Si Gadis Pisang 🐷

156 42 5
                                    

Malam kali ini nampak berbeda dari malam sebelumnya. Suasananya terasa damai dan indah. Dengan banyaknya bintang yang bertabur di atas sana.

Hilir semilir angin, nampak begitu tenang. Menyapu permukaan kulit dengan lembut. Menciptakan hawa sejuk yang membawa ketenangan.

Gadis itu, berdiri di balkon kamarnya. Menikmati suasana sang malam yang damai, dengan ditemani secangkir teh hangat di tangannya.

"Gak pergi ke luar, Del? Malam mingguan gitu?"

Atensinya beralih. Menatap Elvan yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.

"Ketuk pintu dulu kali, gak sopan banget lo!" ujar Adel.

Abangnya itu memang selalu mengesalkan. Masuk kamar orang tanpa mengetuk pintu terlebih dulu. Sangat tidak sopan. Bagaimana jika tadi ia sedang mengenakan baju? Atau baru keluar dari kamar mandi?

"Iya-iya, sorry gue lupa."

"Bukan lupa, tapi emang kebiasaan!" ketus Adel, mengkoreksi alasan yang Elvan berikan.

Elvan hanya bergumam pelan, menanggapinya. Lalu menghempaskan tubuhnya ke tempat tidur milik Adel. Membuat adiknya itu memakinya dari balkon sana.

"Van, mandi dulu sana! Lo mah langsung nidurin kasur gue aja. Entar gue tidur gatal-gatal gara-gara lo!"

Bukan tanpa alasan Adel menyebut bahwa Elvan belum mandi. Hal itu dikarenakan sejak tadi siang sampai saat ini, ia masih melihat Elvan mengenakan baju yang sama bahkan celana yang masih sama pula.

Siapa tahu kan, dalam setiap senti pakaian yang dikenakannya itu telah disinggahi bakteri. Dan sekarang ia yakin, bakteri itu sudah berpindah pada tempat tidurnya.

"Lebay lo!" ujar Elvan, lalu mengubah posisinya menjadi duduk di tepi tempat tidur.

"Pergi gih Del, malam mingguan. Biasanya anak seumuran lo tuh kalau malam mingguan suka main-main ke luar."

Adel berdecak pelan. Berjalan masuk ke dalam kamar. Menyimpan cangkir tehnya yang sudah agak dingin, dan mendudukan diri pada sofa yang memang disediakan di sana.

Biasanya jika Cacha atau Naya main ke rumahnya, mereka akan duduk mengobrol di sana.

"Iya kalau punya pacar. Sedangkan gue? Kan lo tahu sendiri, gue gak punya cowok."

"Cowok yang waktu itu ke mana?" Elvan menatap Adel lekat. "Jangan bilang, lo di ghosting!"

Adel mulai merasa jengah dengan topik obrolan yang Elvan keluarkan ini. Seperti tak ada bahan obrolan lain. Dan jujur, ia memang sedikit tak suka dengan topik obrolan yang mengarah pada perihal 'pacaran.'

Menurutnya, itu sangat membosankan.

"Bilang aja lo mau pergi sama cewek lo, kan? Atau cewek lo mau ke sini, terus lo gak mau keganggu sama gue."

"Cakeepp!"

Elvan mengacungkan kedua jempolnya di udara. Tebakan Adel memang benar. Ia memang berencana pergi bersama Nadira malam ini. Namun, ia tak tega meninggalkan adik semata wayangnya sendiri.

"Pinter banget adik gue! Lo pergi jalan sono, sama siapa yang waktu itu tuh?"

"Louis."

"Nah, iya itu. Lo jalan sama dia. Ke mana kek, asal jangan macam-macam. Terus, jangan lupa lo porotin dulu pas mau baliknya."

Adel mendelik tajam mendengar saran sesat abangnya itu. "Terserah lo. Orang dia bukan pacar gue!"

Ia beranjak dari duduknya. Keluar dari dalam kamar. Berniat untuk mengambil beberapa camilan, dan tentunya si buah kuning kesukaannya.

Mantan masa Gitu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang