Evanescent - Bagian : 21

2.3K 175 39
                                    

Sekali lagi, cairan biru itu disuntikkan melalui selang tipis dan panjang yang menusuk punggung tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sekali lagi, cairan biru itu disuntikkan melalui selang tipis dan panjang yang menusuk punggung tangannya. Seluruh tubuh Chaeyoung menegang menahan sakit. Senyum hangat Lisa atau elusan Suho di tangannya tak mampu mengurangi sakitnya sama sekali.

Tubuh Chaeyoung rusak sudah. Entah sudah berapa liter cairan dan obat kimia yang berbaur bersama organ-organ serta dinding tubuhnya. Sia-sia saja, ini semua hanya sekadar penyiksaan. Cahaya harapan tak lagi tampakㅡbahkan sekecil apa pun.

"Akh!" Chaeyoung berteriak. Ia merasa seolah tulang-tulangnya dibakar bersamaan. Kemudian, ruangannya kembali berputar. Chaeyoung meringis lagi, lantas segera memejamkan matanya erat-erat.

"Sakit ...," ringis Chaeyoung. Ia meratap, menatap dalam pada Suho yang menunggu di sebelahnya.

"Appa, sakit ...," lirih Chaeyoung kesakitan.

Suho tak sanggup lagi membendung air mata kala suara serak sang putri menyapa rungunya. Ia mengangguk berkali-kali, kemudian mengecup dahi Chaeyoung lamat-lamat. Dahi Chaeyoung yang penuh keringat.

"Appa, Chaeng tidak kuat ...," Chaeyoung melirih, air matanya meleleh membasahi jemari ayahnya.

"Chaeng kesakitan, Appa ...," tangisnya keras-keras.

Ia meratap, berulang melafalkan, "Sakit," hingga Lalisa iba. Melihat Chaeyoung tersiksa membuatnya sakit, tetapi kehilangan Chaeyoung jauh membuatnya tersiksa.

"Pak Suho, bisa ke ruangan saya?" pinta Joohyun selesai menyuntikkan obat pada Chaeyoung.

Suho mengusap sudut matanya, kemudian mengangguk. Setelah mengecup Chaeyoung sekali lagi, ia pergi dan menyusul Joohyun ke ruangannya.

"Pak, ini tentang Chaeyoung," kata Joohyun, mengawali bicaranya. Suho menunduk kecil, tahu arah bicara dokter muda tersebut. Sudah entah berapa kali Joohyun memintanya melepaskan Chaeyoung, tetapi ia masih tak bisa.

"Pak, Chaeyoung ...," Joohyun sesekali mengulum bibirnya, "Dia ..."

"Tak apa, Dok, bicara saja," ujar Suho dengan tatapan yang masih menghadap kakinya.

Suho membasahi bibirnya singkat, kemudian menghela, "Dokter ingin bicara bahwa anak saya tidak punya harapan lagi, 'kan?"

"Pakㅡ"

"Saya tau, kok. Saya juga mengerti anak saya terus tersiksa di setiap harinya. Saya juga mengerti kalau tidak ada lagi yang bisa diharapkan dari kesembuhan anak saya. Saya jugaㅡ" suara Suho tercekat. "ㅡmengerti kalau ibunya sudah rindu dengan putrinya."

Suho lagi-lagi tak berhasil membendung tangisannya. Ia menutup wajahnya dengan tangannya, kemudian terisak keras di sana.

"T-tapi saya tidak bisa kehilangan Chaeyoung, Dokter ..."

Joohyun mendesah singkat. Kemudian kembali mengulum bibirnya. Lantas berbicara dengan lembut, "Pak, saya paham. Tapi, kita tidak bisa menghindar dari takdir."

Evanescent [채리사]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang