Evanescent - Bagian : 07

886 160 41
                                    

"Habis dari mana kau, Lalisa?!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Habis dari mana kau, Lalisa?!"

Suara bariton itu menginterupsi masuk ke dalam rungu Lalisa yang baru saja pulang dari rumah Chaeyoung. Selama 2 hari kemarin Lalisa tidak pulang ke rumahnya, dan dua hari itu pula Lalisa merasa bebas untuk sementara dari rumah yang ia anggap neraka ini.

"Eoh, Appa peduli aku habis dari mana?" Lalisa bertanya pada sang ayah dengan nada mengejek.

"Ya jelas, lah! Aku ini Appa-mu!"

"Appa, maaf ..," Lalisa menggantung ucapannya. "Di sini Lalisa masih menghormati Appa sebagai orang tua. Lalisa tidak mau lelah-lelah mengeluarkan semua ucapan yang bisa membuat urat leher Lalisa keluar, tapi ujung-ujungnya Appa juga tidak akan peduli."

"Maksudmu apa, Lalisa?"

Lalisa berdecak, "Appa, Lalisa sudah besar, Appa tidak usah lelah-lelah lagi memikirkan Lalisa. Bertanya Lalisa habis dari mana, bertanya Lalisa habis melakukan apa. Itu semua sama sekali tidak perlu, Appa ..."

Gadis berusia 17 tahun itu menghela napas panjang sebelum melanjutkan ucapannya, "Lebih baik Appa berpikir bagaimana caranya supaya Appa dan eomma bisa berbaikan. Tapi, kalau memang tidak bisa, lebih baik kalian berpisah. Daripada bertahan hanya demi anak kalian yang tidak berguna ini. Menghabis-habiskan waktu Appa tau."

Setelahnya, Lalisa pergi, meninggalkan Jongin yang terdiam mematung karena ucapannya.

Sekarang Lalisa sudah berada di dalam kamarnya. Meringkuk sepi dalam sayatan-sayatan perih tak berujung.

Rumah yang seharusnya menjadi tempat Lalisa kembali, malah selalu ia hindari. Lalisa tak pernah mengerti, kenapa Tuhan selalu memberikan jalan hidup yang rumit untuk ia jalani?

Berbeda dengan Chaeyoung yang selalu harmonis walaupun hanya dengan sang ayah. Tapi, sudah bisa membuat Lalisa cemburu.

Chaeyoung hidup dengan kemewahan, kepintaran dan kasih sayang yang cukup walaupun hanya dari ayah. Berbeda dengan dirinya sendiri, Lalisa selalu mendapatkan kekerasan fisik maupun mental dari orang-orang terdekatnya.

Jika boleh, Lalisa ingin bertukar nasib dengan Chaeyoung.

"Pantas saja ya hidup Chaeyoung indah, soalnya dia kan memang baik, cantik lalu kaya pula. Tidak sepertiku, sudah cupu, nilai pas-pasan, apalagi wajah, pas-pasan sekali malah," Lalisa terkekeh sendiri dengan ucapannya.

Lalisa menghela napasnya sambil menatap langit-langit kamar. Tanpa ia sadari, air matanya jatuh lagi tanpa permisi.

Ini memang sudah menjadi kebiasaan Lalisa. Setiap malam, pasti ada saja air mata yang keluar, ditambah dengan overthinking yang menyita waktu tidurnya, juga insecure yang mulai menyerang setelah ia kenal Chaeyoung.

"Chaeng, bertukar nasib, yuk? Satu hari saja," ujarnya pada Chaeyoung yang jelas-jelas tidak ada raganya.

"Jujur, Chaeng, aku iri denganmu."

Evanescent [채리사]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang