Part 10

266 45 13
                                    

"Sialan!."

Suara pekikan nyaring itu terdengar, mengejutkan Prilly yang sedang asik membasuh tangan di wastafel rumah sakit.

"Percuma lo teror gue setiap hari. Nyatanya, Ali udah jadi milik gue."

Prilly mengernyit ketika nama Ali di sebut. Suara itu berasal dari salah satu bilik toilet paling ujung. Tak lama pintu toilet itu terbuka dan betapa kagetnya saat melihat kearah Prilly.

"Prilly." sapa Abela dengan ramah di buat buat-buat. Nampak sekali menutupi gugup.

Prilly tak menjawab. gadis itupun melanjutkan kegiatannya dan saat melihat ke arah kaca. Dapat ia tangkap sosok gadis seumurannya sedang duduk di atas pintu toilet dan matanya dengan lekat mengarah ke arah Abela. Prilly menyipitkan matanya merasa familiar dengan sosok tersebut. tercium jelas aroma danur yang menguar dari gadis itu,

"Prilly, duluan ya." pamit Abela. Mengejutkannya. Tetapi tak beranjak.

Prilly hanya mengangguk. Lantas pergi duluan meninggalkan Abela yang masih didalam Toilet. Ia masih mencoba mengingat dimana pernah melihat sosok itu namun nihil.

Saat sudah melangkah keluar toilet. Terdengar jelas di telinganya gumaman lirih lemah jelas, sangat jelas. Ware are you kill me?. Prilly menolehkan kepalanya menatap Abela yang sedang menampilkan expresi pucat, apakah?.

Tak ingin lebih lanjut mengurusi hantu Prilly melanjutkan langkahnya meninggalkan toilet segera dan kembali menemui kelaurganya yang sedang berkumpul di ruang rawat Alvin, setelah sadar Alvin dipindah ke ruangan rawat biasa karna kondisi Alvin tak seperah sebelumnya.

-

Terdengar jauh itu artian dekat. Terdengar dekat itu artian jauh. Begitulah salah satu mitos intraksi hantu kepada manusia.

Dari ujung matanya Abela dapat menangkap pergerakan Prilly yang secara spontan menoleh kearahnya bertepatan dengan gumaman sialan itu. Dari sini tak perlu menerka lagi bocah seperti Prilly bisa saja menjadi ancaman peteka kehidupannya jika tidak segera di basmi.

"Tunggu tanggal mainnya, nanti." gumam Abela sambil menarik sedikit ujung bibirnya. Sedangkan disana sosok tak kasat mata mengepalkan kedua tangannya kuat.

.

"Bareng ya." ucap Ali menyamai langkah Prilly tiba-tiba.

Tak terkejut. Prilly menoleh sebentar menatap senyuman manis itu. Kemudian tersenyum tipis sangat tipis. "Iya kak."

"Itu Ponsel kamu kenapa?." tanya Ali memecah keheningan. Kebetulan sekali dia melihat ponsel yang ada di tangan gadis itu retak panjang.

"Tadi jatuh kak, ketabrak orang." Jawab Prilly seadanya sambil memperhatikan layar ponselnya yang mengenaskan.

"Kamu emang hobi banget ya ketabrak." kekeh Ali.

"Hah?."

"Eh maksudnya itu, gajadi. Kok jadi gaje gini ya." monolog Ali kepada dirinya sendiri.

Prilly yang melihat itu menggeleng sambil tanpa sadar tersenyum geli, hanya sebentar.

Saat sampai di depan kamar rawat Alvin. Prilly sedikit membulatkan matanya melihat seseorang yang sangat ia hindari selama ini sedang tengah duduk santai mengobrol bersama orang tuanya di dalam. Sedangkan Alvin sedang bermain game bersama Aldeon.

"Kenapa?." Tanya Ali saat melihat Prilly yang terdiam.

"Engga papa kak." Balas Prilly tak mengalihkan pandangannya kedepan.

"Yaudah ayo masuk."

Prilly merutuki dirinya yang tak bisa kabur. Malah hanya diam saja saat Ali menarik tangannya membawanya masuk kedalam ruangan.

Indigo Girl Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang