90%

531 128 10
                                    

Hyunjin bangun sekitar pukul sepuluh pagi, hari ini nggak kayak kemarin, Hyunjin masih koloran dan mukanya masih berminyak.

“Nggak ada janji sama calon pacar kah?” tanya Jeno waktu lihat Hyunjin buka kulkas masih koloran.

Hyunjin menggeleng, “Nggak ada, tapi nanti gue mau ambil pay—”

“LO MINJEMIN PAYUNG BERHARGA GUE KE SIAPA?” pekik Jeno, nggak terima payung merch dari brand kopi favoritnya dipinjamkan ke orang.

“Tenang Jen, tarik napas, tahan, buang.” kata Hyunjin.

Jeno menghembuskan napasnya, “Bawa balik tuh payung!” ucapnya.

Hyunjin mengangguk, “I-iya Jen, santai, gue minjemin ke calon pacar gue anjir! Ini gue mau ke rumahnya.” ucapnya, kemudian berjalan cepat keluar dari kostan.

Nggak peduli masih pakai kolor Spongebob, yang penting dia nggak kena takol si Jeno.

Waktu sampai di tempat laundry, Hyunjin mengernyit bingung. Tidak ada Seungmin di sana, melainkan Dahyun— si pemilik laundry yang sudah Hyunjin kenal dengan baik.

“Wih Hyunjin, udah lama nggak ketemu.” ucap Dahyun.

Hyunjin mengangguk, “Iya Mbak.” ucapnya, matanya menelisik ke segala arah. Tapi nihil, dia nggak nemuin pujaan hatinya.

“Nyari siapa?” tanya Dahyun.

Belum sempat Hyunjin menjawab, Dahyun sudah berseru, “Oh iya, ini payung kamu!”

Hyunjin mengambil payung itu, “Kok ada sama Mbak Dahyun?” tanya Hyunjin.

“Iya, yang kamu pinjami payung itu adiknya Mbak.” ucap Dahyun.

“Seungmin adiknya Mbak?” tanya Hyunjin.

Dahyun mengangguk, “Iya, tadinya dia mau ngasih langsung ke kamu tapi nggak bisa, dia terlanjur beli tiket kereta yang berangkatnya jam 5 pagi.” ucapnya.

“E-emang dia mau ke mana Mbak?” tanya Hyunjin.

“Dia balik ke Malang, dia kan kuliah di sana.” jawab Mbak Dahyun.

Hyunjin manggut-manggut, “K-kirain mah Seungmin karyawannya Mbak Dahyun ehehehe.”

Dahyun ketawa, “Hahaha dia adiknya Mbak. Oh iya, dia juga nitip buku ini katanya buat kamu.” Mbak Dahyun memberikan Hyunjin sebuah buku novel.

“O-oh, makasih ya Mbak. Sampein salam juga ke Seungmin ya hehehe.” ucap Hyunjih.

Dahyun tersenyum, “Bilang sendiri.”

Hyunjin mengangguk saja, biar cepat. Andai saja Dahyun tau kalau Hyunjin belum tukeran nomor.

“Ya udah Hyunjin pulang ya Mbak, permisi.” ucap Hyunjin, kemudian berjalan dengan lesu ke arah kostan.

Anak-anak kostan bingung, Hyunjin dari tadi cemberut terus. Sekarang Hyunjin lagi duduk di sofa sambil mengamati buku yang Seungmin kasih ke dia, sedangkan anak kostan lainnya mengerubungi dia.

“Kenapa sih lo? Ada masalah?” tanya Minho.

Hyunjin menggeleng lemah, “Nggak kok.”

“Putus cinta?” tanya Changbin.

“Pacar aja nggak punya.” celetuk Jeno,  “Lo ditolak sama dia?” tanya Jeno.

“Nembak aja belom.” ucap Hyunjin, “ternyata dia kuliah di Malang, tadi pagi berangkat naik kereta. Hueeee sedih banget janc—”

Minho langsung membekap mulut Hyunjin, “Santai, dulur.” ucapnya, kemudian melepaskan tangannya.

“Asin tangan lo!” ketus Hyunjin, “gue galau banget, padahal belum sempat tukeran nomor.” lanjutnya.

“Lagian lelet elonya, kampang.” celetuk Haechan.

“Gue niatnya mau minta nomor dia sekalian ngambil payung anjir, gue nggak tau kalau dia mau ke Malang.” kata Hyunjin, kemudian ia membuka buku novel itu, “dia ngasih gue novel.” ucap Hyunjin.

“Sabar ya Hyunjing, kalau jodoh nggak bakal kemana kok.” ucap Haechan.

Hyunjin mengangguk, kemudian teman-teman kostannya mulai sibuk sama kegiatan masing-masing. Hyunjin baca novel sambil ngegalau, Haechan dan Jeno mabar PUBG, Minho ngerjain skripsi, dan Changbin lagi teleponan sama si Felix.

Srek.

Hyunjin membalikkan lembaran baru novel itu, tiba-tiba ada secarik kertas yang jatuh. Hyunjin langsung pungut dong, kali aja itu penandanya. Tapi salah, itu surat yang ditulis sama Seungmin.

Isinya begini:

Halo Hyunjin, maaf ya aku nggak bisa balikin payungnya secara langsung karena kepepet hehehe. Makasih ya kamu udah mau pinjemin aku payung dan nemenin aku jalan-jalan.

Oh iya, ini novel yang aku beli di toko buku waktu itu. Semoga kamu suka ya, jangan cuma dipajang aja!

Sampai ketemu lagi ya, liburan semester depan (mungkin) aku pulang ke Jakarta lagi kok hehehe. Baik-baik ya di sana, xx.

Seungmin.

Hyunjin tersenyum tipis, tulisan tangan Seungmin cantik banget bro. Insecure dia.

Terus dia taruh kertasnya di selipan buku, tapi ada satu hal yang bikin dia penasaran dan langsung balik kertas itu.

0812xxxxxxx ini nomorku, terserah mau disimpan atau nggak tapi aku harap kamu masih mau berkomunikasi sama aku.

Hyunjin tersenyum lebar, “YES!” pekiknya.

“EH AYAM! APAAN SIH LO HYUNJING RIBUT BANGET!” — Changbin, dia latah.

“Tau nih si anjir, bacot banget.” celetuk Jeno.

“Anjir, Seungmin ngasih nomornya ke gue lewat surat! HAHAHAHAHAHAHA!” pekiknya, terus ketawa kencang dan jalan masuk ke kamarnya.

Semesta memang suka bercanda.

ehehehe

Laundry Boy | Hyunmin ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang