Second Scandal⚠️

4.1K 36 4
                                    

"Thanks. Kemarin udah bantuin." Kata Amelia sembari meletakkan paperbag berlambangkan salah satu merk kosmetik kenamaan di hadapan Sekar.

Senyum Sekar mengembang, menampakkan semua giginya. Dia meraih paperbag tersebut dan meneliti isi di dalamnya.

"Terbaiiik." Ucap Sekar dengan memamerkan jempolnya.

Amelia hanya berdecih sembari tersenyum melihat kelakuan Sekar.

"Kemaren beres?" Tanya sekar. Amelia memberikan jawaban melalui gerakan kepalanya yang mengangguk.

"Tembus berapa?" Tanya Sekar lagi.

"Sepuluh doang." Jawab Amelia yang mulai membereskan meja di hadapannya. Dia meletakkan shoulder bag hitamnya di sisi kiri meja.

Memang dia hanya mendapatkan sepuluh juta dari Freya, akan tetapi Amelia tidak berhenti sampai di sana.

Dia membutukan banyak uang saat ini, jadi kesempatan seperti ini tidak mungkin disia-siakan.

Semua orang bekerja keras demi uang kan? Maka begitu pula dengan Amelia. Hanya memang dengan jalan yang berbeda.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak?" Tanya Amelia begitu mendapati seorang pria dengan jas abu-abu menghampiri meja front office.

"Saya ada janji dengan Bu Silvia, dari humas." Jawab pria tersebut sembari tersenyum.

"Bapak Reno?" Tanya Amelia untuk memastikan apakah benar orang tersebut yang membuat janji dengan salah satu tim humas. Reno mengangguk memberi jawaban.

"Baik, Pak. Sudah di tunggu oleh Bu Silvia. Silahkan naik ke lantai 3. Perlu di temani pak?"

Bukannya menjawab pertanyaan Amelia, Reno justru mengambil kertas note dan pulpen yang tersedia di meja front office. Dia menuliskan sesuatu. Amelia yang sudah bisa menebak apa yang dituliskan hanya menaikkan salah satu sudut bibirnya.

Reno menyerahkan kertas yang sudah bertuliskan nomor ponselnya ke arah Amelia. Dia mendekatkan diri dan memberikan kode melalui jarinya agar Amelia melakukan hal yang sama.

"Temani saya, nanti malam." Bisiknya pelan tepat di telinga Amelia.

Senyum Amelia berkembang, menatap Reno yang sudah kembali ke posisi semula. Untuk kemudian pergi menuju lift. Senyum Amelia yang semula terbit langsung hilang, begitu pintu lift yang membawa Reno naik tertutup.

Dasar lelaki! Batinnya.

Dia akan menyelesaikan pekerjaanya dengan baik hari ini. Untuk menjemput rezeki yang lain setelahnya.

***

⚠️MENGANDUNG ADEGAN YANG PERLU DITANGGAPI DENGAN BIJAK

***

"Faster..."

Pria tersebut merenggut rambut Amelia yang sedang berlutut di hadapannya. Berusaha mengendalikan kecepatan sesuai yang dia inginkan. Sedikit lebih cepat dan lebih jauh dari yang Amelia lakukan untuk segera mencapai puncak.

Tangan Amelia menggenggam bagian penis yang tidak berhasil masuk ke dalam mulutnya. Memberikan pijatan yang menyenangkan bagi si pemilik.

Hanya memerlukan beberapa menit hingga Amelia merasakan milik pria itu mengeras dan berkedut.

"Yeah... Like that."

Geraman seperti hewan mulai terdengar di telinga Amelia. Tanda bahwa pria ini akan segera mencapai pelepasannya.

Maka dengan hati-hati dan tanpa mengurangi kecepatannya, dia berusaha memasukkan lebih banyak bagian penis tersebut. Deep throat. Membuat Amelia hampir muntah. Dia bisa merasakan air mata me ggenang di kedua matanya.

Geraman panjang milik pria tersebut membayar rasa sakit yang Amelia rasakan. Tenggorokannya tidak akan baik-baik saja setelah ini setidaknya mampu memuaskan si pria.

Amelia merasakan dorongan tangan si pria di kepalanya semakin cepat dan diikuti gerakan pinggulnya. Reflek, dia meletakkan kedua tangannya di paha pria tersebut untuk menahan gerakan brutalnya.

Sejujurnya dua tidak ingin pria ini mengeluarkan cairan sperma di mulutnya. Namun terlambat bagi Amelia untuk menghindar saat pria tersebut menyentakkan pinggulnya untuk yang terakhir dan mengeluarkan spermanya di mulut Amelia.

"Aaaarrrgh..." Desahan, yang lebih mirip seperti geramab, pria tersebut terdengar.

Kepalanya yang masih di tahan memaksa Amelia menelan sebagian yang di keluarkan pria tersebut.

"God job, Amelia." Pria tersebut melepaskan tangannya.

Amelia menjauhkankan kepalanya dan terbatuk-batuk. Berusaha mengeluarkan sisa cairan pria tersebut yang masih tersisa di mulutnya.

"You have to pay me more ." Desis Amelia sambil mengusap mulutnya dan menatap tajam pria tersebut.

****

****

****

"Sepuluh juta? Bukankah kamu menghargai dirimu terlalu tinggi Amelia?"

Setelah membersihkan diri dan mengumpulkan kembali tenaganya, Amelia kini duduk di sofa kantor pria tadi.

"Ayolah, Gas. Sepuluh juta means nothing for you."

Ya, pria dihadapannya adalah Bagas. Calon suami Freyanita yang kemarin menampar pipinya. Lelaki yang dia berikan pelayanan seksual berupa oral sex beberapa saat yang lalu.

Lelaki yang tengah duduk dengan santai di balik meja kerjanya, menekuni beberapa dokumen tanpa melihat Amelia. Seakan tidak ingat, beberapa menit yang lalu kepuasanya bergantung pada Amelia.

"I deserve this." Sambung Amelia. Amelia menghembuskan napasnya keras. Ingin membuat Bagas mengetahui dirinya kecewa.

"Freyanita, your wife to be, slap me. Kamu bisa menganggap ini uang itu untuk ganti rugi."

"Oke."

Senyum Amelia mengembang mendengar persetujuan bagas.

"Tapi___"

"C'mon, Gas!" Sela Amelia saat Bagas meneruskan kalimatnya. Membuat senyumnya kembali sirna.

"Jangan berani-berani menyelaku, Amelia. Menjadi tahu diri adalah kemampuan yang harus kamu pelajari."

Bajingan!

Bagas sialan!

Berani-berani nya dia merendahkanku!

Amelia menggerutu dalam hati, tangannya terkepal kuat untuk menahan dirinya sendiri. "Sorry." Jawab Amelia kemudian.

Saat ini, dia tidak memiliki kuasa untuk melawan Bagas. Dia bersumpah akan membalas Bagas saat sudah memiliki kekuasaan.

"Next week, you have to join another Bachelor party in Surabaya." Lanjut Bagas.

Bukan masalah besar. Pikir Amelia.

"Kamu tahu tarifku, Gas."

Tentu saja, sepuluh juta hanya menjadi tarif bachelor party. Tidak termasuk hari ini.

"Lima belas juta, Amelia. Exclude transport and facilities."

"You know my limit, Gas. Make out, oral, hand jobs, but no sex."

"Deal."

****

Amelia [21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang