"Aku si Janda bolong, suami minggat kecantol kalong. Istri bukan, janda bukan, statusku digantung-gantung!"
"Aku si janda bolong, surat cerai kosong melompong.
Istri bukan, janda bukan, nasibku digantung-gantung!""Janda bolong!"
"Janda bolong!"
"Korban egonya lelaki!"
"Janda bolong!"
"Janda bolong!"
"Korban coblos dini!"
Lelaki paruh baya itu nampak berdendang kecil. Ikut menyanyikan lagu yang diputar di radio dengan liriknya yang sudah ia ubah sedikit.
Sesekali, lelaki yang hanya menggunakan kaos singlet itu juga membenarkan kain sarung yang ia gunakan untuk menutupi bagian bawah tubuhnya.
Warung Saolih.
Itulah nama dari tempat kebanggaannya ini. Tempat yang kerap kali menjadi titik awal gosip ibu-ibu menyebar.
Di warung sederhananya itu, ia menyediakan berbagai macam bahan olahan. Seperti sayur mayur, mie instan, kopi, jajanan, dan juga berbagai macam gorengan. Seperti bakwan sayur, bakwan jagung, dan juga pisang goreng.
"Mang Olih, Indomie-nya satu dong! Makan di sini, pake telur dua. Tapi jangan telurnya Mang Olih!"
Mang Olih. Ya, itulah panggilan akrabnya.
"Ke mana aja, Zam? Baru keliatan. Biasanya juga suka ngutang!"
Ya, cowok yang tadi memesan indomie itu adalah Azam. Warung Mang Olih ini, memang kerap kali ia jadian markas bersama kedua temannya. Namun, akhir-akhir ini ia jarang mengunjunginya.
Bukan, ia bukan lari dari semua hutang-hutangnya. Ia sudah bertekad untuk melunasi semuanya. Ia jarang datang ke warung Mang Olih itu, dikarenakan Luna yang kerap kali merengek ingin ikut.
Ini saja, ia tadi sampai harus membohongi adiknya itu. Dengan mengatakan jika ia hanya pergi untuk membuang sampah. Tapi nyatanya, ia pergi ke Warung Mang Olih.
"Iya nih, soalnya si Luna suka pengen ikut. Jadi jarang ke sini, deh!"
Mang Olih yang nampak tengah menyiapkan pesanan Azam itu, mengangguk singkat. Dengan kekehan kecil khas seorang bapak-bapak.
"Kenapa gak bawa aja si Luna? Biar rame nih warung. Dari tadi siang sepi mulu."
"Yang mampir cuma yang mau wi-fi gratis doang. Terus cuma beli pisang goreng satu. Itu juga ngutang!"
Azam ber-oh saja. Lalu membuka ponsel miliknya. Bermaksud untuk menggunakan wi-fi gratis milik Mang Olih.
Namun, anehnya tidak bisa tersambung.
"Mang, kok gak bisa sih?"
Mang Olih menghampirinya. Meletakan semangkuk indomie rebus lengkap dengan telur pesanannya tadi, di atas meja.
"Iye, diganti nama sama password-nya. Noh, ditempel di sono!" Mang Olih menunjuk ke arah dinding.
Membuat Azam refleks mengikuti arah tunjuknya itu. Ya, ternyata benar. Di sana ada selembar kertas yang ditempel oleh selotip.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mantan masa Gitu?
Ficção AdolescenteMANTAN Apa yang ada di benak kalian ketika mendengar kata mantan? Hm, mungkin, beberapa orang akan mendefinisikan mantan sebagai sebuah kisah masa lalu. Tapi, apa kalian tahu? Jika ada orang yang mendefinisikan mantan itu sebagai tukang kepoan, tuka...