Untuk sementara, setelah pernikahan Renjun pulang ke rumah Jeno atau lebih tepatnya rumah sang mertua. Sempat terjadi drama kecil karena Chenle menangis histeris mengingat di rumah nanti hanya akan ada dirinya, tanpa sang kakak yang bisa ia usili setiap hari.
Rumah Jeno terbilang hunian minimalis dengan dua lantai dan cat vintage yang enak dipandang, gaya Renjun sekali. Disana, pemuda manis itu disambut dengan hangat oleh Bubu dan Ayah. Diajak berkeliling, dikenalkan dengan beberapa tanaman sang ibu mertua dan kucing-kucing milik suaminya.
Suami ya..
Renjun sedikit merasa geli setelah sadar bahwa ia telah menikah.
"Kenapa senyum-senyum di balkon malem-malem? Ngeri tau." Jeno yang baru saja keluar dari kamar mandi tiba-tiba menyahut. Renjun berbalik hendak melihat si tukang protes, namun tidak jadi karena tampilan Jeno yang membuat pipinya merona malu.
Jeno keluar hanya dengan handuk yang menutup area privatnya, tubuh shirtless dan jangan lupa rambut yang masih basah. Oke, semua akan bilang itu sexy dan Renjun tidak akan munafik jika ia suka pemandangan pribadinya.
Dan tingkah Renjun mendapat kekehan kecil dari sang suami. Menurut Jeno itu cukup menggemaskan, ah.. dia mengetahui satu lagi sisi gemas dari pasangannya itu.
"Sana mandi, udah aku siapin air hangatnya." Ucap Jeno sembari mengusak rambut Renjun. Sedangkan yang diperlakukan begitu hanya mengangguk kaku.
"Abis ini mau langsung tidur atau ngobrol dulu?"
Renjun menggaruk pipinya, "Boleh langsung tidur? Besok mau ke gereja.. soalnya." Ujarnya lirih.
Jeno mengangguk. "Oh iya, di cubit Bubu nanti kalau telat bangun."
Tak butuh waktu lama, Renjun keluar dari kamar mandi dengan piyama berwarna baby blue dan wajah segar yang cantik. Jeno yang mulanya menatap layar handphone karena sedang bermain game, sontak terpana. Istrinya, luar biasa. Ia diam mengamati Renjun yang sedang memakai produk kecantikan sebelum tidur. Gerak geriknya pelan, rapih, dan Jeno memperhatikan semua dengan detail.
"Sudah?" Renjun mengangguk.
Ia menepuk ruang diatas kasur yang tersisa dan mengajak Renjun untuk berbaring di sampingnya. Keduanya tidur berhadapan, hanya terpisah guling yang Renjun peluk dengan nyaman. Jeno tidak masalah, ia mengelus pipi putih itu dengan lembut sebelum membubuhkan ciuman selamat malam di kening sang istri.
"Good night, love."
"Good night.."
Dalam tidurnya Renjun benar-benar tersenyum dengan hati dipenuhi bunga.
*** ***** ***
"Bubu nunggu siapa?"
Mark turun sembari merapihkan kemejanya. Jam sudah menunjukkan pukul 6.30 artinya minggu kebaktian akan dimulai sebentar lagi. Walaupun jarak gereja dengan rumah tergolong cukup dekat, Bubu adalah salah satu jemaat yang disiplin dengan datang biasanya 30 menit sebelum acara dimulai.
"Jeno, apa belum bangun ya?" Tanya Bubu.
Mark mengedik. "Ya udah, Mark keatas lagi."
Tak selang lama untuk Mark sampai di lantai atas kembali. Sudah menjadi kebiasaan Mark yang hobi masuk ke kamar sang adik tanpa permisi karena adiknya yang tengah tidur, mau diusik seberisik apapun tidak akan terbangun.
Cklek..
"Jen cepeta— e-eh, sorry. Gue lupa, hehe."
Mark kikuk, yang di pergoki juga membeku. Ia lupa bahwa kemarin Jeno sudah memperistri orang lain, otomatis ada tambahan personil alias istri adiknya yang ada di kamar itu. Mark merutuki dirinya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beneran Nikah Kok! [On Going]
FanfictionMark bingung. Sepulang kantor ia melihat sang adik duduk di sofa sembari menatap layar ponsel, tersenyum manis hingga kedua matanya membentuk bulan sabit. Padahal ini hari Senin, apa yang membuat adiknya dilanda euforia suka? . "Ba, aku mau nikah ya...