Numpang Boker

2.8K 287 32
                                    

⚠Warning⚠ chapter ini mengandung sedikit adegan di WC, bagi yang merasa kurang nyaman bisa di-skip sampai muncul tanda '...' atau silahkan melangkah ke halaman selanjutnya (jika ada) 🌝.

/Wai, Terimakasihh atas pengertiannya! dan maafkan diriku ini jika terdapat typo, Happy Reading🤗

...


Disinilah Bright berada sekarang, di salah satu WC yang berada di kediaman milik Opas Iamkajorn. posisinya yang sedang boker ditoilet duduk tapi dia malah jongkok membuatnya terlihat makin tidak etis.

Tiga puluh menit sudah berlalu, ia baru menyadari satu hal.

"Om!! gaada sabun ya?!" teriaknya yang memang tanpa adab.

Papa Korn tidak mendengar apa-apa, telinganya sedang tersumpal ear-buds sembari mendengarkan lagu indie dan menikmati indahnya senja.

Bunda Lyla memiliki pendengaran yang sangat tajam, sangkin tajamnya gosip yang berada diujung komplek dalam hitungan detik sudah sampai ketelinganya. Oke kembali ketopik awal, Lyla pun menyahuti pertanyaan anak tetangga yang sudah lama dianggapnya seperti anak kandungnya sendiri.

"Gaada sayang!" jerit Lyla dengan tangan masih terfokus menyisir surai halus anaknya.

Bright kebingungan mendengar jawaban yang tak ia harapkan. "Terus Bri cebok pake apa dong tante?" gelisahnya dengan paha yang mulai terasa pegal berjongkok ria.

"Udah cebok pake rynso aja!"

Bright hampir saja terpleset dan ikutan nyemplung ke closet mendengar tuturan Bunda Lyla yang terkesan santai. Akhirnya dengan sangat terpaksa ia cebok dengan menggunakan rynso.

Ia pun bergumam, "kok rasanya licin-licin panas ya?"

...

Win terbahak ketika melihat sahabatnya sedari sekolah dasar berjalan menghampirinya dengan gaya aneh.

"Bwahaha! Brett kenapa jalannya jadi aneh begitu? Burungnya kejepit resleting ya hihi," goda Win dengan mulut yang senantiasa mengrogoti cookies untuk bayi.

Dengan langkah semakin cepat Bright menghampiri Win, berniat menyumpal mulut lelaki yang berusia dua bulan lebih muda darinya itu dengan tangan.

"Bayik tadi ngomong apa hm? Udah berani ya ngegodain Bri?" tanyanya sambil menyentil gemas hidung mancung Win.

Blush

Semburat rona merah berhasil menghiasi pipi Si Bayi Besar. Pasalnya posisi Bright saat ini sangat dekat dengan wajahnya. Bright menyadari perubahan ekspresi Win, tetapi ia tidak peka dan malah melontarkan pertanyaan yang terkesan polos.

"Pipinya Awin kok merah?"

Dengan gerakan cepat Win mendorong tubuh Bright menjauh. "Bri jan deket-deket Awin!" yang diusir malah kebingungan dengan tingkah tiba-tiba dari seorang Metawin.

"Kenapa emangnya kalo Bri deket dengan Awin?"

"Sakit," gumam Win yang berhasil didengar oleh lawan bicaranya.

Bright terdiam sejenak. "Apanya yang sakit hm?" tanyanya dengan wajah semakin mendekat. Sebelum jarak terkikis lebih jauh lagi, Win menggelengkan kepalanya dengan keras dan berlari ke dapur.

Dengan tergopoh Win meminum air mineral dari dalam kulkas. Kepalanya celingukan dengan mata yang memeriksa apakah ada orang lain diruangan ini selain dirinya.

Ia menghela napas lega saat menyadari ruangan itu kosong. Tangannya terulur untuk menyentuh dada bagian kirinya, "kamu kenapa jadi sakit sih tiap ketemu Bri?" gumamnya polos.

Not Your Baby (Brightwin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang