sembilan

8.4K 718 38
                                    

"Semoga ini menjadi awal yang baik untuk KITA"
____________________________________________________

****

Alan menuruni tangga dan menghampiri Aldebaran, Nesa serta Recha yang sedang sarapan bersama di lantai bawah. Setelah sampai, Alan menarik kursi meja makan di depan Recha -adiknya. Lalu dia duduk dan mengambil nasi serta lauk nya di piring. Dan menyapa kedua orang tua nya minus Recha. Karna mereka berdua emang tidak pernah akur.

"Pagi yah, bun" sapa Alan pada orang tua nya, sedangkan Recha hanya mendengus kesal. Pasalnya abangnya itu hanya menyapa kedua orang tua mereka, sedang kan ia tidak.

"Pagi, Lan"

"Pagi, loh Dera nya mana lan? Belum bangun?"

Alan yang merasa di tanya pun langsung menghentikan aktivitasnya menyendok nasi ke dalam mulutnya lalu mendongak dan menatap Nesa sebentar kemudian kembali lagi melanjutkan aktivitas nya untuk sarapan.

"Udah bun, lagi mandi dia" jawab Alan santai sambil asik makan.

Nesa hanya mengangguk sambil ber-oh ria. Setelah itu tidak ada lagi percakapan di antara mereka, hanya ada suara sendok dan piring yang saling berbenturan.

Setelah selesai sarapan, Alan mengambil piring lalu menyendok nasi ke piring tersebut dan tidak lupa menambahkan lauk pauk nya. Nesa dan Aldebaran hanya menatap heran pada putra mereka yang sedang sibuk menyendok nasi. Pasalnya Alan baru saja menyelesaikan sarapannya dan sekarang ia mengambil nasi lagi.

"Abang masih laper?"

Alan yang mendengar pertanyaan Recha pun mendongak menatap Recha lalu menggeleng.

"Trus itu ngapain ngambil nasi lagi?" Kali ini Nesa yang bertanya seraya menunjuk piring yang Alan pegang.

Alan mengalihkan pandangannya ke piring yang ia pegang lalu tersenyum tipis dan menatap Nesa.

"Oh, ini buat Dera bun"

Nesa mengernyitkan dahi heran kenapa Dera tidak ikut sarapan di bawah saja dan kenapa malah memilih sarapan di kamar?

"Kenapa, kok gak sarapan di sini aja bareng-bareng?" Tanya Aldebaran gantian.

"Semalem pinggangnya Dera sakit yah, jadi Alan suruh dia di kamar aja"

Nesa sedikit terkejut mendengar ucapan Alan. Ada rasa khawatir yang tersirat di mata Nesa. Alan yang mengerti ekspresi Nesa yang langsung berubah, langsung menjelaskan bahwa Dera baik baik saja.

"Bunda gak usah khawatir, Dera udah gak papa kok. Tadi Alan suruh dia mandi dulu"

"Seriusan gak papa? Coba kamu bawa dia ke dokter lan. Bunda takut Dera kenapa napa"

Alan menatap Nesa lalu tersenyum tipis, "iya bun, nanti Alan coba ajak Dera ke rumah sakit. Ya udah, yah bun. Alan ke kamar dulu ya mau anterin sarapan buat Dera" ucap Alan kemudian berdiri dan langsung naik ke kamarnya yang berada di lantai atas.

Di sisi lain, Dera yang sudah selesai mandi memilih duduk di sofa panjang yang ada di kamar Alan. Ia masih sedikit merasa nyeri pada pinggang nya. Ya itu sudah biasa Dera rasakan saat sedang datang bulan. Pasti ia akan merasakan nyeri pada perut dan pinggangnya, bahkan ia tak segan untuk menangis karna tidak tahan akan rasa nyeri yang menyerang nya.

Saat sedang asik bermain ponsel, tiba tiba pintu kamarnya terbuka dan menampilkan Alan dengan nampan yang ada di tangannya. Mendengar suara pintu di buka dari luar, Dera mengalihkan pandangannya ke arah pintu dan mendapati suaminya yang sedang membawa nampan berisi sarapan untuk nya.

DELAN [End] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang