Hasil

95 12 2
                                    

Hari pertama sidang pun tiba atau lebih tepatnya proses mediasi, ayah tiba duluan di PA di banding ibu. Kulihat ia datang bersama wanita itu. Kami cuek dan menunggu giliran di panggil.
Saat kami masih menunggu, ayah mendekati kami dan duduk di sebelah ibu. Sambil berbicara pelan.

"Aku bikin sidang ini lama dan nggak mau pisah titik." Ujar ayah.

"Ya silahkan, hakim yang akan memutuskan."

Lalu nama ayah dan ibu di panggil untuk masuk ke ruang persidangan. Aku hanya bisa mengantar hingga di depan pintu.

5 menit berlalu...
15 menit berlalu...

Tiba-tiba ayah di seret keluar ruangan oleh petugas keamanan.

"Bapak kalau nggak bisa tenang, tidak boleh masuk mengikuti sidang!"

"Saya cuma nggak mau bercerai, dia aja yang istri nggak tau diri!"

Aku melihat dari jauh sampai akhirnya ibu keluar ruangan. Aku langsung bergegas menghampiri.

"Tolong pak tenang, ini tempat umum." Ujar petugasnya kembali.

"Minggu depan sidang kedua, silahkan hadir kembali kesini." Kata ibu kepada ayah. Kulihat ayah tetap emosi meskipun sudah ada wanita itu di sebelahnya menenangkannya. Ibu menarik tanganku untuk menjauh.
Ku tahan rasa penasaranku dan bergegas pulang.

"Mbak, mampir MCD yuk. Ibu pengen ngadem." Kata ibu pas berhenti di lampu merah. Kulirik jam tanganku, masih jam 11. Mas Andre dan April belum pulang. Masih ada waktu untuk sekedar menenangkan diri bagi ibu.

"Boleh, yang di Waru aja ya sejalan pulang."

"Okeh" sahut ibu saat motorku mulai melaju kembali.

Sesampainya di MCD, ku parkir motor dan kami masuk ke dalam. Ibu memesan es krim sundae, lemon tea dan kentang goreng large.

"Di maem bareng ya mbak, ibu ya gak mungkin habis." aku hanya senyum dan mengangguk. Setelah makanan sudah siap di tray, kami pun menuju kursi untuk siap duduk. Ibu ke toilet dulu, saat kembali terlihat wajah ibu basah dan sedang di tepuk-tepuk menggunakan tissue. Aku yakin segala hal berkecamuk dalam diri ibu.

"Alhamdulillah seger nya, nunggu sampai di rumah kelamaan." Aku hanya tersenyum. Ibu mulai menyeruput lemon tea dan aku mencomot kentang goreng.
"Hah... Nggak pernah berubah ya ayahmu. Emosinya tetep meledak-ledak."

"Yah meski begitu ibu sudah begitu sabar menghadapinya selama ini. Ibu luar biasa." Ibu hanya tersenyum.

"Dulu ayahmu nggak se tempramen itu tapi semakin tua semakin jadi."

"Tadi gimana bu?" Tanyaku, penasaranku tak terbendung.

"Awalnya kami di suruh cerita kenapa ingin bercerai. Pertama ibu yang ngomong karena kami sering cekcok yang kadang berujung KDRT lalu juga ada wanita lain." Kata ibu sambil makan kentang juga.

"Terus kalau ayah bilang gimana?"

"Ayahmu bilang nggak ingin pisah dari ibu dan dia sudah minta baik-baik untuk poligami tapi ibu tolak." Ibu senyum tipis.
"Ya jelas ibu jawab, bagaimana mau poligami kalau dasarnya suka selingkuh dengan berbagai wanita."
"Ayahmu marah sambil bilang kalau ibu nggak bisa melayani di ranjang dengan baik."
Ibu lalu tersenyum tipis. "Orang kok suka beralasan, akuin aja kalau mau celup sana sini. Setelah itu dia marah-marah nggak terima sampai di seret keluar ruangan."

Aku menghela nafas, mendengarnya saja sudah bikin lelah apalagi ibu tadi di ruangan. Tapi bagaimanapun demi jauh dari segala kedzaliman harus segera di akhiri dengan baik.

"Ibu nggak apa-apa kan?" Tanyaku sambil memegang tangan ibu.

"Bohong kalau ibu nggak apa-apa, tapi ibu lega sebentar lagi ibu jadi janda secara resmi." Sambil ketawa kecil.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 28, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Setelah AkadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang