Terik matahari nampak sudah sedikit meredup. Bahkan kini, sudah berganti dengan gumpalan awan berwarna gelap. Mungkin, hujan tak lama lagi akan turun.
Dan sedari tadi, gadis itu berdecak kesal. Menunggu jemputan yang tak kunjung datang.
"Kampret! Punya abang satu aja ngeselinnya minta ampun! Gue nungguin dia dari tadi, kagak nongol-nongol juga tuh orang!" kesal Adel.
Ya, ia memang tengah menunggu jemputan dari Kakaknya -- Elvan.
Yang entah mengapa, belum juga menunjukan batang hidungnya. Padahal, ia sudah menunggu lama.
Tadi ia sempat menelpon dan menanyakan di mana keberadaan kakaknya itu. Dan dengan entengnya Elvan mengatakan, "tenang Del, gue lagi otw! Slow aja!"
Memang seperti itulah warga +62. Kebiasaan bilang Otw, padahal belum ngapa-ngapain.
"Pasti lagi sama pacarnya," prasangka Adel, "awas aja, kalo sampe lupa jemput gue. Gue bakalan ngadu ke Mama!"
Adel kembali menunggu, berharap Elvan segera datang.
Sampai akhirnya, suara klakson motor mengagetkannya. Membuatnya sedikit terperanjat dan spontan menoleh ke arah belakang.
"Widih, ada Juleha ternyata di sini. Ngapain lo di sini, Jul? Lagi nungguin jemputan dari Om-om, ya? Hayo lho?"
Adel berdecak kesal. Menatap ke arah cowok yang nampak berada di atas motornya. Memamerkan ekspresi wajah yang menurutnya sangat menyebalkan. Persis seperti seorang Om-om pedofil.
Tanpa mau menanggapi perkataan darinya, Adel kembali mengarahkan fokus pandangnya ke arah jalanan beraspal.
"Jul."
Azam kembali bersuara. Namun, sama seperti sebelumnya. Gadis itu hanya menganggapnya sebagai angin lalu.
"Juleha!"
"Juleha oh Juleha!"
"Woi, lo budeg? Kuping lo ketutupan dosa, ya?"
"Jul, lo gak takut apa? Kemarin, gue liat berita di TV, katanya ada orang mati kejepit kulkas, cuma gara-gara gak nyaut pas dipanggil mantannya. Makanya dia dipanggil Tuhan."
Adel berdecak kesal. Menatapnya dengan tatapan garang. Seperti seekor singa betina yang siap menerkam seekor rusa buruk rupa.
"Apaan sih, lo?!" garangnya, "ganggu tau gak! Brisik!"
Azam tersenyum lebar. Menampilkan deretan giginya yang berjajar rapi. Dengan sepotong kecil berwarna merah, yang menyempil pada sela giginya.
"Gak apa-apa. Cuma mau bilang, hati-hati."
Gadis itu mengerutkan dahinya yang ditutup poni tipis. Tak mengerti maksud perkataan mantannya itu.
Hati-hati.
Dua kata yang mampu membuatnya diam tak berkutik. Terhanyut dalam kebingungan.
Hm, bau-baunya si Junaidi gamon sama gue nih!
Adel berdeham kecil. "Hah? Maksud lo? Kenapa gue harus hati-hati?"
Cowok itu terdiam sesaat. Sebelum mengangkat satu sudut bibirnya. Menyeringai.
"Hati-hati, soalnya di deket kaki lo ada tai ayam. Gue cuma khawatir aja, maha karya Ayam entar keinjek sama lo. Takut bentuknya jadi gak estetik lagi."
Adel menggeram kesal. Bisa-bisanya ia sempat berpikir bahwa Azam masih gamon padanya.
Ia menyesal telah berpikir terlalu jauh. Berpikir bahwa Azam akan memintanya balikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan masa Gitu?
Ficção AdolescenteMANTAN Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata mantan? Hm, mungkin, beberapa orang akan mendefinisikan mantan sebagai sebuah kisah masa lalu. Tapi, apa kalian tahu? Jika ada orang yang mendefinisikan mantan itu sebagai tukang kepoan, tuka...