... alasannya kenapa bu?"

"Ada perempuan lain."

"Astagfirullah... yang sabar ya bu. Ini putrinya?" sambil memandangku.

"Iya pak, baru menikah beberapa minggu yang lalu. Bahkan bapaknya nggak mau jadi walinya."

"Ya Allah, padahal tugasnya lho. Mbak yang sabar ya. Saya kasih wejangan dikit ya. Seorang laki-laki itu kalau sudah berjudi, minum, main tangan maupun main perempuan, nggak bakalan bisa sembuh. Jadi sedari dini banyak komunikasi sama suaminya supaya tidak melakukan hal-hal itu."

"Iya pak terima kasih." Ujarku. Sedari dulu aku memang berprinsip bahwa laki-laki tak akan bisa dimaafkan jika sudah melakukan hal-hal tersebut. Karena itu Mas Andre sudah ku selidiki terlebih dahulu.

Cek awal yaitu dengan cari tahu apakah mas Andre merokok atau tidak, waktu acara Makrab dulu seharian kulihat ia tak pernah pegang rokok meski dosen laki-laki yang lain ada yang merokok dan sedang nongkrong bersama. Rokok adalah 'narkoba' kecil dan merupakan salah satu factor penyebab masalah di kemudian hari. Meski tidak menutup kemungkinan dengan tidak merokok juga bakalan tidak ada masalah.

Paling tidak, ia sayang tubuhnya dengan begitu ia pantas menyayangi orang lain dan tidak membakar uang untuk penyakit. Dari situ juga bisa terlihat bahwa mas Andre tidak ada indikasi minum maupun berjudi. Sedang masalah KDRT dan main perempuan, ini terlihat dari bagaimana mas Andre memperlakukan ibu dan kakak perempuannya. Meski sudah tak ada ayah, namun mas Andre begitu dewasa menjadi sosok laki-laki pelindung bagi mereka berdua. Ini hanya pandanganku saja, karena tidak ada yang tahu isi hati manusia kecuali kita dan Allah. Cukup banyak berdoa supaya dijauhkan dari hal-hal tersebut untuk kita maupun anak cucu keturunan kita.

Setelah berkas Gugatan siap, aku disuruh membaca dan mengkoreksi jika ada salah dan setelah selesai maka di tanda tangani oleh laki-laki tadi. Ternyata beliau adalah Kepala BLH yang memang tugasnya menyakinkan dan memutuskan apakah pasangan-pasangan yang mengajukan cerai ini memang sudah keputusan akhir atau tidak. Karena bagaimanapun Perceraian adalah suatu yang di benci oleh Allah namun jika memang lebih banyak mudharatnya lebih baik pisah saja.

Setelah berkas siap dan di tanda tangani, kami disuruh ke loket terakhir yaitu pembayaran dan pengiriman surat panggilan untuk tergugat yaitu ayahku. Kuberikan alamat rumah ayah yang ada di Jakarta dan membayar biaya pengirimannya.

Setelah AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang