Sakit Hati

2.4K 203 31
                                    

"Mama, Bri nya ada?" tanya Win sopan dari depan pintu masuk kediaman keluarga Chivaaree. Entah mengapa perasaanya hari ini bagus sekali, sampai-sampai ia yang duluan pergi  menjemput Bright untuk pergi ke kampus bersama.

Ibunda teman kecilnya itu berpenampilan sangat sederhana, tengah mengenakan daster serta jemari yang menenteng kemoceng berwarna pelangi. Kini tengah tersenyum hangat sembari berujar, "aduh Awin gabiasanya pagi buta udah kesini. Sini masuk dulu, Bright nya lagi mandi," ajaknya amat ramah.

Pria itu kini tersenyum menampilkan deretan gigi rapinya. "Hehe gausah ma, Awin nunggu diluar aja," tolaknya sopan. Sebenarnya bukan tak mau masuk kedalam karena apa, Win hanya terlalu malas untuk mengikat tali sepatunya kembali. Jadi menunggu di luar sebentar sepertinya tak buruk juga.

Tiga menit sudah dan Bright tak kunjung keluar. Akhirnya Win lebih memilih berjongkok didekat pintu tadi, pandangan matanya menyapu bersih tiap jengkal halaman rumah yang tak terlalu besar itu. Setiap bola matanya bergulir, terpintas pula memori tentangnya dan Bright kecil yang tengah bermain bersama.

Matanya sedikit berair, nostalgia ini terasa menyakitkan. Win merindukan masa dimana ia berlarian saling kejar-kejaran bersama sahabat kecilnya itu. Ia rindu kala mereka dapat tertawa bebas dan bermain tanpa kenal waktu, kenapa orang lain begitu cepat tumbuh dewasa? pertanyaan itu kian terlintas dibenaknya.

"Win? Win ...  lagi ngapain sih?" Bright mengacaukan acara melamunnya. Ia hanya menggeleng santai dan mengucapkan tujuannya datang kesini.

Bright tertawa gemas melihat perubahan ekspresi yang signifikan dari lawan bicaranya itu. Ia sadar tadi Win tengah memikirkan sesuatu, tetapi ia tak ambil pusing dan lebih memilih mengusak surai lembut itu sebentar kemudian memberikan helm.

Ditengah mengendarai motor pespa putih kesayangan Bright, pemilik kendaraan itu malah menuntun tangan milik Win yang tadinya berada di dengkulnya sendiri kini ke pinggangnya. "Pegangan ya, nanti jatoh," ujarnya sangat lembut bak orang yang sedang berpacaran! Padahal kecepatan berkendaranya saat ini hanyalah 25km/jam, kan alaiwah sekali pemirsa.

Win menatap kesal melalui kaca spion. "Bret cepetan ih! nanti telatttt," rengeknya agar Bright mempercepat laju motornya, yang untungnya dituruti oleh pria itu.

Sesampainya di depan gedung C, lebih tepatnya adalah tempat dimana anak-anak jurusan farmasi berada. Bright disambut dengan jeritan para fans nya yang ternyata sudah menunggu kedatangannya, keberadaan Win disana seakan tak terlihat ia bahkan sudah terpisah jarak dengan Bright sedari turun dari motor tadi.

Salah seorang perempuan disana berteriak, "kak style nya bagus banget! stylish deh! Saranin aku baju yang cocok dong, biar tampil trendi juga kayak kakak," centil perempuan berkuncir dua dengan rok hitam selutut. Mengundang tatapan sinis dari para penggemar yang lainnya.

"Stylish? trendi? perasaan Bret cuma pake kemeja plus jeans biasa doang tuh. Ihh cewe-cewe ini kok pada centil sih, Awin gasukak!"

Didalam otaknya kini terbayang sebuah animasi, dimana dirinya menembus para kerumunan itu dengan bar-bar dan membawa Bret-nya lari. Niatan itu sudah ingin dilaksanakannya. Namun, sebuah bisikan singkat terlintas dibenaknya, "Lo mau ngelakuin itu ya ... cih! memangnya lo itu siapanya dia? toh pacar juga bukan," mentalnya seketika down karena suara yang tidak tahu darimana dan sering kali muncul itu.

Ia berlari sekuat tenaga menuju kelasnya berada, harap-harap salah satu dari sahabatnya memiliki kelas yang sama dengannya. Ia sudah sampai di ruangan itu, keberuntungan sepertinya masih di pihaknya, terlihat Jeje sedang bermain ponsel di kursi bagian belakang.

Win berjalan cepat menghampiri Jeje. "Je, temenin Awin ke toilet bentar yuk," ucapnya pelan sambil mencoba menyembunyikan suaranya yang sempat bergetar.

Not Your Baby (Brightwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang